Share

5. Konser

Dita, Elin dan Nadia terlihat sangat menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan Jason. Sesaat mereka bersorak dan berteriak saat Jason menyanyikan lagu up beat, sesaat kemudian bisa menangis meraung-raung saat lagu melow dinyanyikan. Suara Jason benar-benar berhasil mengaduk-aduk perasaan mereka. Ketampanan Jason yang meluap-luap membuat mereka tak bisa memalingkan pandangan sedikit pun. Keringat di tubuh Jason saat beraksi di atas panggung juga semakin membuatnya terlihat sexy. Belum lagi suaranya yang berat saat menyapa para fans membuat mereka tak bisa berhenti untuk terus meneriakkan nama Jason berkali-kali. Di akhir konser Jason melempar handuk putih bekas keringat miliknya ke arah penonton, beruntung Elin lah yang bisa mendapatkannya. Mereka pun berteriak-teriak kegirangan seperti orang kesurupan sampai suaranya habis. 

"Gue seneng banget hari ini ..." kata Elin setelah keluar dari area konser.

"Besok gue pinjem ya handuknya, please," kata Nadia memelas.

"Enak aja."

"Please, please, please ..."

"Gak boleh."

Di saat Nadia dan Elin sibuk memperebutkan handuk kecil itu, Dita malah sibuk berfikir bagaimana caranya pulang ke rumah setelah melihat daftar panggilan berkali-kali dari ibunya yang telah ia lewatkan. Dita tahu saat ini ibunya pasti sedang berjaga di depan pintu sambil memegang gagang sapu, lalu saat ia sampai di rumah nanti gagang sapu itu akan membuat kepalanya benjol seperti pengalaman yang sudah-sudah. Membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri. Setelah sadar kalau ia telah membangunkan singa lapar, Dita buru-buru berlari meninggalkan Nadia dan Elin sebelum semuanya terlambat.

"Dit, kemana ? Dita ..." teriak Elin dan Nadia saat melihat Dita pergi, tapi Dita tak menghiraukan mereka, ia pergi dengan ojek online yang kebetulan mangkal di sekitar sana.

Firasat Dita benar, Bu Minah tampak mondar-mandir di depan teras rumahnya dengan gagang sapu di tangannya. Sudah hampir tengah malam Dita belum juga pulang, ditelpon juga tak ada jawaban. Bu Minah sampai geregetan sendiri menunggu Dita pulang. Ini bukan pertama kalinya Dita seperti itu, Bu Minah sebenarnya sudah bosan memarahi Dita yang susah sekali diajak tertib.

"Jangan-jangan Dita diculik, Buk," kata Nara keluar dengan masker di wajahnya. Nara bertekad untuk glow up setelah Monik mengatainya kemarin. 

"Apes bener penculiknya. Anak itu kan makannya banyak," jawab Bu Minah.

"Iya sih. Lagian kita punya apa ?"

"Kalau penculiknya minta tebusan, nanti ibuk tebus pakai telor balado aja."

"Ide bagus, Buk." Nara kembali ke kamarnya karena terlalu mengantuk. Heran, jadi kakak enggak ada khawatir-khawatirnya adiknya belum pulang sampai larut malam.

Sementara di luar rumah, Dita sedang mengendap-endap memantau situasi rumahnya sambil mencari cara agar bisa lolos dari terkaman ibunya. Lalu sebuah ide brilian tiba-tiba terlintas begitu saja.

"Halo, Dit ..." Dita menghubungi Adit, anak Bu Yuyun yang sudah menjadi sahabatnya sejak TK.

"Kenapa ??? tidur gue," jawab Adit ogah-ogahan. Dia tahu Dita pasti akan merepotkannya lagi malam ini.

Berbeda dengan ibunya, Dita dan Adit malah berteman akrab. Mereka dilahirkan di hari dan jam yang sama, di rumah sakit yang sama pula. Bahkan nama mereka juga mirip. Entah kebetulan atau tidak, mereka juga menyukai hal-hal yang sama. Termasuk suka membuat ibu meraka ribut demi kepentingan pribadi mereka. Contohnya malam ini. Adit melempar rumah Bu Minah dengan sebuah telur. Bu Minah yang mendengar itu langsung menyingsingkan daster dan bergegas mendatangi rumah Bu Yuyun. Siapa lagi yang bisa berbuat seperti itu kalau bukan Bu Yuyun, begitu pikir Bu Minah.

"Yuyun keluar !!" teriak Bu Minah berkali-kali.

"Apaan, sih ... malem-malem ribut di rumah orang," teriak balik Bu Yuyun.

"Elu kan yang ngelempar rumah gue pake telor ??"

"Jangan fitnah Lu, Minah."

"Alah ngaku aja !!"

Lagi-lagi Bu Yuyun dan Bu Minah ribut. Ini sudah kali ke tiga dalam sehari. Para tetangga sampai jengah, mereka sudah sangat lelah ingin beristirahat dengan tenang tapi masih terbebani dengan tugas untuk melerai dua tetangganya itu. Kali ini keluarga Pak Mahmud dan Pak Rohmat yang mendapat giliran jaga malam untuk melerai mereka. Sementara pagi dan siang harinya sudah menjadi tugas tetangga yang lain. Bu Minah dan Bu Yuyun benar-benar tetangga yang merepotkan. Pak Rohmat sampai jatuh keserimpet sarung saat berlari menuju rumah Bu Yuyun.

"Makasih, Dit. Lo emang utusan dari langit buat gue malam ini," kata Dita lalu segera menutup telpon. Sementara Adit kembali tidur dengan tenang.

Dita tak mau menyiakan kesempatan, ia langsung lari ke dalam rumah begitu melihat rencananya sukses besar. Kadang merasa durhaka tapi mau bagaimana lagi, malam ini ia masih ingin menikmati kebahagiaan setelah menonton konser Jason. Juga menghindari ganasnya gagang sapu yang telah ibunya siapkan. Besok di sekolahnya ada seminar penting dengan seorang influencer, malu dong kalau sampai kepalanya benjol saat menghadiri acara sepenting itu.

"Aaaaa ..." teriak Dita kaget melihat Nara tiba-tiba berdiri di depan pintu kamarnya dengan masker putih menempel di wajahnya. Dita kira itu hantu penunggu kamar mandi yang sering muncul di mimpinya.

"Ulah kamu kan ??"

"Hehe," Dita cuma nyengir.

"Ibuuk ... Buuuk," teriak Nara tiba-tiba membuat Dita panik.

"Please, please, Kak ..." rengek Dita memohon pada Nara agar tak memberitahu ibunya. Nara tak bergeming, malah semakin lantang memanggil ibunya.

"Ibuuuk sini cepet, Buk !!"

Dita semakin terpojok karena Nara tak mau diajak kerjasama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status