Share

Chapter 4 - You Reap What You Sow

Sudah hampir tiga tahun Mansa menjalani kehidupan sebagai siswa SMP dengan identitas yang dipaksakan oleh sosial pada dirinya sebagai anak indigo. Meski begitu, Mansa cukup pandai beradaptasi dan menjaga diri untuk tidak terlalu menjadi sasaran bully.

Hingga pada satu kejadian kecil yang memicu rentetan masalah dalam kehidupannya, membuatnya tak lagi bisa menjalani kehidupan sebagai seorang anak SMP normal pada umumnya.

Suatu ketika, Mansa meminta izin untuk keluar dari kelas karena panggilan alam. Efektivitas dari sistem ekskresinya membuatnya tak kuasa berlama-lama mengikuti presentasi yang sedang berlangsung. Dia pun bergegas ke toilet untuk memenuhi hajatnya.

Tak lama setelah Mansa keluar dari kelas, Danu dan dua orang temannya mengikuti Mansa keluar sementara guru yang mengajar di kelas saat itu seperti tak peduli dengan mereka.

Ketika tiga orang siswa tersebut baru sampai di toilet, Mansa baru saja selesai menyetor jatah pengeluaran hariannya dan hendak bergegas kembali ke kelas. Namun di pintu toilet, dua orang teman Danu menyeret tangan Mansa dan memaksanya kembali masuk ke dalam.

“Tak usah buru-buru dulu. Barengan saja kita baliknya.”

Danu meletakkan tangannya di dada Mansa berusaha menahannya untuk tetap di toilet bersama mereka.

Tiga orang siswa tersebut membuka resleting dan memulai ritual biologis mereka di depan kloset yang terpasang di dinding. Anehnya, tak satupun dari mereka yang mengeluarkan apa yang seharusnya mereka keluarkan untuk ritual tersebut.

“Oh, tidak seperti biasanya kita kompakan begini,” celutuk Dodi yang berdiri paling kiri.

Sementara Eri yang berdiri di tengah ikut menyahut.

“Jangan bilang cuma gara-gara ini kencingmu tak juga bisa keluar, Dod.”

Merekapun tertawa dengan celoteh yang aneh bin receh tersebut. Lantas Danu menoleh ke belakang dan berkata,

“Kali saja si Mansa bisa membantu kita,” ujarnya.

Seketika itu dua orang yang lainnya juga berbalik ke arah Mansa dan menghadapkan keran biologis mereka ke arahnya.

Danu pun bergeser ke arah belakang Mansa dan berkata, “Sepertinya hari ini kami tak bisa kencing kalau pakai kloset.”

“Benar juga. Mungkin sudah bosan sepertinya,” sahut Eri yang juga ikut pindah ke sisi sebaliknya.

Sekarang tiga orang tersebut berdiri mengelilingi Mansa dengan tiga alat kelamin mereka diarahkan padanya. Mereka pun menghujani celana Mansa dari tiga sisi secara serentak sementara Mansa hanya berdiam diri saja tanpa ada keinginan untuk berbuat apa-apa.

“Aaah, memang si Mansa benar-benar ajaib seperti kata orang. Tiba-tiba saja kencingnya jadi lancar begini.”

“Makasih yaa,” ujar Danu sebelum menutup resletingnya.

Setelah berkata seperti itu, tubuh Danu terlihat sedikit bergetar lega seperti umumnya orang selesai kencing.

Mereka bertiga meniggalkan Mansa dan bergegas ke kelas. Tinggal Mansa seorang diri dengan kondisi celana yang sudah basah kuyub di segala sisi. Entah apa yang dipikirkannya, dia langsung saja melenggang masuk ke dalam kelas seolah tak terjadi apa-apa.

Sesampainya di kelas, dia berjalan lurus ke arah meja guru dan kemudian berbelok ke arah tempat duduknya yang ada di pojok paling belakang. Beberapa orang yang duduk di depan tentu menyadari keanehan pada Mansa.

Terutama si guru yang biasanya cuek sekarang tak bisa tidak terpancing perhatiannya karena aroma semerbak dari celana Mansa yang basah yang baru saja melintas di depannya.

Sedikit terdengar gaduh di kelas oleh reaksi siswa yang memperhatikan Mansa masuk.

“Eh, lihat! Celananya bisa basah begitu.”

“Hihi, mungkin dia ngompol.”

“Eww!!!”

“Lihat gayanya berjalan, bisa santai begitu ya.”

Guru itu berdiri dengan tampang serius menatap ke arah Mansa sementara Mansa langsung duduk dengan ekspresi cuek persis sama dengan gaya cuek yang selama ini diperlihatkan oleh guru tersebut.

Seakan mengejek, sikap aneh Mansa menarik perhatian semua murid yang ada di kelas. Mereka yang duduk di dekatnya terlihat menutupi hidung karena tak tahan dengan baunya. Mansa santai saja duduk di belakang begitu tidak peduli dengan semua itu. Pikirnya, dari pada apes sendirian kenapa tidak dinikmati saja bersama-sama.

Melihat Mansa yang seolah tak peduli seperti itu membuat guru geram dan menegurnya dengan sedikit membentak.

“Sudah sebesar ini kamu masih saja pipis di celana, Mansa?!” tanya guru tersebut.

“Oh?!” sahut Mansa singkat.

Dia pun berjalan ke arah guru tersebut dan memperlihatkan padanya bahwa celananya basah di segala sisi.

Nampak semua orang menutup hidung begitu tercium bau pesing yang menyengat ketika Mansa lewat. Begitu juga dengan guru tersebut ketika Mansa sudah sampai di depan mejanya. 

“Kira-kira, apa Bapak bisa membayangkan bagaimana caranya aku bisa kencing dan membuat celana ini basah di segala sisi?”

Mansa sama sekali tidak ada niat untuk menceritakan apa yang terjadi. “Apa aku harus kembali duduk? Atau aku langsung saja pulang ke rumah, Pak?”

Tentu pertanyaan Mansa membuat guru tersebut kesulitan berkata-kata. Guru itu terdiam. Mansa langsung saja balik ke bangkunya. Dia mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas.

Sesampainya di dekat pintu Mansa berhenti sejenak dan menoleh ke arah Danu dan teman-temannya.

“Apa kalian tidak mau ikutan juga? “Harusnya kalian kencingi saja celana kalian sendiri. Bukannya malah kencing di celana orang.”

Setelah Mansa keluar, Danu dan dua orang temannya tersebut habis dimaki-maki oleh guru. Cukup lama guru tersebut menceramahi mereka sampai-sampai kelompok yang seharusnya melakukan presentasi kehilangan kesempatannya.

Sebenarnya guru tersebut adalah orang yang sangat realistis dan pragmatis. Dia sama sekali tidak berharap tiga orang tersebut bakalan berubah hanya karena dibentak seperti itu. Tapi tetap saja guru tersebut sudah kadung emosi dan tak bisa lagi menahan amarahnya.

Kebetulan dia juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah sehingga dia bisa secara langsung memberikan skorsing pada Danu dan dua orang lainnya itu selama tiga minggu. Setelah kena marah, Danu dan dua orang temannya langsung diusir keluar dari kelas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status