“Apa itu?” Barata terkejut dengan apa yang dia lihat.
Dia tidak menyangka akan melihat makhluk yang sangat aneh dan tidak biasa. Tubuhnya terlihat seperti babi hutan seberat 200 kg, tapi keempat kakinya lebih panjang dari kebanyakan babi hutan yang dia kenal, dan setiap kaki itu terdapat cakar yang tajam, di mana ketajamannya mengalahkan besi. Selain itu, ada sesuatu di pundak makhluk tersebut, dan kepalanya lebih condong ke singa dari pada babi.Barata terdiam dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang dia lihat karena makhluk itu membantai orang-orang dan menyantapnya. Dia mengetahui semua itu dari potongan-potongan tubuh yang tercecer dan organ dalam manusia yang tersebar di berbagai tempat. Pemandangan itu begitu mengerikan sekaligus menjijikkan. Bagi orang biasa, mereka pasti akan mengeluarkan apa yang mereka makan tatkala melihat pemandangan tersebut. Namun, Barata terlihat biasa saja.“Apa makhluk itu monster? Tapi kenapWalaupun serangannya tidak memberikan hasil, Barata tidak menyerah, dan dia menyerang Cangkirang dengan lebih intens dan agresif lagi. Dia mengerti seberapa besar ancaman dan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk ini. Hanya dengan raungannya saja dia bisa dipukul mundur. Barata tidak terlalu memikirkan risiko yang akan dia terima karena dia sudah tahu potensi malapetaka yang dibawa oleh makhluk ini.“Manusia, jangan berpikir kau sudah memahami teror yang dibawa olehnya. Kau hanya melihat sebagian kecil kekuatan yang dimilikinya. Hanya karena kau mampu menahan raungannya tidak berarti kau bisa mengalahkannya. Dia berada di atasmu, dan kekuatannya jauh melampaui apa yang kau bayangkan.” Suara sensual itu kembali muncul dan menggoda Barata.Roh Pusaka Batu Api tak berani berbicara saat Roh Pusaka Kalimedeni membuka mulutnya. Barata yang mendengarnya benar-benar merasa geram. Dia merasa sedang ditonton dan dilecehkan oleh Sang Ratu. Di benaknya tercet
Di saat Barata berdiri dan hendak menyerang makhluk itu kembali. Dia melihat bila makhluk itu sudah berhenti bergerak sembari terbaring dan darah keliar dari lehernya. Barata melihat makhluk itu meregang nyawa dan tubuh makhluk itu kejang-kejang ketika darah menyembur keluar dari lehernya. Dia menatapnya lekat-lekat dan tidak membiarkan pemandangan itu hilang dari pandangannya.“Uhuk!! Sial!! Ini sakit sekali. Kekuatannya benar-benar mengerikan, semoga saja makhluk bernama Cangkirang ini hanya ada satu saja. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana situasi di luar sana. Sial sekali!! Bagaimana aku bisa sesial ini?” Barata bertanya-tanya ketika dia memegangi dadanya yang terasa nyeri. Dia tidak bergegas menghampiri makhluk tersebut, dia mengatur nafasnya terlebih dahulu dan menenangkan dirinya.Barata yang merasakan rasa nyeri di dadanya berangsur-angsur berkurang, dia menunjukkan sebuah senyum yang tak biasa, dan mendekati makhluk itu. Di dalam pik
Barata tidak menyangka jika pria itu akan memiliki sebuah pusaka. Memang sabit yang di bawa pria itu terlihat berbeda dari sabit pada umumnya. Di pegangannya sendiri terlihat memiliki sebuah ukiran yang tidak biasa. Barata merasakan ada hembusan angin yang kuat ketika dia menghindari serangan pria itu. Saat ini, dia mulai merasakan adanya peningkatan kekuatan pada pria tersebut.“Sial!! Dia mampu mengontrol angin. Sabit itu pasti sebuah pusaka dengan kekuatan angin. Sekarang, bagaimana caraku mengalahkannya. Selain itu, aku tidak menyangka dia akan memiliki sebuah pusaka. Apakah mendapatkan pusaka itu sebegitu mudahnya? Aku sudah melihat tiga orang yang menggunakan pusaka. Jika aku bisa merebut pusaka itu, pasti kekuatanku akan bertambah kuat lagi,” gumam Barata ketika dia melihat lawannya melayangkan serangan lain.Sabit di tangan pria itu melepaskan gelombang angin berbentuk bulan sabit ke arah Barata. Setiap gelombang angin itu mampu memotong
Barata memikirkan kunci dari keberhasilannya menaklukkan Pusaka Kalimedeni. Dia tidak tahu apakah itu karena kegigihannya atau karena darahnya. Barata mencoba untuk mencernanya lebih serius lagi. Dia dibuat bingung oleh sabit di tangannya, dia tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan karena ini adalah kali pertama dia menemukan dan mendapatkan pusaka dari orang lain. Barata merasa bila ada satu hal yang perlu dia lakukan.“Aku kira kau ini cerdas, manusia. Namun, melihat kau dilanda kebingungan dalam masalah sepele ini benar-benar membuatku merasa tak berdaya. Ternyata manusia yang berhasil menaklukkanku itu manusia yang bodoh dan tak berakal. Sungguh sia-sia sekali aku berada di sini. Huft ... ini menyebalkan, aku tidak bisa memilih jua,” ucap Sang Ratu. Dia menunjukkan sedikit kekecewaannya akan situasi yang dihadapi Barata.Saat mendengar ucapan Sang Ratu kembali, Barata merasa seperti sedang dilecehkan dan dipandang rendah. Dia benar-bena
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya seorang pemuda yang membawa sebuah pisau.“Diamlah!! Kita harus menjaga suara dan langkah kaki kita. Apa kau ingin mereka menemukan kita atau makhluk-makhluk itu menyerang kita? Kalau kau menginginkannya, ambil sendiri. Jangan membawa kita semua,” balas seorang pria paruh baya yang menggenggam sebuah parang.Sekelompok orang ini berjalan dengan hati-hati melewati sebuah pohon yang telah menjadi ranjang untuk Barata. Mereka mengatur nafasnya agar nafasnya tidak memburu. Mereka terlihat begitu cemas dan takut pada segala hal, bahkan ketika semak-semak tertiup angin dan bergerak. Mereka langsung menatap ke arah tersebut sembari mengacungkan senjatanya.Pria paruh baya yang memimpin kelompok ini terlihat seperti seorang pensiunan prajurit karena hanya dia seorang yang tetap bersikap tenang di saat ada sebuah situasi yang tak biasa. Jumlah mereka tak lebih dari belasan orang, dan m
Pria paruh baya menahan nafasnya saat dia mendengar ucapan Barata. Dia sama sekali tidak bisa mempercayai Barata. Dengan keadaan yang dia lalui, pria paruh baya ini tidak lagi bisa menaruh kepercayaannya pada orang lain. Jadi, ketika dia mendengar ucapan Barata yang begitu serius. Ketika dia melihat Barata yang melihat dirinya dengan tatapan serius dan tajam, dia menggelengkan kepalanya dan mengatur nafasnya.“Huft ... meskipun aku tidak mengatakannya dan kau akan melepaskan kami. Aku tidak bisa mempercayaimu, jadi aku akan mengatakannya. Sebelumnya aku hanyalah seorang prajurit yang sudah meletakkan senjatanya. Aku tinggal di desa yang sama dengan mereka. Pada saat dunia dilanda kekacauan, termasuk para pendekar yang kehilangan kekuatannya. Aku sedang melatih para pemuda ini untuk menjadi seorang prajurit.”“Setelah dunia kehilangan keseimbangannya. Aku membawa mereka, dan meninggalkan desa. Memimpin mereka menghadapi makhluk-makhluk meng
Kesepakatan terjalin di antara mereka, dan Barata diantar oleh pria paruh baya itu menuju ke wilayah Paviliun Sambarung. Barata melihat bagaimana para pemuda serta orang-orang yang mengikuti pria paruh baya ini terlihat seperti ketakutan ketika pria paruh baya ini mengikutinya, dan mengantarnya menuju ke Paviliun Sambarung.Dia tidak tahu mengapa mereka harus menunjukkan sikap seperti itu. Bagaimanapun juga, situasi yang nantinya akan dia hadapi masihlah sebuah tanda tanya. Untuknya situasi semacam ini cukuplah berbahaya dan berpotensi untuk menjadi sebuah pertarungan yang mematikan. Namun, Barata tidak merasa bila itu adalah hal yang buruk.“Apa yang kau ketahui tentang Paviliun Sambarung ini selain dari kekejaman mereka yang berada di luar batas wajar? Seberapa kuatkah kelompok ini? Berapa jumlah anggota mereka? Siapa saja yang harus aku waspadai ketika bertarung dengan mereka? Kalau kau tahu tentang hal itu, katakan saja padaku. Aku harus mengetahu
Ruangan yang sebelumnya dipenuhi dengan suara rintihan serta suara nafsu seksual yang menggebu-gebu telah berubah menjadi hening. Tempat yang semula dipenuhi warna yang terang telah sepenuhnya berubah menjadi merah. Namun, perempuan-perempuan yang telah di nodai dan direnggut kebebasannya tak mengetahui apa-apa termasuk mereka yang belum terbunuh. Semua itu terjadi karena Barata menggunakan ilusi untuk mengaburkan pandangan mereka.Dia membunuh pria-pria itu satu per satu dan membunuhnya dengan tindakan yang kejam. Mereka yang dia targetkan tidak dia pengaruhi dengan ilusi. Dia membiarkan targetnya sadar, sehingga saat dia menyerangnya dan menancapkan belatinya. Pria itu akan merasakan rasa sakit yang teramat dalam. Akan tetapi, ketika belati itu menancap ke tubuh targetnya, Barata mengaktifkan Teknik {Ilusi Manusia} sehingga targetnya merasakan suatu kengerian yang tak terbayangkan.“Ampun ... argh!!! Argh!!! Tidak ... jauhkan makhluk itu dariku ...