Share

38. Sebagai Tumbal

Nadya melangkah menuruni tangga saat terdengar bel rumahnya berbunyi. Bersamaan dengan itu, terdengar pula dering panjang dari telepon yang memang sudah di tangan.

Itu Pramono.

“Ya, Mas?”

“Buka pintunya, Dek!” Kalimat Pramono serupa perintah bagi Nadya yang membuatnya menurut begitu saja.

Di ruang tamu dia sempat mengikuti arah perginya Ali dan mendapati dia berbelok ke dapur, tempat di mana Annisa berada.

‘Ayolah, Nad, ini bukan saatnya cemburu.’ Nadya memejamkan mata demi meredam gejolak rasa yang tak tak pada tempatnya.

Kemudian seperti tulang di tubuhnya lenyap, Nadya gemetar nyaris tak sanggup menopang langkah sendiri hanya dengan membayangkan kemungkinan yang akan terjadi.

Bagaimana jika Pramono tahu? Bagaimana jika keributan di rumahnya? Memikirkan apa yang akan dia katakan pada suaminya nanti menimbulkan sensasi mual di lambung.

Tiba di depan pintu, telepon terputus. Nadya menghirup napas dalam sebelum membukanya.

Klak!

Pintu terbuka. Wajah Pramono benar-benar muncul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status