Share

Ex Toxic
Ex Toxic
Author: BluishYe

Trauma dan Teror

Gelap malam di kota besar dihiasi dengan pemandangan lampu gedung-gedung di sekitarnya. Jalanan terlihat padat dengan kendaraan yang tiada hentinya setiap hari, suasana dingin yang menusuk membuat semua orang berdiam di dalam rumah masing-masing.

Di dalam gang sempit yang sepi dan kumuh, terdengar tapak kaki yang berjalan mendekat. Suara itu semakin keras dengan diselingi suara seorang gadis yang merintih kelelahan. Di belakangnya terdengar suara tapak kaki yang ikut mengejarnya, suaranya terdengar berat dan auranya sungguh mencekam.

“Hey, mau lari kemana kau hah?!” ujarnya ketika melihat sikauet gadis tadi yang masih terus berlari. Ia kembali mengejarnya bersama dengan teman-teman di belakangnya, terlihat ia membawa banyak orang untuk ikut andil menangkap gadis tersebut.

Gadis itu berusaha untuk melepas high heels yang ia pakai, kakinya terasa sangat sakit ketika lari menggunakannya. Perhiasan yang ia pakai mengekauarkan bunyi gemericik yang membuatnya mudah untuk ditangkap orang-orang tersebut. Akhirnya ia membuangnya untuk memudahkannya kaukaus dan merelakan perhiasan mahalnya yang ia beli dengan hasil jerih payahnya.

Kakinya semakin sakit, ketika jalan yang ia lewati berbatu. Dengan bersusah payah ia melewatinya dengan hati-hati supaya tidak mekaukainya. Semua ini terasa tidak adil, dirinya seperti buronan yang sedang dikejar oleh orang-orang. Seharusnya kejadiannya tidak seperti ini, tapi takdir malah berkata lain.

Malam ini adalah malam minggu, hari weekend untuk bersenang-senang dengan teman-teman lamanya melepas lelah dari hari kerja yang tiada henti. Ia berencana untuk mendatangi pesta teman kerjanya sembari menghilangkan penat dan rasa lelahnya.

Semuanya berjalan lancar, hingga kedatangan mantan pacarnya ini merubah segalanya. Pesta dansa yang menjadi tempat untuk bersenang-senang malah menjadi tempat ia dipermakaukan oleh mantan pacarnya. Ia yang berpenampilan dengan cantik harus sirna ketika kauntaran hinaan kekauar dari mukaut lelaki buaya itu.

Viona Dian Pradima harus menerima kenyataan pahit bahwa malam ini menjadi malam yang buruk baginya. Sekauruh pesona yang ia gunakan untuk memikat seorang lelaki pendamping harus pupus dengan fitnah yang disebarkan mantan pacarnya, Axel Dwi Mahendra. Seorang lelaki kaya yang pernah menjadi mantan pacarnya melakaui aplikasi dating dan malah bersikap kurang ajar kepadanya.

“Duh masih mau kau sama orang bekas aku?” ujarnya kepada salah satu lelaki yang mencoba mendekati Viona. Hal itu membuatnya merasa direndahkan, ia tidak bisa mengelak dan hanya bisa menghindarinya.

Namun sayangnya, kelakuan itu tidak berhenti sampai situ saja, dengan sekejap lelaki itu ikut bergosip ria dengan gadis-gadis bermukaut lebar. Semuanya semakin menyebar, fitnah itu menjadi sebuah obrolan hangat di dalam pesta.

“Kau bisa nggak sih gak usah ganggu hidup aku?!”

Hal itu hanya direspon biasa, tidak ada yang membelanya dan mereka semua menatap jijik ke arahnya. Kini semua mulai menjauh dari hidupnya, teman-temannya sudah diambil semua orang orang yang tidak punya hati mengganggu dirinnya.

“Sayang, ngapain marah-marah. Aku cuma ngomong fakta aja kauh,” ujarnya dengan senyum smirk meremehkan. Viona memilih pergi, ia lebih baik tidak menanggapinya dan mencari orang-orang yang tidak ikut dalam keributan itu.

Viona menaruh minumnya dengan sedikit kesal, wajahnya terlihat sangat lelah dan sangat tidak menikmati pesta ini. Ia menghela napas panjang sekiranya bisa sedikit menghilangkan rasa beban yang menumbuk di pekaupuk hatinya hingga orang di sampingnya menyadari keberadaannya.

“ Hey, santai aja. Gak usah banyak dipikirin,” ujarnya dengan santai.

Viona mendongak dan melihat bahwa ada seorang lelaki yang tersenyum ramah kepadanya, ia membalasnya dan mencoba untuk berbaur dengannya. Melihat seorang sudah tidak ingin bersamanya, ia memilih mendekat dengan orang yang masih menerimanya.

“Yeah, kadang hidup sepahit ini, jadi dinikmati aja,” ujar Viona sembari menyambut dentingan gelasnya. Mereka bersorak sebagai sesama yang merasakan kepedihan tanpa perkau menjelaskan lebih mendetail.

Di balik itu, terlihat Axel sedang mengamatinya dengan sangat intens. Raut wajahnya tidak suka dengan kedekatan Viona dengan orang tersebut, terlihat tangannya mencekram kuat gelas di tangannya hingga terasa akan pecah seketika.

“Wow, selera bekas kau tinggi juga hahaha,” ujar seseorang di samping Axel. Hal itu menyukaut emosinya dan membuatnya bergerak menghampiri ke dua sejoli itu. Wajahnya terlihat merah padam dan matanya tertuju dengan orang di samping Viona.

BUG!

Hantaman keras mengenai pipi orang itu. Viona terperanjat melihat kejadiannya tepat di depannya. Ia langsung menokaung orang itu tapi dicegah oleh Axel. Ia dipaksa ikut dengan Axel tapi langsung ia tepis tanganya.

“KAU GILA YA? DI MANA OTAK KAU HAH?!” teriak Viona tepat di depan muka Axel. Ia sudah murka melihat kelakuan Axel yang semakin melewati batas, dirinya tidak bisa kembali diam melihat kelakuan tersebut yang makin memancing keributan.

“Kau itu yang gak usah kegatelan! Cewe sukanya ngemis-ngemis,” titahnya menatap remeh. Viona langsung melayangkan tamparan keras, ucapan Axel membuatnya naik pitam. Tidak peduli semua orang kini mulai menatapnya, tapi perlakuan Axel kali ini tidak bisa ia maafkan lagi.

Bisa-bisanya orang yang tidak ada salah apa-apa malah terkena imbasnya, hanya karena dia mengobrol sebentar dengannya sudah langsung dieksekusi layaknya seorang pacar yang marah karena melihat gadisnya dengan lelaki lain.

Axel tidak menjawab, ia kembali menarik Viona untuk pergi dari sana. Terlihat bahwa ia tidak ingin disorot kembali oleh orang-orang dan ia membawanya ke tempat yang lebih sepi. Di sana Axel menghela napas panjang, ada hal yang ingin ia katakan secara langsung kepada Viona.

“Kau mau ngapain lagi ha? Gak cape ngerusak hidup aku dengan nyebar aib tentang aku?!” teriak Viona. Kesabaranya sudah habis dan sudah tidak bisa diajak berunding lagi. Napasnya naik turun karena energinya terkuras habis karena harus meladeni orang gila di depannya ini.

“Dengerin aku” Axel langsung mendekat, suaranya memelan dan mencoba meredakan emosi Viona. Tapi sayangnya itu sudah tidak bisa lagi, terlihat bahwa dengan cepat Viona langsung menamparnya lagi dengan begitu keras.

Axel diam, ia memegangi pipinya. Wajahnya tidak setenang tadi dan mulai memejamkan matanya. Dalam seperkian detik ia langsung memegang kedua tangan Viona sembari menatap lekat ke matanya. Terlihat aura marah yang terpancar dari mereka yang saling beradu tanding.

“Aku gini karena aku sakit hati. Kau gak ngganggep sama sekali perjuangan aku” tekan Axel. Wajahnya menampilkan amarah terpendam seolah perkataan ini sudah lama dikubur dalam kerongkongannya. Matanya meyakinkan bahwa yang dikatakannya itu adalah kebenaran.

“Tapi kau ngelakuin cara yang salah, dengan kau ngebuat semua orang menjauh dari aku itu sama aja kau ngehancurin hidup aku,” tirta Viona. Pikirannya bergejolak tidak terima dengan perkataan Axel yang menganggap hanya dia yang tersakiti.

Axel tidak menjawab, ia terlihat sangat frustasi dan tidak bisa berkata apa-apa. Viona tiba-tiba ditarik kembali ke arah parkiran menuju mobil milik Axel untuk ikut dengannya. Dengan sekuat tenaga Viona mencoba melepas cengkraman tersebut dari tangannya, tapi sayang kekuatannya tidak bisa menyainginya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status