Share

Kekecewaan Viona, Mimpi Buruk di Klub Malam bersama Axel dan Teman-temannya

“Kau mau bawa aku ke mana Axel?!” teriaknya semakin ketakutan kala mobil Axel semakin dekat.

“Diam! Kita akan bermain sayang,” ujar Axel dengan senyum liciknya. Viona dibawa ke suatu tempat yang pastinya akan mengembalikan mood Axel, permainannya akan segera di mulai.

Fakta bahwa kisah cinta mereka adalah persetujuan dari keputusan mereka tanpa ada paksaan dari orang lain. Namun setelah menjalaninya, Viona merasa tidak cocok dengan perlakuan Axel yang tidak menganggapnya sebagai pacar. Ia hanya dijadikan sebagai bahan ajang pamernya ketika ada acara besar bertemu dengan orang lain dan tidak ada bentuk belas kasih sebagai sesama kekasih.

Hal itulah yang membuat Viona memilih untuk putus setelah 2 minggu menjalin hubungan, ia merasa hanya dimanfaatkan saja oleh Axel tanpa ada jalinan hubungan seperti pasangan lainnya. Axel tidak terima dan malah menuduh Viona selingkuh dengan orang lain.

Viona merasa sakit mendengarnya, ia merasa keputusannya ini adalah hal yang tepat setelah melihat kebenarannya ini. Dengan segera ia menghapus semua media sosial Axel dan memblokir kontaknya supaya tidak bisa berhubungan kembali, ia tidak ingin bertemu lagi dengan sosok kurang ajar yang baru sebentar dalam kehidupannya.

Tapi kenyataannya tidak berjalan dengan mulus. Viona pikir Axel akan pergi mencari gadis lain yang bisa dijadikannya pacar baru, tetapi dia malah kembali mengejarnya secara terang-terangan. Beberapa kali ia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal dan ternyata berasal dari pelaku yang sama, yaitu Axel.

Beberapa kali ia menelpon hanya untuk mengajaknya balikan, tapi langsung Viona tolak. Bermula dari jawaban yang halus hingga kecaman pedas tak henti-hentinya meredam ajakan Axel. Hidup Viona menjadi terganggu, ia tidak bisa dengan tenang membuka hpnya karena pasti akan langsung diketahui oleh Axel.

Ia pikir malam ini bisa melepaskannya penatnya tapi sayangnya malah harus menerima fakta pesta itu merupakan teman Axel juga. Ia menjadi lebih menjadi dari sebelumnya dan membuat Viona makin geram dengan kelakuannya, kini ia harus semobil dengannya yang entah akan pergi kemana.

“Turun,” ucap Axel datar. Viona tak bergerak sedikit pun, tangannya ia silangkan dan hanya menatap kosong ke arah depan. Axel tanpa babibu langsung mendekat dan membuat Viona jadi waspada dengan kelakuannya.

“Kau ngapain sih?!” tolaknya.

Viona langsung pergi turun dari dalam mobil sebelum Axel bertingkah lebih dari yang tadi. Bisa dilihat bahwa ia ada di depan klub ternama yang baru-baru ini ramai diperbincangkan. Pikirannya kalut dan berniat untuk kabur sebelum Axel keluar tapi sayang tangannya sudah digenggam erat oleh Axel.

“Aku mau ngenalin kau sama temen-temen aku,” ujarnya.

“Gak sudi aku ketemu mereka? Kau mau apa lagi? Ngehina aku di depan mereka dan bilang kalau aku itu cewe murahan? Iya?!” Viona mencoba untuk melepaskan genggaman tersebut tapi Axel semakin mengeratkannya, perkataannya tadi malah menyulut emosi Axel naik kembali.

“Kalau kau emang murahan kenapa? Itu fakta bukan?!” jawab Axel. Ia semakin memajukan wajahnya dan tidak memberikan jarak di antara mereka.

Pertengkaran semakin sengit hingga akhirnya ada gerombolan lelaki yang mendekat ke arah mereka. Axel langsung bersikap biasa, ia segera membawa Viona masuk ke dalam klub tersebut meski beberapa kali dilontarkan umpatan.

Tanpa sadar salah seorang dari gerombolan tersebut terus memperhatikan mereka, tatapannya berbeda dengan yang lain. Teman-temannya yang lain menganggap hal itu biasa tapi ia memikirkannya lebih dalam dari yang lainnya.

***

“Widihh, ada yang bawa cewe nih hahaha,” gerombolan lelaki menatap lekat ke arah Axel dan Viona, botol alkohol berserakan juga asap rokok yang memenuhi ruangan membuat Viona seketika mual.

Axel langsung mendekat dan bersalaman dengan semua orang yang ada di sana, terlihat raut bahagianya yang langsung terpancar ketika bertemu. Viona hanya menatapnya tanpa ada niatan untuk menyapa orang-orang di sana.

“Cakep juga cewe kau,” ujar lelaki yang ada di samping Viona. Kebetulan pakaiannya sedikit terbuka karena menghadiri acara tadi, ia merasa orang itu sungguh menikmati lekuk dari tubuhnya.

Viona segera berdehem untuk menyadarkan orang tersebut yang menatapnya begitu lekat, sudah salah sekali ia mau ikut dengan Axel ke sini. Banyak tatapan buaya yang ingin menerkamnya saat ini juga. Axel langsung menariknya mendekat dan membawanya menghadap ke semua orang.

“Kenalin nih pacar aku, Viona. Cantik bukan?” ucap Axel sembari memegang dagunya. Viona dengan segera menepisnya, tak disangka Axel akan mengenalkannya dengan sikap seperti ini. Bisa dilihat bahwa semuanya menatap dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki, ia tahu apa yang mereka lihat sebenarnya.

Viona merasa tidak nyaman dipandangi terus, ia memutuskan untuk memberikan senyum tipis saja dan segera duduk di sana. Pikirannya jadi makin merasa takut melihat bahwa sekitarnya tidaklah aman, banyak sekali orang yang mabuk dan bersikap gila di sini. Ia ingin segera pulang, berharap kejadian ini segera berlalu dan tidak akan terjadi lagi nantinya.

Axel terlihat asyik berbincang dengan teman-temannya, ia tidak berminat untuk melihatnya sama sekali meskipun ia sadar pembicaraan tersebut tentang dirinya. Bergegas Viona memilih pergi ke arah kamar mandi demi menghindari bau alkohol dan rokok yang semakin menyengat dihidungnya, ia perlu udah segar sebentar.

“Mau kemana kau ha?” tangan Axel langsung menghentikan gerakan Viona yang ingin pergi dari sana. Terlihat bahwa sedari tadi Axel tetap mengawasinya meskipun sibuk dengan teman-temannya.

“Kamar mandi,” jawab Viona singkat dan jelas. Sungguh malas sekali jika sekali bergerak ia akan ditanyai mulu, apalagi hanya pergi ke toilet seperti dirinya akan pergi kabur saja. Meski kenyataannya ia ingin melakukannya, tapi keberadaannya saja tidak tahu di bagian mana.

Viona lanjut jalan ke toilet dengan Axel yang ternyata ikut andil di belakangnya. ingin rasanya ia membuang lelaki ini dan berharap tidak bertemu sama sekali, hidupnya sangat sensara setelah bertemu dengannya.

Di jalan Viona berpapasan dengan seorang lelaki yang sedang bertengkar dengan seorang wanita, niat hati ingin mencari jalan lain tapi ia tidak tahu di mana tempatnya, juga Axel yang masih mengekorinya sedari tadi. Akhirnya ia harus melewati kedua sejoli tersebut meski bisa di rasakan ada aura kesal dari mereka karena kedatangannya.

Viona berusaha untuk tidak melihat mereka dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Ia ingin secepatnya melewati mereka yang terlihat tidak suka dengan keberadaannya, untung saja tidak ada insiden di cegat. Meski sebenarnya ia sedikit terpaku dengan lelaki tadi.

Pikirannya mulai sedikit ngelantur, tidak seharusnya ia mencari lelaki di tempat haram. Impiannya adalah mendapatkan suami yang kalem, tenang dan tidak pencari masalah, dengan begitu hidupnya di masa tua akan menyenangkan.

Di depan pintu toilet Viona langsung mencegat Axel untuk masuk, ia memperingatkan lelaki ini untuk tidak melewati batas sampai harus mengikuti hal pribadinya. Untung saja Axel menurut dan memilih untuk menunggu di luar sehingga Viona bisa dengan tenang sejenak.

Viona hanya diam di depan kaca, ia hanya melihat tampilannya yang terlihat menggoda, tidak seharusnya ia membeli pakaian terbuka. Kini ia harus menerima nasib dengan keberadaannya di klub yang penuh dengan lelaki hidung belang.

“Tenang, dia ada di tangan aku saat ini. Kali ini kita nikmati bareng-bareng, kau pasti suka,” Viona bisa mendengar dengan jelas telepon Axel dari dalam. Otaknya sedikit membeku mendengar cuitan dari pembicaraan tersebut, kini pikirannya tidak bisa memikirkan hal positif.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status