Share

Kabur

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2022-10-12 15:34:50

“Bagaimana bisa?” Lydia kembali memekik.

Perempuan itu baru saja terbangun ketika mendengar alarmnya berbunyi. Tapi begitu dia berbalik ke sisi ranjang yang satunya karena masih mengantuk, mata Lydia yang setengah terpejam bertumbukan dengan pemandangan yang selama ini dia pikir hanya akan ditemukan di film atau novel saja.

Dengan perlahan, Lydia mengalihkan pandangan matanya untuk melihat dirinya sendiri. Tanpa menyingkap selimut pun sebenarnya Lydia bisa merasakan dia tidak memakai apa-apa, tapi tetap saja dia mengintip ke dalam selimut dan nyaris saja memekik.

“Apa yang terjadi di sini?” guma Lydia seraya merambat naik untuk menyandar ke kepala ranjang.

“Jangan berisik.”

Suara bariton yang amat sangat dikenalnya, membuat Lydia tersentak. Wanita itu menoleh ke arah pria tadi dan terkejut setengah mati ketika pria yang tadi memunggunginya, kini berbalik menghadap dirinya.

“Oh, my God. Polar Bear,” pekik Lydia tertahan.

Lydia berjengit ketika pria itu kembali bergerak. Untungnya dia tidak sampai terbangun dan hanya bergumam pelan saja.

Tidak ingin berada di tempat itu lebih lama lagi, Lydia bergegas turun dari ranjang. Dia lalu memunguti pakaiannya, sambil sesekali berjengit karena Reino bergerak atau bergumam pelan.

“Oh, my God. Aku sebenarnya di mana sih?” gumam Lydia ketika dia berhasil keluar dari kamar dengan selamat.

Tidak ingin berlama-lama di tempat itu dan ketahuan si Polar Bear, Lydia segera berjalan tak tentu arah. Yang penting dia menjauh dulu dari tempat itu.

“Oh, Tuhan kenapa sakitnya baru terasa sekarang,” gumam Lydia ketika sudah duduk cantik di taksi online pesanannya. Nama Tuhan tak henti dia sebut.

“Kenapa, Mbak?” tanya si sopir taksi berpikir dia sedang diajak bicara.

“Gak ada apa-apa kok.”

Si sopir tidak menjawab lagi, tapi Lydia bisa melihat pria tua itu melihatnya dengan tatapan aneh dari rear view. Dan Lydia bisa menebak alasannya. Memangnya apa lagi yang dipikirkan orang melihat seorang wanita keluar dari hotel pagi-pagi begini dengan tergesa dan sedikit berantakan?

Wanita murahan yang menajajakan dirinya. Dan itu membuat Lydia refleks memeluk dirinya, menutup pahanya yang terbungkus rok di atas lutut lebih rapat. Menahan perih yang masih sangat terasa, bahkan hanya dengan pergerakan yang sangat kecil.

“Dasar alkohol sialan,” gumam Lydia lebih lirih lagi agar sopir itu tidak mendengar.

Lydia sudah mengingat apa saja yang terjadi semalam dan itu membuatnya tambah sakit kepala. Bagaimana bisa dia bisa menikmati semuanya ketika itu yang pertama kali? Bukankah harusnya terasa sakit?

It was wild and rough, but its good. Super good.

“Argh, Lydia. Berhentilah mengingat kejadian itu,” geramnya dalam hati.

“Berhentilah berpikir mesum dan lupakan kejadian itu. Itu hanya kesalahan yang tidak akan pernah terulang lagi,” lanjut Lydia masih dalam hati.

***

Reino menggeliat masih dengan mata terpejam. Rasanya sudah lama dia tidak tidur senyenyak ini dan dia harus mengakui kalau ini terjadi karena semalam dia ‘puas’. Sangat puas malah.

"Hei, ayo kita lakukan lagi," seru Reino tanpa mendapat sahutan.

"Apa kau mendengarku?" tanya pria tinggi besar itu, masih belum menyadari keheningan dalam kamar itu.

Reino beranjak duduk tuk kemudian mengalihkan pandangan ke seluruh penjuru kamar. Tidak ada tanda-tanda mantan istrinya itu ada di sana. Dia kemudian segera beranjak ke kamar mandi untuk melihat, tapi hasilnya nihil.

Tanpa peduli kalau dirinya masih telanjang disertai morning wood yang belum mered, Reino membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon. Bahkan dia membuka pintu kamar tuk melihat apakah perempuan yang ditidurinya semalam sedang berkeliaran disekitar kamar.

“Berani-beraninya dia meninggalkanku sendirian,” geram Reino kesal setengah mati.

Tidak ada sejarahnya Reino ditinggal tanpa kata-kata setelah bercinta. Adanya dia yang selalu meninggalkan teman tidurnya begitu terpuaskan. Baru kali ini Reino tertidur pulas setelah bercinta dan baru kali ini pula dia ditinggalkan. Jelas ini membuat harga dirinya jatuh dan egonya tersentil.

“Anda terlambat, Pak,” sambut sekretaris Reino begitu pria berwajah masam itu tiba di depan meja sekretarisnya.

Reino tidak menjawabnya dan langsung masuk ke ruangan dengan membanting pintu. Si sekretaris pun terperangah karenanya. Bisa dipastikan Reino sedang dalam mood yang sangat buruk dan sebagai sekretaris yang mengurusi bosnya, dia harus berhati-hati hari ini.

“Maaf, Pak. Apakah Pak Reino belum berganti pakaian?” tanyanya setelah memperhatikan bosnya itu lebih seksama lagi.

“Kalau kau tahu, pergi ambilkan aku pakaian yang baru,” hardik Reino benar-benar marah.

Wanita berumur akhir dua puluhan yang sudah setahun menjadi sekretarisnya itu, terbirit ke ruangan khusus yang ada dalam ruangan kerja Reino itu. Dia mengambil satu set pakaian baru yang selalu tersedia di sana dan meletakkannya di atas meja Reino dengan hati-hati.

“Apa kartunya sudah dikembalikan?” tanya Reino dengan mata terpejam, berusaha untuk menenangkan diri. Dia tidak mungkin bekerja dengan emosi tak stabil, apalagi seingatnya ada rapat pernting hari ini.

“Kartu... ah. Kalau kartu yang dipinjamkan ke divisi keuangan sudah kembali, Pak. Manajernya sendiri yang mengembalikan.”

“Kenapa bukan... siapa lagi namanya? Yang kuberi kartu itu kemarin?” tanya Reino sudah melupakan nama mantan istrinya. Padahal baru sebulan lalu mereka bercerai dan mereka juga bekerja di kantor yang sama.

“Lydia, Pak. Saya tadi sempat mendengar manajernya bilang dia sedang sakit. Mungkin kebanyakan minum alkohol?” jawab si sekretaris dengan nada tanya.

Reino mendesis kesal mendengar pernyataan itu. Alasan Lydia memang sakit, tapi bisa saja kan perempuan itu menghindar? Apa pengalaman kemarin setidak menyenangkan itu?

“Keluar,” bentak Reino pada sekretarisnya yang langsung putar balik.

Reino mulai mengganti pakaiannya dengan perasaan kesal dan gerakan kasar. Dia menatap tubuhnya sekilas dari pantulan kaca dan makin kesal lagi karenanya.

“Tubuhnya saja nyaris tak berlekuk dan sekarang dia menghindariku?” geram Reino.

“Dasar perempuan tak tahu untung. Harusnya dia bangga bisa naik keatas ranjang seorang Reino Andersen yang sempurna ini,” gerutu Reino tanpa henti selama berganti pakaian.

Reino menghela napas. Dia baru sadar kalau apa yang dilakukannya sejak tadi jelas sesuatu yang aneh. Untuk apa juga dia memikirkan wanita yang sudah jadi mantan istri?

Dan hei, seorang Reino Andersen sudah terbiasa one night stand. Jadi untuk apa memikirkan ini semua?

“Dia hanya salah satu dari sekian perempuan yang menghangatkan ranjangmu Reino, tidak perlu terlalu dipikirkan. Kamu akan melupakannya seperti biasa,” gumamnya pada diri sendiri.

"Tapi tidak. Rasanya aku tetap harus memberikan perempuan itu pelajaran karena sudah meninggalkanku begitu saja."

***To Be Continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
huhuuuuu ngamukkk merasa terhina karna di tinggalin ya habis bercinta wkkkkkkk ketagihan ni yeeeee
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Tempat Pulang

    “Amadeus Andersen?” Kenzo mengucapkan nama keponakannya yang kedua dengan kedua mata berkedip. “Apa kau ingin anak-anakmu jadi musisi?”Anak kedua Reino yang berjenis kelamin lelaki, baru saja dilahirkan dan lagi-lagi Reino baru terpikirkan soal nama. Alhasil, itu sempat membuat Lydia kesal. Untung saja, nama pemberian Reino cukup bagus. Amadeus. Diambil dari nama komposer terkenal dunia, Wolfgang Amadeus Mozart. Dengan nama anak pertama yang bernama Melody, tentu saja orang-orang akan berpikir kalau Reino ingin anaknya jadi musisi. “Tidak. Aku hanya ingin anak-anakku punya nama dengan tema yang sama.” Reino menjelaskan dengan santai. “Karena yang pertama sudah berhubungan dengan musik, jadi yang kedua pun harus sama.” “Tapi setidaknya tolong jangan membuat nama secara tiba-tiba.” Lydia menegur untuk yang kesekian kali. “Aku kesal karena nama yang sudah kusiapkan malah tidak jadi dipakai.” “Kita bisa memakainya sebagai nama tengah.” Reino memberi ide. “Sudah tidak mungkin. Aktanya

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Maaf

    “Selamat atas kehamilan keduanya. Janinnya sudah berumur hampir empat minggu.” Lydia melongo mendengar apa yang dikatakan dokter barusan. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu karena memang belum ingin menambah momongan. Bukannya Lydia tidak mau tambah anak, tapi rencananya nanti. Mungkin setelah Melody berumur lebih dari setahun atau bahkan setelah anaknya berumur tiga tahun. Namun, ternyata itu semua tidak bisa lagi. Di usia Melody yang ke enam bulan, Lydia sudah hamil lagi. “Makanya aku bilang juga apa?” Lydia menghardik suaminya ketika mereka sudah duduk manis di dalam mobil. “Pakai pengaman. Apa susahnya sih?” “Katanya menyusui itu KB alami kan?” tanya Reino takut-takut. “Jadi kupikir tidak masalah.” “Iya, tapi kan ada syaratnya juga. Kau pikir aku menyusui dua puluh empat jam?” Lydia makin menghardik suaminya. “Sudah kejadian juga. Kita hanya bisa pasrah.” Reino mengatakan kalimat pamungkas itu. Lydia mendesah pelan. Memang sudah tak

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Hamil Lagi

    Waktu berlalu dengan cepat. Setelah pencarian nama yang kilat, kini dua bayi kembar yang diberi nama Meyer dan Meidi itu sudah berusia lima bulan. Hanya berbeda satu bulan kurang dua hari dari keponakan mereka, Melody. Nama mereka bertiga bahkan serupa, bahkan wajah pun agak mirip. Tidak heran kalau mereka bertiga kadang dikira kembar. “Aduh lucunya mereka.” Kenzo memekik senang ketika adik dan keponakannya berkumpul dan bermain bersama. “Kalau kau begitu suka dengan bayi, kenapa tidak segera menikah dan punya anak sendiri?” Lydia geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu. Hari ini, Lydia berkunjung ke rumah mamanya. Kebetulan dia sudah agak lama tak berkunjung karena sibuk dan baru saja sembuh dari sakit. Anak-anak dibiarkan bermain di lantai yang sudah dialasi karpet tebal. Tak lupa juga para pengasuh dan pengurus rumah berjaga di sekitar bocah-bocah itu. “Aku suka bayi, tapi masih terlalu muda untuk menikah. Lagi pula, aku baru masuk kerja. Aku harus kumpul banyak uan

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Belum Siap

    “Bagaimana?” Lydia berlarian mendatangi adiknya yang berdiri di depan ruang operasi. Liani sudah diatur akan dirujuk ke rumah sakit mana ketika melahirkan nanti. Letaknya berada di antara rumahnya dan rumah Lydia. Sengaja seperti itu agar bisa memudahkan semua orang. Rumah sakit yang sama dengan Lydia dulu. Lydia bahkan sempat menyusui Melody dulu sebentar, sebelum meninggalkan bayinya dengan mama Clarissa. Untung saja bayinya anteng dan tidak terlalu rewel, sehingga Lydia dan Reino bisa segera ke rumah sakit. “Mama masih di dalam. Dia baru masuk sekitar lima belas menit lalu karena tadi diperiksa dulu,” jelas Kenzo dengan panik. “Tidak apa-apa. Kau tidak perlu sepanik itu. Mama hanya melahirkan.” Lydia mengusap lengan adiknya. “Ya, tapi ... perut mama akan dibedah untuk mengeluarkan dua bocah itu. Itu tetap saja menakutkan.” Kenzo malah bergidik ketika membayangkannya. “Bagaimana nanti kau menemani istrimu melahirkan kalau kau selemah itu?” tanya Reino sambil menggelengkan kepal

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Adik Baru

    “Bagaimana rasanya jadi seorang ibu?” Erika menanyakan hal itu pada Lydia. “Luar biasa,” jawab perempuan yang baru saja melahirkan beberapa minggu lalu itu. “Ternyata cukup menyenangkan.” “Cukup menyenangkan?” tanya Cinta dengan mata melotot. “Memangnya anakmu tidak pernah terbangun tengah malam? Tidak pernah rewel?"“Rewel.” Lydia mengangguk pelan, sambil melihat anaknya yang baru saja tertidur itu. “Tapi kan banyak yang bantuin.” “Yeah, the power of money. Ada pengasuhnya.” Vanessa memutar bola matanya karena gemas. Lydia tertawa cukup keras. Yang dikatakan Vanessa itu memang tidak salah. Reino memang menyewa pengasuh untuk membantu Lydia mengurus Melody. Ada juga mama mertua baik hati yang mau membantu dan Reino juga cukup siaga. Bisa dikatakan hidup Lydia benar-benar nyaman. Dia benar-benar hanya menyusui putrinya dan membantu memakaikan baju. Selebihnya akan dilakukan pengasuh atau mama mertua. “Kalau kau kewalahan, coba ambil pengasuh. Punya dua bayi pasti lebih repot.” L

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Melody Andersen

    “Aku takut.” Lydia terlihat sudah ingin menangis ketika mengatakan itu. “Tidak perlu takut. Kau akan baik-baik saja.” Reino mengecup istrinya yang sudah berganti pakaian dengan jubah operasi yang steril. Yap. Hari ini pada akhirnya ibu hamil itu akan melahirkan dengan prosedur operasi cesar menggunakan metode ERACS. Itu adalah jenis operasi yang bisa membuat Lydia tak perlu tinggal lama di rumah sakit karena pemulihannya lebih cepat. Sebenarnya Lydia ingin mencoba normal, tapi dia tak bisa melakukan itu. Ukuran bayinya terlalu besar, sementara panggulnya agak kecil. Tidak tanggung-tanggung berat bayi dalam kandungan diperikan sudah melebihi tiga koma lima kilo. Itu membuat Lydia kesulitan berjalan selama trisemester akhir.“Kau tidak perlu takut.” Ibu mertua Lydia menenangkan menantunya. “Zaman sudah modern dan alat kedokteran juga sudah canggih. Semua akan aman.” “Aku juga akan mendampingimu.” Reino mengelus lengan istrinya yang makin bertambah gemuk, seiring pertumbuhan si bay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status