Viona malah terjebak dengan mantan pacarnya yang toxic, Axel, menjadi rekan bisnis kantornya, ia difitnah menjadi seorang pelacur dan berita tersebut menyebar ke seluruh kantor. Ia tidak bisa melawannya dan akhirnya menjadi bulan-bulanan oleh karyawan lainnya. Tak disangka ia malah bertemu lagi dengan Armand di klub, orang itu malah menyelamatkannya dari kekejaman orang-orang kepadanya tapi sayangnya dia malah kena imbasnya. Bagaimana nasibnya yang selanjutnya? Akankah Armand berubah tidak peduli kepadanya? Akankah Axel mendapatkan karmanya? Dan akankah kisahnya berakhir tragis?
View MoreGelap malam di kota besar dihiasi dengan pemandangan lampu gedung-gedung di sekitarnya. Jalanan terlihat padat dengan kendaraan yang tiada hentinya setiap hari, suasana dingin yang menusuk membuat semua orang berdiam di dalam rumah masing-masing.
Di dalam gang sempit yang sepi dan kumuh, terdengar tapak kaki yang berjalan mendekat. Suara itu semakin keras dengan diselingi suara seorang gadis yang merintih kelelahan. Di belakangnya terdengar suara tapak kaki yang ikut mengejarnya, suaranya terdengar berat dan auranya sungguh mencekam.“Hey, mau lari kemana kau hah?!” ujarnya ketika melihat sikauet gadis tadi yang masih terus berlari. Ia kembali mengejarnya bersama dengan teman-teman di belakangnya, terlihat ia membawa banyak orang untuk ikut andil menangkap gadis tersebut.Gadis itu berusaha untuk melepas high heels yang ia pakai, kakinya terasa sangat sakit ketika lari menggunakannya. Perhiasan yang ia pakai mengekauarkan bunyi gemericik yang membuatnya mudah untuk ditangkap orang-orang tersebut. Akhirnya ia membuangnya untuk memudahkannya kaukaus dan merelakan perhiasan mahalnya yang ia beli dengan hasil jerih payahnya.Kakinya semakin sakit, ketika jalan yang ia lewati berbatu. Dengan bersusah payah ia melewatinya dengan hati-hati supaya tidak mekaukainya. Semua ini terasa tidak adil, dirinya seperti buronan yang sedang dikejar oleh orang-orang. Seharusnya kejadiannya tidak seperti ini, tapi takdir malah berkata lain.Malam ini adalah malam minggu, hari weekend untuk bersenang-senang dengan teman-teman lamanya melepas lelah dari hari kerja yang tiada henti. Ia berencana untuk mendatangi pesta teman kerjanya sembari menghilangkan penat dan rasa lelahnya.Semuanya berjalan lancar, hingga kedatangan mantan pacarnya ini merubah segalanya. Pesta dansa yang menjadi tempat untuk bersenang-senang malah menjadi tempat ia dipermakaukan oleh mantan pacarnya. Ia yang berpenampilan dengan cantik harus sirna ketika kauntaran hinaan kekauar dari mukaut lelaki buaya itu.Viona Dian Pradima harus menerima kenyataan pahit bahwa malam ini menjadi malam yang buruk baginya. Sekauruh pesona yang ia gunakan untuk memikat seorang lelaki pendamping harus pupus dengan fitnah yang disebarkan mantan pacarnya, Axel Dwi Mahendra. Seorang lelaki kaya yang pernah menjadi mantan pacarnya melakaui aplikasi dating dan malah bersikap kurang ajar kepadanya.“Duh masih mau kau sama orang bekas aku?” ujarnya kepada salah satu lelaki yang mencoba mendekati Viona. Hal itu membuatnya merasa direndahkan, ia tidak bisa mengelak dan hanya bisa menghindarinya.Namun sayangnya, kelakuan itu tidak berhenti sampai situ saja, dengan sekejap lelaki itu ikut bergosip ria dengan gadis-gadis bermukaut lebar. Semuanya semakin menyebar, fitnah itu menjadi sebuah obrolan hangat di dalam pesta.“Kau bisa nggak sih gak usah ganggu hidup aku?!”Hal itu hanya direspon biasa, tidak ada yang membelanya dan mereka semua menatap jijik ke arahnya. Kini semua mulai menjauh dari hidupnya, teman-temannya sudah diambil semua orang orang yang tidak punya hati mengganggu dirinnya.“Sayang, ngapain marah-marah. Aku cuma ngomong fakta aja kauh,” ujarnya dengan senyum smirk meremehkan. Viona memilih pergi, ia lebih baik tidak menanggapinya dan mencari orang-orang yang tidak ikut dalam keributan itu.Viona menaruh minumnya dengan sedikit kesal, wajahnya terlihat sangat lelah dan sangat tidak menikmati pesta ini. Ia menghela napas panjang sekiranya bisa sedikit menghilangkan rasa beban yang menumbuk di pekaupuk hatinya hingga orang di sampingnya menyadari keberadaannya.“ Hey, santai aja. Gak usah banyak dipikirin,” ujarnya dengan santai.Viona mendongak dan melihat bahwa ada seorang lelaki yang tersenyum ramah kepadanya, ia membalasnya dan mencoba untuk berbaur dengannya. Melihat seorang sudah tidak ingin bersamanya, ia memilih mendekat dengan orang yang masih menerimanya.“Yeah, kadang hidup sepahit ini, jadi dinikmati aja,” ujar Viona sembari menyambut dentingan gelasnya. Mereka bersorak sebagai sesama yang merasakan kepedihan tanpa perkau menjelaskan lebih mendetail.Di balik itu, terlihat Axel sedang mengamatinya dengan sangat intens. Raut wajahnya tidak suka dengan kedekatan Viona dengan orang tersebut, terlihat tangannya mencekram kuat gelas di tangannya hingga terasa akan pecah seketika.“Wow, selera bekas kau tinggi juga hahaha,” ujar seseorang di samping Axel. Hal itu menyukaut emosinya dan membuatnya bergerak menghampiri ke dua sejoli itu. Wajahnya terlihat merah padam dan matanya tertuju dengan orang di samping Viona.BUG!Hantaman keras mengenai pipi orang itu. Viona terperanjat melihat kejadiannya tepat di depannya. Ia langsung menokaung orang itu tapi dicegah oleh Axel. Ia dipaksa ikut dengan Axel tapi langsung ia tepis tanganya.“KAU GILA YA? DI MANA OTAK KAU HAH?!” teriak Viona tepat di depan muka Axel. Ia sudah murka melihat kelakuan Axel yang semakin melewati batas, dirinya tidak bisa kembali diam melihat kelakuan tersebut yang makin memancing keributan.“Kau itu yang gak usah kegatelan! Cewe sukanya ngemis-ngemis,” titahnya menatap remeh. Viona langsung melayangkan tamparan keras, ucapan Axel membuatnya naik pitam. Tidak peduli semua orang kini mulai menatapnya, tapi perlakuan Axel kali ini tidak bisa ia maafkan lagi.Bisa-bisanya orang yang tidak ada salah apa-apa malah terkena imbasnya, hanya karena dia mengobrol sebentar dengannya sudah langsung dieksekusi layaknya seorang pacar yang marah karena melihat gadisnya dengan lelaki lain.Axel tidak menjawab, ia kembali menarik Viona untuk pergi dari sana. Terlihat bahwa ia tidak ingin disorot kembali oleh orang-orang dan ia membawanya ke tempat yang lebih sepi. Di sana Axel menghela napas panjang, ada hal yang ingin ia katakan secara langsung kepada Viona.“Kau mau ngapain lagi ha? Gak cape ngerusak hidup aku dengan nyebar aib tentang aku?!” teriak Viona. Kesabaranya sudah habis dan sudah tidak bisa diajak berunding lagi. Napasnya naik turun karena energinya terkuras habis karena harus meladeni orang gila di depannya ini.“Dengerin aku” Axel langsung mendekat, suaranya memelan dan mencoba meredakan emosi Viona. Tapi sayangnya itu sudah tidak bisa lagi, terlihat bahwa dengan cepat Viona langsung menamparnya lagi dengan begitu keras.Axel diam, ia memegangi pipinya. Wajahnya tidak setenang tadi dan mulai memejamkan matanya. Dalam seperkian detik ia langsung memegang kedua tangan Viona sembari menatap lekat ke matanya. Terlihat aura marah yang terpancar dari mereka yang saling beradu tanding.“Aku gini karena aku sakit hati. Kau gak ngganggep sama sekali perjuangan aku” tekan Axel. Wajahnya menampilkan amarah terpendam seolah perkataan ini sudah lama dikubur dalam kerongkongannya. Matanya meyakinkan bahwa yang dikatakannya itu adalah kebenaran.“Tapi kau ngelakuin cara yang salah, dengan kau ngebuat semua orang menjauh dari aku itu sama aja kau ngehancurin hidup aku,” tirta Viona. Pikirannya bergejolak tidak terima dengan perkataan Axel yang menganggap hanya dia yang tersakiti.Axel tidak menjawab, ia terlihat sangat frustasi dan tidak bisa berkata apa-apa. Viona tiba-tiba ditarik kembali ke arah parkiran menuju mobil milik Axel untuk ikut dengannya. Dengan sekuat tenaga Viona mencoba melepas cengkraman tersebut dari tangannya, tapi sayang kekuatannya tidak bisa menyainginya.Viona masih berdiri di tempatnya, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Tatapan kosongnya tertuju pada pintu ruang UGD tempat Armand tadi masuk. Ia masih terbayang ekspresi khawatir di wajah Armand saat mereka saling pandang, seolah-olah dia ingin berkata sesuatu.Namun, pemikirannya terganggu saat seseorang mendekatinya. Ia memalingkan pandangan dan melihat seorang pria muda dengan wajah familiar. Pria itu mengenali Viona dan tersenyum."Viona, bukan? Perkenalkan saya Adrian, karyawan Pak Armand" tanya pria tersebut, dan Viona mengangguk, mengenali namanya sebagai Adrian."Iya, betul. Apa kabar, Adrian?" jawab Viona dengan senyum tipis.Adrian mengangguk, tetapi ekspresinya terlihat cemas. "Saya ingin minta maaf jika saya tadi terlihat agak panik. Saya hanya kaget melihat Armand."Viona mencoba untuk memahami situasi. "Tidak apa-apa, Adrian. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi dengan Armand? Mengapa sampai dia bisa pingsan seperti itu?"Ad
Beberapa saat kemudian, Armand perlahan-lahan membuka matanya. Ia merasa terbaring di tempat tidur kamarnya, merasa masih sangat lemah. Matanya melirik sekitar, mencari tahu apakah ada yang di sekitarnya.Namun, kamarnya kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya cahaya matahari yang redup masuk melalui jendela, menyoroti keadaan kamarnya yang sepi.Armand merasa bingung. Bagaimana dia bisa tiba-tiba pingsan dan berakhir di sini? Apa yang terjadi padanya?Dengan susah payah, Armand meraih ponselnya yang berada di meja samping tempat tidur. Ia meraihnya dengan tangan gemetar, dan melihat layar ponsel yang memancarkan cahaya terang. Berita tentang insiden di kantor dan cerita palsu yang melibatkan Viona dan Axel menarik perhatiannya. Armand merasa campur aduk, tidak percaya bahwa hal semacam ini bisa terjadi.Saat ia merenungkan berita itu, tiba-tiba ia merasakan pusing yang semakin hebat. Pandangannya menjadi semakin kabur, dan tubuhnya terasa panas. Ia
Pak Agus meletakkan tumpukan berita di depan Viona, termasuk yang berisi cerita palsu tentang kejadian di kantor mereka. "Aku yakin kamu sudah melihat berita ini."Viona mengangguk lagi, mencoba untuk tetap tenang meskipun perasaannya makin tegang. "Ya, Pak. Saya melihatnya."Pak Agus menatap Viona dengan tajam, dan Viona merasa seolah-olah ia tengah diuji. "Apakah kamu tahu sesuatu tentang ini, Viona? Apakah kamu terlibat dalam cerita ini?"Viona terkejut dengan pertanyaan tersebut. Tatapannya berpindah-pindah, mencari kata-kata yang tepat. "Tidak, Pak. Saya sama sekali tidak terlibat dalam ini. Saya tidak tahu darimana cerita itu berasal."Pak Agus menghela nafas panjang, matanya menatap tajam Viona. "Viona, saya sudah mencoba memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan beberapa kali. Tapi sepertinya situasi ini semakin berlarut-larut dan mempengaruhi nama baik perusahaan."Viona terdiam, merasa keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. "Pak A
Axel merasa tekanan semakin bertambah saat wartawan mulai mendekat. Dalam sekali gerakan, Axel dan Dila harus menjalankan perannya dengan baik atau rencana busuk mereka akan jatuh ke dalam kekacauan. Dalam perasaan khawatir dan panik, mereka mendekati wartawan yang menanti dengan penuh minat."Maaf, apakah kami dapat memberikan sedikit klarifikasi mengenai kejadian saat itu?" tanya wartawan tersebut.Axel tersenyum tipis, berbicara dengan nada yang tenang dan meyakinkan. "Tentu saja. Kami sepertinya memiliki kesalahpahaman besar tentang kejadian sebelumnya."Dila mengangguk setuju, berusaha memperlihatkan ekspresi kaget dan terkejut. "Benar, kami sebenarnya sedang membahas proyek kita yang berlangsung dengan sangat sibuk. Tidak sengaja melewati depan kamar mandi, kami melihat Viona dan Armand masuk bersamaan, tetapi kami tidak punya niat untuk mengintip atau sejenisnya."Dila mengangguk, berusaha memainkan perannya dengan baik. "Kami hanya melihat sekilas
Armand memasuki rumahnya dengan langkah hati-hati, masih merasakan sedikit kelemahan setelah perjalanan. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, membiarkan air hangat mengalir menenangkan tubuhnya. Tetapi meskipun air hangat itu menyentuh kulitnya, kekhawatiran dan pemikiran yang berputar di kepalanya tidak begitu saja hilang.Dengan handuk di tangan, ia duduk di tepi tempat tidur dan memandang ke luar jendela. Langit senja menggambarkan warna-warna yang hangat, tapi dalam hatinya, ada rasa gelisah yang belum reda. Ia tahu ada banyak tanggung jawab yang menanti di depan, dan pemikiran tentang tugas-tugas yang harus dihadapinya mulai mengganggu pikirannya.Seiring mata Armand mulai terpejam, ia merenungkan tentang hubungannya dengan Pak Budi, sopir setianya. Bagaimana kesetiaan dan perhatian Pak Budi telah memberikan kenyamanan selama perjalanan. Itu mengingatkannya bahwa di tengah hiruk-pikuk tugas dan tanggung jawab, ada juga manusia-manusia baik yang me
Viona duduk di meja kerjanya, sambil menatap layar laptopnya dengan wajah tegang. Beberapa berita di media sosial masih membicarakan tentang peristiwa sebelumnya dan mencampuradukkan fakta dengan spekulasi. Ia melihat banyak komentar yang mencela Armand, mengaitkan dirinya dengan permasalahan yang tidak ada kaitannya sama sekali. Rasa bersalah dan prihatin muncul dalam diri Viona.Sambil menggigit bibirnya, Viona memutuskan untuk memberanikan diri dan menulis komentar di salah satu artikel yang menyinggung Armand."Maafkan saya, tetapi saya ingin mengklarifikasi bahwa Armand tidak ada kaitannya dengan masalah tersebut. Mari kita hormati privasi dan fokus pada hal-hal yang lebih positif," tulis Viona dengan hati-hati.Tak lama setelah komentarnya terkirim, beberapa komentar positif mulai muncul dari netizen yang mendukung pandangan Viona. Namun, ada juga yang tetap skeptis dan masih mempertanyakan keterlibatan Armand.***Armand duduk di meja kerjan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments