“Apa kabar, Nad?” Jantung Nadya seketika memanas saat mendengar lagi suara itu. Meski sudah cukup lama, dia tahu benar siapa pemiliknya. Hasan Ali Mahbub. Nadya membuang muka. Sebuah usapan di pipi dia lakukan setengah buru-buru demi memastikan tak ada sisa air mata yang tersisa. Sedetik kemudian dia melirik pada Ali. Genggamannya pada dompet di pangkuan menguat. Mati-matian mencoba mempersiapkan diri menghadapi laki-laki itu. Lebih tepatnya, perasaannya sendiri. “Baik, Mas. Alhamdulillaah,” jawab Nadya lirih sebelum menunduk. Dia tahu, tidak seharusnya. Tapi memandang Ali lagi setelah sekian lama, nyatanya membuat dia kacau dalam sekejap. Susah payah dia berusaha menyembunyikan kekacauan itu, dan sialnya, justru membuatnya malah terlihat seperti orang bodoh. “Boleh duduk?” tanya laki-laki itu lagi. Nadya mengangguk samar. Derit kursi. Dan aroma maskulin parfum terhidu begitu saja. Entah bagaimana Nadya menyukai itu. Setelahnya, detik berlalu dalam hening. Bagi seorang teman,
Terakhir Diperbarui : 2022-01-29 Baca selengkapnya