Aku tinggal di sebuah apartemen kecil tak jauh dari Moon store, tetanggaku bernama Amara, seorang janda beranak satu yang bekerja sebagai perawat, dia selalu sibuk setiap hari. Franco atau biasa dipanggil Paco adalah anak yang baik dan pendiam, setiap kali ibunya bekerja, atau ketika Ronie, pacar ibunya yang pemabuk dan pemarah datang, Paco hanya duduk dekat tangga membaca buku-buku nya.
Paco mengingatkanku pada masa kecilku dulu, sendiri dengan buku-buku, tanpa teman, tanpa cinta ataupun belahan jiwa.
Betul manusia akan menemukan belahan jiwanya. Aku percaya itu. Aku selalu berusaha terbuka. Dulu aku pernah jatuh cinta. Dia membuatku patah hati, Chall. Sungguh, aku ternyata hanya dimanfaatkan olehnya. Seharusnya aku menyadarinya itu dari awal. Tapi kita selalu buta pada saat kita jatuh cinta.
Contohnya Amara dan Ronie. Kau pikir Amara sadar kalau Ronie seorang bajingan pada saat Amara sedang jatuh cinta? Tidak, Amara akan menganggap Ronie sebagai seorang pangeran.
"Hey, Paco…" aku menyapa sahabatku yang sedang duduk membaca buku di tangga dekat pintu kamarku dan kamarnya
"Apa Kabar, Z?" Paco menoleh ke arahku lantas kembali membaca bukunya.
Sekarang Ron tidak hanya menghancurkan hidup Amara, tapi juga anaknya. Seharusnya Paco bisa bermanja-manja dengan ibunya. Akan tetapi di usianya yang masih kecil, dia harus dipaksa berfikir dewasa.
"Tinggalkan aku sendiri! Aku tidak mau bicara denganmu lagi!" Terdengar teriakan Amara dari dalam apartemen. Pasti dia sedang bertengkar lagi dengan Ron.
"Semuanya baik-baik saja di dalam?" tanyaku sambil ikut duduk di sebelah Paco.
"Yeah, Mama and Ron hanya berdiskusi…" jawaban Paco sedikit menyayat dadaku. Dia masih bisa menutupi keadaan di rumahnya yang kacau.
"Tidak, Ron, ini bukanlah rumahmu…praaaang!!" Rupanya perang di dalam semakin memanas, aku hanya ingin sedikit menghibur Paco aku tahu anak itu sebenarnya sangat sedih.
"Wow, kau sangat antusias pada buku itu ya?" Mungkin pertanyaan dariku bisa mengalihkan perhatian Paco dari pertengkaran ibunya di dalam.
"Ya, aku membacanya non stop." Lagi-lagi tak banyak jawaban yang keluar dari mulut Paco.
"Bagus. Kabari aku bila kau sudah beres. Aku akan memberimu buku yang lain. Apa kau lapar?" tanyaku. "Aku punya makanan lebih disini, bakso dan aku ingat aku masih punya makanan Thailand sisa semalam. Nih buat kamu saja baksonya."
"Tidak usah, ibuku nanti akan memasak untukku." Aku tahu Paco lapar, dia hanya berusaha tidak merepotkan orang.
"Sayang bakso ini akan kadaluarsa. Masa dibuang," kataku sambil melirik Paco.
"Kamu yakin Z?" akhirnya Paco menerima makanan pemberianku. Dan aku bisa lega meninggalkannya sendirian, karena aku punya urusan yang sangat penting malam ini.
**
Kunyalakan pemutar MP3 ku, terdengar lantunan The Velvet Underground yang menyanyikan lagu Venus in Furs dari speaker murah yang kuletakan di samping laptop yang segera kubuka demi mengenalmu lebih baik. Baiklah Chall, cinta itu penuh trik. Seorang laki-laki harus bisa melindungi diri sendiri. Aku harus yakin bahwa kau aman dan aku tidak lagi dimanfaatkan. Nama lengkapmu adalah langkah pertama, tidak banyak nama Challandra secara daring. Ini dia ...
Aku menemukanmu. Setiap akun sosmed di setting publik. Kau ingin dilihat ... didengar, diketahui. Tentu saja, Aku ngikut saja. Lahir dan dibesarkan, di Naktua Island. Saudara laki-laki, Clyo, dan saudara perempuan, Anya. Orang tuamu memang aneh dalam memberi nama. Mereka bercerai pada saat umurmu 12. Ayahmu menghilang dari foto. SMA di Brown, jurusan sastra, cool. dan eskul ..., mmm. Kuliah di UYC jurusan MFA dan lulus sangat berkesan.
Sampai sekarang kau masih menulis, meski jarang. Dari foto fotomu tampaknya kau terlalu sibuk bersenang-senang dengan hal yang tak akan kau ingat lima tahun ke depan. Aku tahu, karena kau posting semua hidupmu disini sepanjang waktu. Kasarnya itu bukan hal yang paling menarik tentang kamu Chall. Eh lihat, kau posting ini 1 jam setelah pertemuan kita, buku yang kau beli menuruti rekomendasi ku. Aku bertanya-tanya. Kau tidak menyinggung tentang aku di toko buku. Disini aku sadar, bahwa semua postingan online kamu adalah palsu. Itu semua adalah sebuah kolase jika kita gabungkan Chall ini… dan ini, yang penuh cinta, cute, maka jadilah seorang Chall yang sempurna, tapi, dengan tidaknya kau posting tentang pertemuan kita, itu artinya memang ada sesuatu di antara kita.
Hal selanjutnya yang internet berikan padaku, yaitu alamat rumahmu. Lengkap dengan street view dengan akurasi yang tepat. Akupun senyum penuh kemenangan malam itu.
❦
Dan disinilah aku sekarang, di depan sebuah rumah dengan jendela terbuka yang sangat besar. Aku bahkan bisa dengan jelas melihatmu dari sini. Rumah yang bagus ... malah terlalu bagus untuk seorang mahasiswi sepertimu.
Astaga, apa kau tidak pernah nonton film thriller? itu sangat berbahaya jika ada orang asing yang melihatmu berjalan sendiri kesana kemari di rumah. Tapi kau memang ingin dilihat kan? Sebenarnya aku ingin bertanya padamu tapi lain kali saja pada saat kita sudah dekat. Sebuah harapan: Maukah kau kencan bersamaku? hanya kita berdua? Untuk semua orang jomblo yang sedang mengejar impian sepertiku, tetap semangat, jangan menyerah!
Sementara itu, kau terlihat sedang menikmati semangkuk. Mac N Cheese yang baru saja kau ambil dari microwave setelah sebelumnya kau posting foto Mac N Cheese mu di sosmed. Aku hanya bisa tersenyum kecil karena Itu lucu ... tidak bermakna apa-apa sebenarnya, tapi lucu saja. Hmmm ... apalagi yang belum aku tahu tentangmu Chall? Mari kita liat yang lainnya!
Hari pertama dimulai ... kegiatanmu diawali sangat pagi. Aku tahu dari jadwal online mu. Bangun jam 6:30 dan bersiap2 utk mengajar Pilates. Menawarkan senyuman dan dukungan pada murid-muridmu. Kau memang ramah, semua orang menyukaimu.❦Jam 10:00 kau pergi ke kampus. Karena terlalu sibuk kau tidak menyadari kalau dari tadi aku ada di dekatmu, bersembunyi diantara tanaman taman halaman kampus. Aku harus berusaha sedekat mungkin denganmu. Semakin dekat maka semakin baik."Selamat pagi Professor Levin," kau menyapa pria setengah baya yang bisa kupastikan dia adalah seorang dosen."Sudah kubilang panggil saja aku Andi, bagaimana? sudah siap untuk kelas." Tangan Andi merangkul pinggangmu.Terlihat jelas si Professor ini mata keranjang dan ingin bercinta denganmu. Tapi kau pintar juga ternyata. Kau php in dia. Tidak ada salahnya kan berharap kan proff?❦Seusai kelas, kau menuju ke cafe favoritmu untuk menulis. Tapi baru saja kau hend
Akhirnya aku memutuskan pulang ke apartemen dengan perasaan yang sedikit kesal. Bukan hanya karena tahu bahwa Chall sudah punya pacar. Tapi juga gara-gara enaknya tidak sampai puncak. Di tangga apartemen, seperti biasa aku melihat Paco duduk membaca buku pemberian aku di beberapa halaman terakhir. Aku langsung duduk di sebelah nya.“Wow, sudahkah kamu beres membacanya?” tanyaku.“Hampir,” jawab Paco“Bagus….” Aku memuji Paco.“Terkadang dialognya aneh, seperti pada saat mereka saling membunuh tetapi masih saja bersikap ramah,” ucap Paco.Aku tertawa mendengar komentar Paco tentang buku Three Musketeers yang kupinjamkan. “Haha, itu terjadi pada abad 19. Ketika itu orang-orang masih punya sopan santun,” jawabku sekenanya.“Bisakah aku membaca buku lain?” tanya Paco.“Ooh Pac, ini sudah larut malam...aku tak tahu,” jawabku. Ada kekecewaan di wajah
Apakah kau tau Chall? Hukum di kota kita mengharuskan setiap laporan kebocoran gas untuk di inventigasi? Aku banyak belajar dari internet semenjak pertemuan kita. Pelan-pelan kubuka pintu rumahmu yang memang tidak terkunci. Petugas gas datang sesuai dengan perkiraan ku "Hey, Chall, kamu buka pintu sembarangan lagi. Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu menutup pintu?" aku berjalan pelan-pelan menuju bagian belakang rumah. "Aku yang memanggil perusahaan gas di hari dimana kau sibuk seharian. Aku tak ingin menakutimu." Orang itu tampaknya telah selesai memeriksa kebocoran. "Hey, Chall kemana?" tanyaku.Dia menjawab sambil bersiap-siap untuk pulang. "Entah, ibu kos yang membuka pintu. Karena ada yang melaporkan kebocoran gas.""Betul, Chall bilang itu padaku. Apakah semua baik-baik saja?" tanyaku dengan berpura-pura khawatir."Yeah, semua aman. Sampaikan pada pacarmu bahwa tidak ada kebocoran gas. Pekerjaanku sud
Aku belum pernah ke Greenpoint, tapi apapun akan kita lakukan untuk cinta, ya kan? Seperti biasa aku.cari tempat yang paling nyaman agar bisa menguping pembicaraanmu dan teman-teman.Kau berdiri untuk mengambil beberapa minuman lagi. Padahal keadaanmu sudah sangat mabuk. "Hi, um, okay, kita akan mengambil beberapa minuman lagi.""Tunggu sebentar. Teman-teman? Apa yang dia pikirkan?" baru saja kau pergi, Peach langsung berbicara tentangmu. "Hanya model,penyanyi dan vegetarian yang naik ke panggung. Aku rasa, orang-orang disini tidak akan mau mendengar seorang puitis yang menceritakan tentang hidup yang suram," ejek Peach sangat kejam. Teman-temanmu tidak setia Chall, terutama yang bernama Peach."Segelas lagi picklebacks." Kau angkat minuman yang baru saja kau ambil."Challis, apakah kamu yakin ini waktu yang tepat?" Peach coba membuatmu membatalkan penampilannya malam ini.Kau jawab dengan sangat tegas. "Aku yakin.""Belakangan
Hari ini sangat meletihkan juga menyenangkan, aku merasa hubungan kita semakin dekat Chall. Disisi lain si brengsek Ben selalu muncul jadi penghalang kita."Zach.." suara Paco menyapaku di pintu masuk apartemen."Pac, hey. Kenapa? Sedang apa kamu diluar?""Si Ron." Paco bercerita sambil meneteskan air matanya. "Pulang pulang dia mabuk dan berteriak, dia bilang aku sok pintar, membaca buku dan merendahkan dia.""Huh... apa yang terjadi? Apa dia melukaimu?" aku memeriksa tubuh Paco. Aku khawatir dia terluka."Tidak, dia sama sekali tidak menyentuhku." Paco mengeluarkan buku yang kupinjamkan. Sampulnya kini dalam keadaan robek. "Aku sudah coba menghentikannya. Maaf." Air mata Paco makin menetes deras. Aku segera menenangkan sahabat kecilku ini."Paco, Paco, tak apa-apa..." sahutku. "Sungguh, tak apa-apa. Bagaimana jika kamu ikut denganku. Mari kita perbaiki ini bersama-sama, ok?" Aku mengajak Paco ke basement toko buku, untuk memperbaiki bukuny
Aku membuka kedua mataku, entah kenapa aku merasa hari ini sangatlah indah. Dan kenyataan bahwa aku selangkah mendekatimu, bukan hanya bayang-bayang mimpi malam tadi. Chall, malam ini adalah kencan pertama kita..Rasanya senang sekali bukan? aku sampai menari kesana-kemari dalam apartemen kecilku. Aku sudah tidak sabar, dan kurasa kau juga begitu, meskipun kutahu kau sehabis mabuk. Tapi mungkin aku salah.Suatu hari akan kuceritakan tentang Candy. Setiap batas yang kulewati karena aku buta cinta. Betapa hancurnya diriku saat itu. Yah, namanya juga manusia, kita semua punya masa lalu yang gelap. Tapi kurasa kali ini tindakanku benar.Kencan kita memang masih beberapa jam lagi, tetap saja sepagi ini aku mampir ke kontrakanmu. Bukan untuk menggangumu, hanya sekedar memeriksa. Tak kusangka aku perlu untuk menguntitmu seperti ini, tapi ternyata ada untungnya juga, aku jadi lebih tahu banyak tentang kamu.
Hari mulai gelap, sebelum jam 6 aku sudah mandi dan bersiap untuk kencan pertama kita. Hari hari dimana kau menjalani hidup dengan pria yang merendahkanmu akan berakhir, jika kita bisa melewati kencan pertama kita dengan sukses. Tak bisa kupungkiri, aku khawatir tentang Ben. Salah satu alasan penting kenapa Ben kuhapus dari hidupmu.Bip..sebuah pesan terbaca dari obrolan group mu.Peach: "Plis deh, paling dia sedang mabuk-mabukan!"Chall: "Bisa juga dia sedang dalam masalah kan?"Saat ini kita tidak lebih dari sebuah rasa. Setiap pilihan yang diambil memiliki arti. Ketika bersama Candy, aku selalu merasa sedang memaksanya. Tapi sekarang aku sadar, semua tidak bisa dipaksakan baik itu waktu ataupun rasanya. Jadi beri tahu aku jika kau tidak sepenuh hati Chall, tolong!? Kukirim sebuah pesan untuk menanyakan apakah kita jadi bertemu malam ini. Jawabanmu sangat kunantikan, dan akhirnya. "Aku bisa, sudah tidak sabar, aku bebas jam 6." Aku tersenyum bahagia. Te
Sebuah restoran romantis jadi pilihanmu untuk bertemu dengan professor mesum. Table dengan hiasan lilin dan bunga, lebih cocok apabila kau dan aku yang ada disana. Aku duduk di bar tepat belakang kursimu. Tempat ini tidak berisik, hanya terdengar musik-musik romantis. Aku bisa dengan jelas mendengar pembicaraanmu, prof. Levin mulai mengeluarkan rayuan gombalnya untuk memikatmu."Terlihat ada sebuah kejujuran, Itulah yang membuat karyamu special. Jadi buanglah semua hal yang berlawanan dengan dirimu.""Terima kasih, saran yang baik yang terucap dari seorang dosen sepertimu, itu sangat berarti," kau memuji pria beruban tak tahu diri itu."Banyak orang menilai wanita terbuka itu sangat menggoda. Manfaatkan hal itu di hidupmu.""Haha, Semuanya tidak semudah itu." Kau coba mengelak dari arah pembicaraan dosenku."Kamu boleh menjadikan aku sebagai kelinci percobaan. Aku tidak akan marah." Tangan Prof. Levin mulai nakal dan menyentuh pelan tanganmu di ata