Share

Ex-Husband After Divorce
Ex-Husband After Divorce
Author: 5Lluna

Belum Berakhir

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2022-10-12 15:17:20

“Akhirnya,” gumam Lydia pelan sambil mengulum senyum, memegang map di tangannya.

Wanita berumur 25 itu mendonggak melihat pria yang duduk tepat di depannya. Pria dingin yang tidak punya begitu banya ekspresi selain marah, bingung, datar dan dingin. Oh dan mungkin puas karena sejuanya telah selesai.

“Senang bisa bekerja sama dengan anda Pak Reino.” Lydia mengulurkan tangan untuk menjabat lelaki yang kini berstatus sebagai mantan suaminya itu.

Reino tidak langsung menjabat tangan Lydia. Dia melihat tangan kurus itu terlebih dulu, sebelum akhirnya menjabatnya disertai dengan helaan napas lega.

“Saya harap ke depannya kita tidak perlu bekerja sama lagi,” jawab Reino dengan ketus dan ekspresi dinginnya yang khas.

Lydia sebenarnya kesal setengah mati dengan kelakuan Reino, tapi dia mencoba menahan diri. Bagaimana pun pria itu masih merupakan bosnya di kantor, jadi Lydia hanya bisa tersenyum saja.

“Uruskan pembayarannya secepat mungkin,” Lydia masih bisa mendengar seruan malas Reino pada si pengacara dari tempatnya berdiri.

Lydia pun hanya memandang pria itu dengan tatapan kesal. Walau sudah tak ada urusan apapun lagi, dia tidak perlu seketus itu kan? Padahal Reino duluan yang menawarinya.

Ponsel Lydia berdenting pelan. Ada pesan yang masuk dari akun banknya. Pesan yang menyatakan ada trasferan masuk senilai milyaran rupiah. Itu sudah cukup membuat Lydia tersenyum.

“Yang penting sekarang aku sudah bebas dan kaya raya,” gumam Lydia melangkah keluar ruang pengadilan dengan pasti. Dia sudah siap menyosong kehidupan yang baru.

***

“Pesan apapun yang kalian mau. Aku yang traktir,” teriak Lydia pada ketiga sahabatnya.

“Yakin nih?” tanya wanita bertubuh gemuk sedikit ragu dengan keputusan sahabatnya itu.

“Yakin banget 1000 persen. Aku habis dapat bonus besar soalnya, jadi pesan saja apa yang kalian mau,” jawab Lydia jemawa.

Mendengar hal itu, para sahabat Lydia ini tentu tidak lagi merasa sungkan. Kapan lagi mereka ditraktir di restoran fine dining sebuah hotel bintang lima.

“Eh, tapi tumben dapat bonus. Biasanya juga kamu selalu mengeluh karena bosmu pelit,” sahabat yang duduk di seberang Lydia ikut bertanya. Sedikit penasaran dengan sahabatnya yang sedang kaya itu.

“Intinya produk yang launching tahun lalu hasilnya bagus dan aku yang masih karyawan kontrak ini pun kebagian hasil,” jawab Lydia hiperbola.

“Bahkan harusnya aku sudah bisa mentraktir kalian dari sebulan lalu, tapi ada beberapa produk baru yang menyita perhatian satu kantor. Belum lagi kalau akhir bulan kami bagian keuangan selalu sibuk dan lembur, jadi gitu deh.”

Lydia menghabiskan waktu dengan bercerita panjang lebar tentang pekerjaannya. Hal yang selalu dilakukannya ketika berkumpul dengan para sahabat. Tapi sayangnya hal ini harus diinterupsi oleh dering telepon. Atau lebih tepatnya video call.

Mata Lydia membulat sempurna ketika mendapati nama mantan mama mertuanya tertera di layar. Dan karena tidak ada dari para sahabatnya yang tahu kalau sekarang dia adalah janda, Lydia harus menyingkir untuk menerima panggilan itu.

“Selamat malam waktu Jakarta, Ma,” Lydia refleks menyapa seperti biasanya. Dia sudah lupa kalau wanita akhir lima puluhan yang terlihat di layar ponselnya sudah jadi mantan mertua.

“Selamat siang waktu Denmark. Bagaimana kabar kalian?” mantan ibu mertuanya menyapa balik.

“Baik,” jawab Lydia terlihat sedikit bingung. Rasanya ada yang aneh dengan pertanyaan wanita itu.

“Kamu ada di luar? Apa sedang makan malam dengan Reino?” tanya mantan ibu mertuanya melihat latar belakang tempat Lydia berdiri.

Mendengar mantan mama mertuanya bertanya soal Reino, membuat Lydia makin bingung. Mereka kan sudah bercerai sebulan lalu, mana mungkin bisa makan malam bersama.

“Reino gak bilang apa-apa ya, Ma?” tanya Lydia sedikit meragu.

“Memangnya apa yang perlu Mama tahu?” tanyanya bingung, namun senyuman segera merekah di wajahnya.

“Apa kamu hamil?” tanya mantan ibu mertua Lydia dengan wajah bahagia. Lydia sampai tidak tega mengatakan mereka sudah cerai.

“Bukan begitu, Ma. Aku belum hamil. Kami cuma-”

“Kami sedang merencanakannya, jadi Mama tidak perlu khawatir.”

Lydia terlonjak mendengar suara bariton yang sudah dikenalnya. Belum lagi hembusan napas yang terasa dekat dengan lehernya. Tanpa dilihat pun Lydia tahu siapa pemilik suara itu dan karena dia terasa dekat, Lydia jadi tidak berani berbalik.

“Oh, jadi kalian sedang kencan? Apa Mama mengganggu?” tanya perempuan itu dengan senyum mengembang, sama sekali tidak kecewa dengan pernyataan yang sebelumnya.

“Ya. Dan maaf karena aku telat ya, Sayang.” Reino mengecup pelan pipi Lydia, membuatnya membeku di tempat.

“Ck. Dasar kalian. Kalau begitu selamat kencan dan jangan lupa segera berikan cucu buat Mama dan Papa ya.” mantan ibu mertua Lydia segera mengakhiri telepon.

Begitu layar ponsel Lydia menghitam, senyum tipis di wajah Reino langsung memudar. Dia segera meneggakkan tubuh jangkungnya dan memandang Lydia dengan tatapan merendahkan seperti biasanya.

“Yang tadi itu apa, Pak?” tanya Lydia sudah mulai sadar dari keterkejutannya.

“Orang tuaku tidak tahu soal perceraian kita. Dan kamu wajib menyembunyikan,” jawab Reino datar.

“Tapi kita berdua kan sudah pisah, Pak. Akan-”

“Saya tidak mau tahu,” Reino memotong kalimat Lydia, kemudian segera melangkah masuk ke dalam resto.

Lydia memejamkan mata dengan kesal. Dia sedang mencoba mengatur emosinya agar tidak meledak di tempat umum seperti ini.

“Sabar,” gumamnya seraya melangkah masuk kembali ke resto.

Sayangnya, Reino yang duduk tak jauh dari mejanya membuat Lydia menghela napas. Dia tidak lagi emosi, tapi tetap saja menyebalkan melihat wajah datar Reino. Bahkan di depan seorang perempuan cantik nun seksi.

Lydia dengan mudah menebak perempuan itu adalah teman tidur Reino malam ini. Kalau wanita kesukaannya seperti itu, wajar saja sih Lydia selalu mendapatkan tatapan penuh penghinaan. Secara tubuhnya nyaris selurus papan.

“Apa kamu mengenal mereka?” tanya sahabat Lydia yang paling menawan.

“Yang pria itu bosku. Kalau yang perempuan aku tidak tahu,” jawab Lydia jujur.

“Seram sekali sih mukanya. Aku heran model setenar itu mau dengannya,” balas yang gemuk.

“Itu Reino Andersen. Wajar kalau semua perempuan mau dengannya, uangnya tak berseri,” jawab si cantik.

“I don’t care.” Lydia memilih untuk tak lagi menghiraukan bos sekaligus mantan suaminya itu. Toh mereka tidak akan lagi berhubungan selain urusan kantor.

Setidaknya itu yang dipikirkan Lydia selama berhari-hari kemudian. Namun siapa sangka kalau ternyata kenyataannya tidak seperti itu.

“Bagaimana bisa?” pekik Lydia dengan wajah horor, menatap pria yang berbaring telanjang di sebelahnya. Persis sama dengan dirinya.

***To Be Continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
anjir ini laki buaya buntung
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Tempat Pulang

    “Amadeus Andersen?” Kenzo mengucapkan nama keponakannya yang kedua dengan kedua mata berkedip. “Apa kau ingin anak-anakmu jadi musisi?”Anak kedua Reino yang berjenis kelamin lelaki, baru saja dilahirkan dan lagi-lagi Reino baru terpikirkan soal nama. Alhasil, itu sempat membuat Lydia kesal. Untung saja, nama pemberian Reino cukup bagus. Amadeus. Diambil dari nama komposer terkenal dunia, Wolfgang Amadeus Mozart. Dengan nama anak pertama yang bernama Melody, tentu saja orang-orang akan berpikir kalau Reino ingin anaknya jadi musisi. “Tidak. Aku hanya ingin anak-anakku punya nama dengan tema yang sama.” Reino menjelaskan dengan santai. “Karena yang pertama sudah berhubungan dengan musik, jadi yang kedua pun harus sama.” “Tapi setidaknya tolong jangan membuat nama secara tiba-tiba.” Lydia menegur untuk yang kesekian kali. “Aku kesal karena nama yang sudah kusiapkan malah tidak jadi dipakai.” “Kita bisa memakainya sebagai nama tengah.” Reino memberi ide. “Sudah tidak mungkin. Aktanya

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Maaf

    “Selamat atas kehamilan keduanya. Janinnya sudah berumur hampir empat minggu.” Lydia melongo mendengar apa yang dikatakan dokter barusan. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu karena memang belum ingin menambah momongan. Bukannya Lydia tidak mau tambah anak, tapi rencananya nanti. Mungkin setelah Melody berumur lebih dari setahun atau bahkan setelah anaknya berumur tiga tahun. Namun, ternyata itu semua tidak bisa lagi. Di usia Melody yang ke enam bulan, Lydia sudah hamil lagi. “Makanya aku bilang juga apa?” Lydia menghardik suaminya ketika mereka sudah duduk manis di dalam mobil. “Pakai pengaman. Apa susahnya sih?” “Katanya menyusui itu KB alami kan?” tanya Reino takut-takut. “Jadi kupikir tidak masalah.” “Iya, tapi kan ada syaratnya juga. Kau pikir aku menyusui dua puluh empat jam?” Lydia makin menghardik suaminya. “Sudah kejadian juga. Kita hanya bisa pasrah.” Reino mengatakan kalimat pamungkas itu. Lydia mendesah pelan. Memang sudah tak

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Hamil Lagi

    Waktu berlalu dengan cepat. Setelah pencarian nama yang kilat, kini dua bayi kembar yang diberi nama Meyer dan Meidi itu sudah berusia lima bulan. Hanya berbeda satu bulan kurang dua hari dari keponakan mereka, Melody. Nama mereka bertiga bahkan serupa, bahkan wajah pun agak mirip. Tidak heran kalau mereka bertiga kadang dikira kembar. “Aduh lucunya mereka.” Kenzo memekik senang ketika adik dan keponakannya berkumpul dan bermain bersama. “Kalau kau begitu suka dengan bayi, kenapa tidak segera menikah dan punya anak sendiri?” Lydia geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu. Hari ini, Lydia berkunjung ke rumah mamanya. Kebetulan dia sudah agak lama tak berkunjung karena sibuk dan baru saja sembuh dari sakit. Anak-anak dibiarkan bermain di lantai yang sudah dialasi karpet tebal. Tak lupa juga para pengasuh dan pengurus rumah berjaga di sekitar bocah-bocah itu. “Aku suka bayi, tapi masih terlalu muda untuk menikah. Lagi pula, aku baru masuk kerja. Aku harus kumpul banyak uan

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Belum Siap

    “Bagaimana?” Lydia berlarian mendatangi adiknya yang berdiri di depan ruang operasi. Liani sudah diatur akan dirujuk ke rumah sakit mana ketika melahirkan nanti. Letaknya berada di antara rumahnya dan rumah Lydia. Sengaja seperti itu agar bisa memudahkan semua orang. Rumah sakit yang sama dengan Lydia dulu. Lydia bahkan sempat menyusui Melody dulu sebentar, sebelum meninggalkan bayinya dengan mama Clarissa. Untung saja bayinya anteng dan tidak terlalu rewel, sehingga Lydia dan Reino bisa segera ke rumah sakit. “Mama masih di dalam. Dia baru masuk sekitar lima belas menit lalu karena tadi diperiksa dulu,” jelas Kenzo dengan panik. “Tidak apa-apa. Kau tidak perlu sepanik itu. Mama hanya melahirkan.” Lydia mengusap lengan adiknya. “Ya, tapi ... perut mama akan dibedah untuk mengeluarkan dua bocah itu. Itu tetap saja menakutkan.” Kenzo malah bergidik ketika membayangkannya. “Bagaimana nanti kau menemani istrimu melahirkan kalau kau selemah itu?” tanya Reino sambil menggelengkan kepal

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Adik Baru

    “Bagaimana rasanya jadi seorang ibu?” Erika menanyakan hal itu pada Lydia. “Luar biasa,” jawab perempuan yang baru saja melahirkan beberapa minggu lalu itu. “Ternyata cukup menyenangkan.” “Cukup menyenangkan?” tanya Cinta dengan mata melotot. “Memangnya anakmu tidak pernah terbangun tengah malam? Tidak pernah rewel?"“Rewel.” Lydia mengangguk pelan, sambil melihat anaknya yang baru saja tertidur itu. “Tapi kan banyak yang bantuin.” “Yeah, the power of money. Ada pengasuhnya.” Vanessa memutar bola matanya karena gemas. Lydia tertawa cukup keras. Yang dikatakan Vanessa itu memang tidak salah. Reino memang menyewa pengasuh untuk membantu Lydia mengurus Melody. Ada juga mama mertua baik hati yang mau membantu dan Reino juga cukup siaga. Bisa dikatakan hidup Lydia benar-benar nyaman. Dia benar-benar hanya menyusui putrinya dan membantu memakaikan baju. Selebihnya akan dilakukan pengasuh atau mama mertua. “Kalau kau kewalahan, coba ambil pengasuh. Punya dua bayi pasti lebih repot.” L

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Melody Andersen

    “Aku takut.” Lydia terlihat sudah ingin menangis ketika mengatakan itu. “Tidak perlu takut. Kau akan baik-baik saja.” Reino mengecup istrinya yang sudah berganti pakaian dengan jubah operasi yang steril. Yap. Hari ini pada akhirnya ibu hamil itu akan melahirkan dengan prosedur operasi cesar menggunakan metode ERACS. Itu adalah jenis operasi yang bisa membuat Lydia tak perlu tinggal lama di rumah sakit karena pemulihannya lebih cepat. Sebenarnya Lydia ingin mencoba normal, tapi dia tak bisa melakukan itu. Ukuran bayinya terlalu besar, sementara panggulnya agak kecil. Tidak tanggung-tanggung berat bayi dalam kandungan diperikan sudah melebihi tiga koma lima kilo. Itu membuat Lydia kesulitan berjalan selama trisemester akhir.“Kau tidak perlu takut.” Ibu mertua Lydia menenangkan menantunya. “Zaman sudah modern dan alat kedokteran juga sudah canggih. Semua akan aman.” “Aku juga akan mendampingimu.” Reino mengelus lengan istrinya yang makin bertambah gemuk, seiring pertumbuhan si bay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status