Share

94 & 95. Pengobat Luka

Pada sarapan esok paginya Ratna menyiapkan sendiri makanan untuk Pramono sebagai bentuk pelayanan kepada sang suami. Dari bagaimana sikapnya, Tuan Aji tahu putrinya sedang bahagia.

“Sore nanti, Pram akan berangkat ke Bandung, Yah.” Pramono memulai pembicaraan setelah mendapatkan piring nasinya.

Kalimat itu sontak membuat sang ayah dan Ratna menoleh bersamaan. “Bukankah sudah ada Annisa?” Tuan Aji bertanya.

“Ya, Pram butuh melihat sendiri bagaimana perkembangan di sana, sebelum Grand opening.”

“Kalau begitu untuk apa memperkerjakan Annisa?” Ratna menyela. Dia menatap kesal ke arah Pramono. Dibalas dengan tatapan dingin oleh laki-laki itu.

Ratna bungkam karena teringat perbincangan malam itu, tentang tidak berhaknya dia menuntut, bahkan sekadar nafkah yang layak. Dia berpaling untuk menyembunyikan rasa kecewanya.

“Kau mau ikut, Ratna?” Tuan Aji menawarkan.

Mendengar tawaran menyenangkan itu, seketika Ratna menoleh ke arah sang ayah. Dia baru akan menjawab dengan anggukan, saat Pra
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status