Hari pertama dimulai ... kegiatanmu diawali sangat pagi. Aku tahu dari jadwal online mu. Bangun jam 6:30 dan bersiap2 utk mengajar Pilates. Menawarkan senyuman dan dukungan pada murid-muridmu. Kau memang ramah, semua orang menyukaimu.
❦
Jam 10:00 kau pergi ke kampus. Karena terlalu sibuk kau tidak menyadari kalau dari tadi aku ada di dekatmu, bersembunyi diantara tanaman taman halaman kampus. Aku harus berusaha sedekat mungkin denganmu. Semakin dekat maka semakin baik.
"Selamat pagi Professor Levin," kau menyapa pria setengah baya yang bisa kupastikan dia adalah seorang dosen.
"Sudah kubilang panggil saja aku Andi, bagaimana? sudah siap untuk kelas." Tangan Andi merangkul pinggangmu.
Terlihat jelas si Professor ini mata keranjang dan ingin bercinta denganmu. Tapi kau pintar juga ternyata. Kau php in dia. Tidak ada salahnya kan berharap kan proff?
❦
Seusai kelas, kau menuju ke cafe favoritmu untuk menulis. Tapi baru saja kau hendak pergi. Teman-teman kaya mu bangun lalu menghubungimu. Hari ini mereka tidak punya acara selain menghabiskan malam dengan posting di I*******m. Serius? apa kau tidak bisa memilih teman yang baik Chall?
Aku masih bersemangat menguntitmu. Sebuah kursi untuk dua orang yang jaraknya hanya 2 m dari mejamu sangat ideal sekali. Aku bisa dengan jelas mendengarkan apa saja yang kau bicarakan dengan teman-teman mu, dan kau masih belum menyadari bahwa kita saling duduk memunggungi satu dan lainnya.
“Bersulang!” Teman-teman wanita mu yang mulai mabuk memekik sangat keras.
“Oh, selamat ulang tahun!” teriak salah satu teman yang kau panggil Lean. Wow, pola hidup yang royal. Lantas dia ambil sebuah bungkusan kado dan segera memberikannya pada Alica, temanmu yang berulang tahun.
“Siap?” ucap Lean sambil menyerahkan kotak berwarna merah maroon.
Alica segera membukanya lalu seketika matanya terbelalak karena bahagia dengan hadiah pemberian Lean. “Terima Kasih,” ucap Alica
“Apa kau suka?” Lean berbasa-basi, karena sebenarnya dia pasti tahu tas mahal itu sangat disukai Alica.
“Tidak, aku benci,” cetus Alica. “Tentu saja aku menyukainya!” Alica meralat sendiri ucapannya.
“Pacarnya sendiri saja tidak memberi hadiah sebesar itu. Tapi Alica akhirnya bercinta dengannya,” Lean tertawa.
“Selanjutnya hadiah dariku dan beri tahu aku seberapa besar sayangmu padaku.” Sebuah kotak kecil kau berikan pada Alica, dia langsung tersenyum lebar. Sebuah syal berbahan terlihat mahal bergambar kupu-kupu adalah hadiahmu untuk Alica.
“Kupu-kupu? Itu keberuntunganku tahun ini. Kamu mengingatnya?” pekik Alica terdengar heboh.
“Kan kamu sendiri yang ribut memberi tahu semua orang,” nada suara Peach terdengar sedikit menyindir Alica.
Aaah Chall kamu berusaha keras untuk diterima mereka. Mereka tidak ada acara setelah ini, jadi pastinya mereka akan pesta sampai jam 5 pagi dan memulai hari lagi esoknya.. Tapi kau tak bisa. Karena kau harus bekerja.
Akhirnya meja di belakangku hanya diduduki kamu dan Peach. Alica dan Lean sedang asyik menari diatas stage. Sepertinya Peach terdengar kurang setuju atas hadiah yang kau berikan pada Alica.
“McQueen, Chall? yang benar saja?” ucap Peach “Berapa harganya?”
Kau menjawab dengan sedikit enggan. “Kebetulan sedang ada diskon.”
“Belum pernah ada syal McQueen diskon sejak tahun 2010. Aku kira hadiahmu itu terlalu berlebihan, jelas sekali.”
Hmm, ada juga temanmu yang pintar. Peach melanjutkan lagi unek-uneknya. “Kamu selalu begini. Kamu selalu memberi sesuatu yang mahal padahal kamu tidak mampu membelinya Maaf ya, kamu itu terlalu baik,” ucap Peach.
“Gak apa kok. Aku punya kartu voucher.” Kau masih memberikan segala pembenaran untuk sahabatmu.
“Kamu bangkrut ya?” cetus Peach. “Jujurlah padaku?” Dia peduli padamu Chall. Tapi kenapa kau masih terlihat tidak nyaman bicara dengan Peach?
“Aku senang kau peduli, tapi…”
Peach langsung menyela, “Bagaimana jika aku meminjamkan sedikit uang padamu, ok?”
“Sudah kubilang aku tak apa-apa,” tolakmu.
Yang kudengar nada suara Peach merendahkan. “Aku akan selalu membantumu. Jangan pernah lupa.” Sekali lagi Peach mencoba meyakinkanmu sambil beranjak hendak pergi. “Kamu yakin tidak akan ikut bersama kita?” tanya Peach.
“Aku harus menulis…” rupanya kau sudah punya alasan yang kuat untuk dia.
“Luar biasa. Sampai jumpa nanti.” Peach pamit untuk pergi bersama Alica dan Lean.
Seperti itukah teman terbaikmu Chall? Jika benar, berarti kau sangat kesepian. Kehidupan sosmed mu semuanya palsu. Yang menggambarkan bahwa kau seorang yang bahagia dan beruntung. Tapi dibalik itu semua, kamu sepertinya seseorang yang baik menjadi panutan. Terlihat sibuk dan baik di luar, tapi sesampainya di rumah, kamu kembali menulis, di laptopmu.
❦
Aku masih mengikutimu sampai kau kembali ke rumah. Sebuah pohon yang cukup rindang tepat di halamanmu adalah spot terbaik untuk bersembunyi. Aku bisa dengan jelas memantau semua kegiatanmu dalam rumah lewat jendela yang pastinya kau tak pernah menyadari keberadaan ku yang hanya berjarak 5m darimu karena terhalang pohon itu.
Tiba-tiba sebuah taxi tepat berhenti di luar rumah. Seorang pria berperawakan kurus tampak terburu-buru keluar dari taxi dan masuk ke rumah. Uh, Chall, siapa orang ini? Sebuah pembicaraan bernada pertengkaran bisa aku tangkap dengan jelas. Kau sepertinya marah sekali pada pria ini.
“Ketika aku tinggalkan kamu sebentar dengan temanku, kau malah di kamar mandi melakukan oral sex dengan sembarang orang, terlebih lagi itu pesta temanku!” teriakanmu disambut sebuah pembelaan dari mulut si pria ceking.
“Aku mabuk. Aku bahkan tidak orgasme,” jawab si Pria.
“Itukah alibimu? "Tidak orgasme?" Nada suaramu semakin tinggi “Hanya itu saja?”
Si pria ceking perlahan mendekati mu dan mulai mengeluarkan rayuan mautnya. “Sudah seharusnya aku tidak ke kamar mandi dengan wanita lain selain kamu. Tapi wanita itu bilang punya narkoba yang bagus, dan aku benar-benar sedang stres. Aku kira ketika aku dan Johno membangun karir ini, itu semua akan mudah, hanya tinggal memilih rasa… tapi ternyata aku harus menjalani dulu 16 jam pelajaran tentang mikrobakteri. Itulah alasan kenapa semua orang tidak memulai karir sendiri di bidang perusahaan soda, dan kenapa masyarakat tetap meminum semua minuman tak sehat itu yang menyebabkan kanker,” tuturnya.
“Hebat, sungguh berhubungan sekali tentang oral sex sekarang menjadi obat kanker. Aku sangat terkesan.” Kau masih kesal tapi nada suaramu mulai melunak.
“Chall, Aku…”
Kau tak memberi lagi kesempatan dia berbicara
“Serius, aku tenggelam dalam pekerjaan. Aku tidak ada waktu untuk pacaran atau melakukan apapun bersamamu. Aku telah melakukan kesalahan ... tapi sekarang aku sadar.”
Si pria ceking makin gencar merayu sesaat mendengar kau tak lagi membentaknya. “Aku tak ingin menjadi seorang pria yang hanya memanfaatkanmu. Oh Tuhan, kau membuatku terlena,” rayu si ceking.
Mantap Chall. Kau terpancing ... sekarang kalian sedang berciuman. Daripada aku tetap melihat pemandangan yang membuatku mual. Aku langsung buka sosmed mu di ponselku lalu mencari tahu siapa pria ini berdasarkan foto yang kau tag untuknya.
Benjamin J. Ashby III. Oh, tiga bersaudara. Lahir di Greenwich, sekolah internasional. Ayahnya adalah sang Ben Ashby dari Ashby Brokerage. Telah gagal di 2 karir. Sempat menjadi Model... wah. Dan rekan penemu dari aplikasi jodoh yang mempertemukan orang-orang berdasarkan selera musik nama aplikasinya adalah LoveHooks. CEO dari Home Soda Artisanal Beverages. Mottonya: Drink Better by Hand, tidak masuk akal, tapi sangat berkualitas karena ini bisa membuatnya membeli sepatu buatan jepang seharga 5 juta. Rambutnya euuuwh menjijikan. Sesungguhnya dia rasis tapi dia menyembunyikannya.
Kembali aku melihat ke arah ruang tamu, kalian sepertinya baru selesai bercinta, cepat sekali. Bukan menghakimi, tapi pria ini sangat bertolak belakang dengan kota Arana yang hangat dan ramah. Inilah alasan aku melakukan riset. Kau jatuh cinta pada pria yang salah ... pria bajingan. Kau membuka privasimu. Kau biarkan dia melukaimu, memang semua masih samar, sih.
Eh eh eh, biar kutebak, jika dia bisa membuatmu orgasme tadi, kau pasti akan sangat terlihat puas, sangat jelas. Tapi kau tidak terlihat puas ... karena dia tidak bisa?
"Desperate Characters?” Ben melirik buku yang baru kau beli dari tokoku.
“Ya, aku baru beli. Kau boleh membacanya ketika aku selesai. Itu karya terbaik Paula Fox,” katamu persis seperti perkataan ku di toko buku.
Ben menjawabnya dengan jawaban yang tidak nyambung. “Konsultan Johno yang baru, Dia membuatku sangat pusing. Memberi cerminan buruk di kantor. Terdapat kata "Putus Asa" di buku itu. Jangan biarkan buku itu menilai dirimu, kamu bukanlah orang yang putus asa Chall. 'justru sebaliknya, sayang. Kamu wanita terpintar yang aku kenal,” puji Ben sedikit gombal. “Sejujurnya, kau membuatku selalu terlena." Ben berusaha merayumu lagi untuk mendapatkan jatah kedua. Syukurlah ponselnya berbunyi.
"Oh... maaf sayang, harus pergi. Johno telepon aku terus. Hey, kapan2 mainlah ke kantorku, untuk mencoba rasa2 baru. Kita pesta makanan pedas. Aku tahu kau suka makanan India.” Ben terburu-buru memakai celananya lalu menciummu, membuatku tambah muak.
“Baiklah. Aku akan datang,” jawabmu asal-asalan
Ponsel Ben berbunyi, kali ini dia menjawabnya. “Ya, aku di jalan bro. Kalian sedang pesan pizza? Sisakan untukku yah. Yang bebas gluten, jangan beli dari tempat vegan, keju Vegan tidak enak…” Si Ben langsung pergi begitu saja setelah puaskan hasrat nya. Brengsek sekali pria itu.
Tak berapa lama setelah Ben pergi kau mulai memeluk bantal kecil itu. Dan ya..aku yakin expresi itu adalah expresi mencari kepuasan. Jadi kau tidak orgasme? Kenapa tiba-tiba lamunanku kemana-mana. Aku membayangkan diriku sekarang yang disana. Aku yakin akan bisa memuaskan mu Chall. Bahkan berkali-kali. Tidak seperti si Ben brengsek itu. Apalagi dengan expresimu yang begitu menggoda. Aku pasti tidak akan pernah meninggalkan ranjangmu sedetikpun. Aku akan melakukannya lagi dan lagi.
“Maaf bisa bantu aku menyebrang?”
Aaargh suara nenek-nenek yang lewat di jalan depan rumahmu dan ingin menyeberang membuyarkan khayalanku. Padahal sedikit lagi aku orgasme juga. Buru-buru aku tarik tangan ku dari dalam celana dan segera membantu si nenek menyebrang jalan.
“Oh, terima kasih. Kamu baik sekali.” Ucap si nenek “Bisakah kamu panggilkan taksi sekalian?”
“Tentu saja.”
Akhirnya aku memutuskan pulang ke apartemen dengan perasaan yang sedikit kesal. Bukan hanya karena tahu bahwa Chall sudah punya pacar. Tapi juga gara-gara enaknya tidak sampai puncak. Di tangga apartemen, seperti biasa aku melihat Paco duduk membaca buku pemberian aku di beberapa halaman terakhir. Aku langsung duduk di sebelah nya.“Wow, sudahkah kamu beres membacanya?” tanyaku.“Hampir,” jawab Paco“Bagus….” Aku memuji Paco.“Terkadang dialognya aneh, seperti pada saat mereka saling membunuh tetapi masih saja bersikap ramah,” ucap Paco.Aku tertawa mendengar komentar Paco tentang buku Three Musketeers yang kupinjamkan. “Haha, itu terjadi pada abad 19. Ketika itu orang-orang masih punya sopan santun,” jawabku sekenanya.“Bisakah aku membaca buku lain?” tanya Paco.“Ooh Pac, ini sudah larut malam...aku tak tahu,” jawabku. Ada kekecewaan di wajah
Apakah kau tau Chall? Hukum di kota kita mengharuskan setiap laporan kebocoran gas untuk di inventigasi? Aku banyak belajar dari internet semenjak pertemuan kita. Pelan-pelan kubuka pintu rumahmu yang memang tidak terkunci. Petugas gas datang sesuai dengan perkiraan ku "Hey, Chall, kamu buka pintu sembarangan lagi. Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu menutup pintu?" aku berjalan pelan-pelan menuju bagian belakang rumah. "Aku yang memanggil perusahaan gas di hari dimana kau sibuk seharian. Aku tak ingin menakutimu." Orang itu tampaknya telah selesai memeriksa kebocoran. "Hey, Chall kemana?" tanyaku.Dia menjawab sambil bersiap-siap untuk pulang. "Entah, ibu kos yang membuka pintu. Karena ada yang melaporkan kebocoran gas.""Betul, Chall bilang itu padaku. Apakah semua baik-baik saja?" tanyaku dengan berpura-pura khawatir."Yeah, semua aman. Sampaikan pada pacarmu bahwa tidak ada kebocoran gas. Pekerjaanku sud
Aku belum pernah ke Greenpoint, tapi apapun akan kita lakukan untuk cinta, ya kan? Seperti biasa aku.cari tempat yang paling nyaman agar bisa menguping pembicaraanmu dan teman-teman.Kau berdiri untuk mengambil beberapa minuman lagi. Padahal keadaanmu sudah sangat mabuk. "Hi, um, okay, kita akan mengambil beberapa minuman lagi.""Tunggu sebentar. Teman-teman? Apa yang dia pikirkan?" baru saja kau pergi, Peach langsung berbicara tentangmu. "Hanya model,penyanyi dan vegetarian yang naik ke panggung. Aku rasa, orang-orang disini tidak akan mau mendengar seorang puitis yang menceritakan tentang hidup yang suram," ejek Peach sangat kejam. Teman-temanmu tidak setia Chall, terutama yang bernama Peach."Segelas lagi picklebacks." Kau angkat minuman yang baru saja kau ambil."Challis, apakah kamu yakin ini waktu yang tepat?" Peach coba membuatmu membatalkan penampilannya malam ini.Kau jawab dengan sangat tegas. "Aku yakin.""Belakangan
Hari ini sangat meletihkan juga menyenangkan, aku merasa hubungan kita semakin dekat Chall. Disisi lain si brengsek Ben selalu muncul jadi penghalang kita."Zach.." suara Paco menyapaku di pintu masuk apartemen."Pac, hey. Kenapa? Sedang apa kamu diluar?""Si Ron." Paco bercerita sambil meneteskan air matanya. "Pulang pulang dia mabuk dan berteriak, dia bilang aku sok pintar, membaca buku dan merendahkan dia.""Huh... apa yang terjadi? Apa dia melukaimu?" aku memeriksa tubuh Paco. Aku khawatir dia terluka."Tidak, dia sama sekali tidak menyentuhku." Paco mengeluarkan buku yang kupinjamkan. Sampulnya kini dalam keadaan robek. "Aku sudah coba menghentikannya. Maaf." Air mata Paco makin menetes deras. Aku segera menenangkan sahabat kecilku ini."Paco, Paco, tak apa-apa..." sahutku. "Sungguh, tak apa-apa. Bagaimana jika kamu ikut denganku. Mari kita perbaiki ini bersama-sama, ok?" Aku mengajak Paco ke basement toko buku, untuk memperbaiki bukuny
Aku membuka kedua mataku, entah kenapa aku merasa hari ini sangatlah indah. Dan kenyataan bahwa aku selangkah mendekatimu, bukan hanya bayang-bayang mimpi malam tadi. Chall, malam ini adalah kencan pertama kita..Rasanya senang sekali bukan? aku sampai menari kesana-kemari dalam apartemen kecilku. Aku sudah tidak sabar, dan kurasa kau juga begitu, meskipun kutahu kau sehabis mabuk. Tapi mungkin aku salah.Suatu hari akan kuceritakan tentang Candy. Setiap batas yang kulewati karena aku buta cinta. Betapa hancurnya diriku saat itu. Yah, namanya juga manusia, kita semua punya masa lalu yang gelap. Tapi kurasa kali ini tindakanku benar.Kencan kita memang masih beberapa jam lagi, tetap saja sepagi ini aku mampir ke kontrakanmu. Bukan untuk menggangumu, hanya sekedar memeriksa. Tak kusangka aku perlu untuk menguntitmu seperti ini, tapi ternyata ada untungnya juga, aku jadi lebih tahu banyak tentang kamu.
Hari mulai gelap, sebelum jam 6 aku sudah mandi dan bersiap untuk kencan pertama kita. Hari hari dimana kau menjalani hidup dengan pria yang merendahkanmu akan berakhir, jika kita bisa melewati kencan pertama kita dengan sukses. Tak bisa kupungkiri, aku khawatir tentang Ben. Salah satu alasan penting kenapa Ben kuhapus dari hidupmu.Bip..sebuah pesan terbaca dari obrolan group mu.Peach: "Plis deh, paling dia sedang mabuk-mabukan!"Chall: "Bisa juga dia sedang dalam masalah kan?"Saat ini kita tidak lebih dari sebuah rasa. Setiap pilihan yang diambil memiliki arti. Ketika bersama Candy, aku selalu merasa sedang memaksanya. Tapi sekarang aku sadar, semua tidak bisa dipaksakan baik itu waktu ataupun rasanya. Jadi beri tahu aku jika kau tidak sepenuh hati Chall, tolong!? Kukirim sebuah pesan untuk menanyakan apakah kita jadi bertemu malam ini. Jawabanmu sangat kunantikan, dan akhirnya. "Aku bisa, sudah tidak sabar, aku bebas jam 6." Aku tersenyum bahagia. Te
Sebuah restoran romantis jadi pilihanmu untuk bertemu dengan professor mesum. Table dengan hiasan lilin dan bunga, lebih cocok apabila kau dan aku yang ada disana. Aku duduk di bar tepat belakang kursimu. Tempat ini tidak berisik, hanya terdengar musik-musik romantis. Aku bisa dengan jelas mendengar pembicaraanmu, prof. Levin mulai mengeluarkan rayuan gombalnya untuk memikatmu."Terlihat ada sebuah kejujuran, Itulah yang membuat karyamu special. Jadi buanglah semua hal yang berlawanan dengan dirimu.""Terima kasih, saran yang baik yang terucap dari seorang dosen sepertimu, itu sangat berarti," kau memuji pria beruban tak tahu diri itu."Banyak orang menilai wanita terbuka itu sangat menggoda. Manfaatkan hal itu di hidupmu.""Haha, Semuanya tidak semudah itu." Kau coba mengelak dari arah pembicaraan dosenku."Kamu boleh menjadikan aku sebagai kelinci percobaan. Aku tidak akan marah." Tangan Prof. Levin mulai nakal dan menyentuh pelan tanganmu di ata
Kau menggandeng tanganku mesra, sambil berjalan menuju kediaman Peach kau terus bercerita tentang sahabat mu itu. Padahal aku tau dialah satu-satunya sahabatmu yang terlihat beda. Entahlah...hanya itu yang aku rasakan."Haha, itu sungguh memalukan, Peach dan aku bisa berteman karena kita pernah keracunan makanan. Muntah membuat kita berteman,"(Ben: "Kau sudah melihat dapurnya? Warna dapurnya merah. Di design untuk bercinta. Dia sangat Kinky denganku karena dia tahu aku punya narkoba. Nah sekarang kamu, apa yang kamu punya? Moga-moga tidak terjadi hal aneh nanti aku berharap kalian bisa berteman.")Pintu terbuka, tepat sebelum kau melangkahkan kakimu ke dalam rumah. Kau melepaskan pegangan dari tanganku. "Sial!" umpatku dalam hati. Kenapa seperti ini? Apakah kau malu padaku? Tapi apa dayaku, aku hanya bisa mengikutimu dari belakang. Bisa kulihat, ini bukan tempat yang cocok untukku. Semua orang disini sama s