Share

4. Utusan Dari Langit

Jam sekolah baru saja berakhir, Dita berdiri di depan gerbang sekolahnya. Di saat semua temannya dijemput sopir pribadi mereka, ia hanya berdiri menunggu angkutan umum yang lewat. Dita melihat mereka dari jauh sambil berhayal duduk di dalam mobil yang dingin, bermain hp di kursi belakang sopir tanpa khawatir kepanasan sepertinya sangat menyenangkan. Dita mengamini dalam hati. Semenit kemudian abang tukang bakso lewat dengan senyum menyembul di bibirnya. Di gerobaknya tertulis sebuah kata mutiara yang sangat menyentuh, "BERSUSAH-SUSAH DAHULU TETAP SUSAH KEMUDIAN."

Pyaaar ... Dita langsung ambyar tertampar realita. Abang bakso itu sepertinya utusan dari langit yang sengaja datang untuk membangunkannya dari mimpi di siang bolong. Dita tersenyum kecut sambil mengumpat dalam hati.

"Bangun Dita, tidurmu terlalu miring," teriak Dita dalam hati pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian hujan tiba-tiba turun. Tidak deras tapi cukup membuat basah seragam Dita. Ia segera berlari kecil sambil melindungi kepalanya dengan tas ransel yang ia bawa. Genangan air hujan yang membasahi sepatunya tak lagi ia hiraukan. Dita hanya berfikir bagaimana caranya agar cepat sampai di halte yang jaraknya kira-kita seratus meter dari tempatnya berdiri. Lalu tiba-tiba dari arah berlawanan Dita melihat Jio sedang berjalan ke arahnya dengan sebuah payung di tangannya, lengkap dengan senyum di bibirnya pula. Dita buru-buru menghentikan langkahnya. Adegan ini sepertinya tak asing, ia sering menjumpai adegan macam itu di drama-drama romantis yang sering ia tonton. Terutama drama yang dibintangi oleh Ken. Seorang siswa populer berjalan menghampiri si upik abu dengan payung di tangannya lalu berkata, "mau sepayung denganku ?" Aaah, Dita tak bisa lagi menyembunyikan senyum di bibirnya.

"Utusan dari langit," gumam Dita dalam hati sambil memandangi Jio di balik payung yang ia bawa. Jio memang terlihat menawan di bawah guyuran air hujan seperti itu. Jio adalah cowok populer di sekolah Dita. Agak badboy tapi justru itulah daya tariknya di mata cewek-cewek yang mengaguminya.

Jio semakin mendekat, hingga sampailah ia berdiri di hadapan Dita. Dita jadi deg deg seer tak karuan, jantungnya sudah mau copot. Ia terpaku bingung harus berbuat apa di depan cowok yang sudah lama ia taksir itu.

"Jio, makas ..."

"Bisa minggir gak !!" potong Jio. "Lo ngalangin jalan gue," kata Jio lagi yang seketika membuyarkan semua mimpi indah Dita. Lalu Jio berjalan melewati Dita begitu saja.

Dita terpaku kehabisan kata. Malu sudah pasti, apalagi saat tahu Jio ternyata memberikan payungnya untuk Jasmine yang berdiri di belakangnya, Dita semakin kehilangan muka. Dita menarik napas dalam-dalam lalu buru-buru pergi karena saking malunya.

"Goblok banget sih gue," gumam Dita sambil terus berjalan menjauh.

Dalam hati Dita sangat iri Jasmine bisa sedekat itu dengan Jio. Kecantikannya benar-benar ia manfaatkan sebaik mungkin untuk menarik perhatian cowok populer di sekolahnya. Dita sudah kalah telak. Kalah modal, kalah tampang, kalah otak. Membandingkan dirinya dengan Jasmine hanya akan membutnya semakin kecewa. Jika nanti bisa terlahir kembali, Dita ingin menjadi angin saja agar tak perlu susah-susah mencari pasangan dan juga bisa menjadi udara yang bisa Jio hirup. Cieeh ...

"Jadi kamu nyesel jadi anak ibuk ???" teriakan ibunya tiba-tiba terlintas begitu saja di benaknya.

"Enggak, Buk. Ampun." Dita malah bicara sendiri seperti orang tidak waras. Semua orang yang melihatnya menertawakan tingkah konyolnya itu. Dita semakin malu saat menyadari hal itu.

"Dit, Dita ..." teriak Nadia dan Elin berlari menghapiri Dita.

"Loh, kalian kok masih di sini ?" kata Dita.

"Iya. Gue males pulang, nih," jawab Nadia.

Nadia dan Elin adalah sahabat seperjuangan Dita. Mereka sama-sama kaum tersisih di sekolah itu. Nadia dijauhi karena bapaknya tahanan koruptor, sedangkan Elin dijauhi karena dia tidak cukup pintar sama seperti Dita. Tapi Dita masih ada plusnya dibanding Elin, plus miskin. Alasan lain kenapa mereka sepakat beraliansi karena mereka sama-sama fans berat Jason cs.

"Dit, jalan yuk," kata Elin menggandeng lengan Dita.

"Hmmm, tapi gue ..." Dita sibuk memikirkan alasan yang pas untuk menolak ajakan mereka karena dompetnya sudah terkuras habis untuk membeli botol air kemarin. Dita juga suka kesal karena mereka sering mengajaknya ke tempat-tempat yang susah dijangkau oleh dompetnya. Memang sih mereka yang sering traktir, tapi gengsi dong kalau terlalu sering dapat gratisan. Dita masih punya rasa malu ia tak mau dibilang hanya numpang enak ke teman-temannya itu.

"Kalau gak mau ya udah," kata Nadia mengibas-ngibaskan tiga lembar tiket mini konser Jason edisi terbatas karena hanya ada seratus fans yang beruntung saja yang dapat menghadiri mini konser itu. Ya walaupun kaum tersisih, Elin dan Nadia masih tetap anak orang kaya, jadi sedikit banyak Dita pasti kecipratan rejeki dari mereka.

"Tiket konser ?" Dita langsung menyambar tiket konser di tangan Nadia untuk melihatnya sendiri karena konon tiket itu sangat susah didapat.

"Kalian dapat dari mana ?" kata Dita berteriak kegirangan.

"Asal ada uang, semua beres," timpal Elin.

"Kalau gak mau ikut ya udah," goda Nadia.

"Kalian benar-benar utusan dari langit," teriak Dita kegirangan. Ia buru-buru menggandeng tangan Nadia dan Elin. Masa bodo dibilang numpang enak, kesempatan emas tak boleh dilewatkan. Lagipula kupingnya masih punya sedikit tempat untuk menampung semua omelan ibunya nanti.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status