10."Ngapain kamu?" tanya Erna yang melihat Salwa diam mematung."Mbah siapa tadi?"Salwa semakin gelagapan, matanya bergerak-gerak mencari jawaban yang tepat."Mbah-, mbah itu Nenek akulah!" jawab Salwa ketus meski terdengar gugup.Erna terseyum sinis, sebenarnya ia mendengar semua percakapan Salwa dengan seseorang yang dipanggil Mbah itu sebelum sengaja membuka pintu dengan kasar.Ia segera membaringkan diri di kasur sembari menutup tubuhnya dengan selimut dan memejamkan mata bersiap untuk tidur."Jadi benar firasat Ibuk, jika kamu memakai ilmu hitam untuk menjerat bang Wahyu! Lihat apa yang akan aku lakukan besok padamu, jalang!" Erna membatin dan tetap menutup mata menahan geram.Sementara Salwa, juga merebahkan tubuhnya di kasur tipis yang digelar di lantai. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar, memikirkan bagaimana caranya meluluhkan Wahyu kembali.Berkali-kali ia mengirimkan pesan ke nomor Wahyu namun hanya ceklis satu. Ia geram dan memejamkan matanya dengan hati dong
"Jadi apa rencana kamu setelah ini, Na?" tanya Arini ketika mobil yang dikemudikan Erna pergi meninggalkan kantor notaris untuk membalik nama semua aset yang Arini miliki menjadi namanya sendiri."Kita ke kampus A, Mbak! Kita harus pastikan si Salwa benar kuliah di situ atau enggak. Selebihnya mbak Arini ikutin aja rencana yang aku sama Ibuk udah susun." ucap Erna sembari terus fokus di balik kemudi.Pagi tadi usai sarapan, Erna mengatar Arini untuk membalik nama aset milik mereka menggunakan mobil milik Iwan yang ditukar dengan truk milik Wahyu. Sementara Wahyu diminta Ibunya untuk mengantarkan beliau ke suatu tempat, hanya demi menghindari supaya Salwa tidak bertegur sapa dengannya..Dan untuk anak-anak sudah Arini pesankan jika sudah pulang sekolah untuk berada di rumah mbak Ika sampai ia datang menjemput mereka. Sejujurnya Arini sedikit khawatir meninggalkan Salwa di rumahnya sendiri, namun Erna meyakinkan bahwa ia ingin lihat apa yang akan dilakukan Salwa di rumah itu untuk menje
Bagai tersambar petir, Hasnah terkejut bukan kepalang mendengar kenyataan bahwa Salwa tengah hamil. Tapi apakah janin itu anak dari Wahyu, anaknya. Haji Nurman tak kalah terkejut dengan kenyataan ini. Beliau menatap Hasanah yang juga menatapnya di sudut lain."Apakah bayi dalam kandungan wanita itu benih dari anak muda ini?""Tentu! Karena anak gadis itu hanya mau anak muda ini, maka Sentini menutup peranakannya dari pria lain dan akan membukanya kembali setiap berhubungan dengan anak muda ini. Itulah mengapa kau tak bisa dengan mudah mengirimku kembali ataupun mengusirku Pak tua!""Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mendapatkan nyawa anak itu?" Hasana tetiba bersuara lantang."Dua bulan saja, hingga anak itu lengkap!"Bagai buah simalakama yang Hasna hadapi. Ia terdiam sejenak dan rasanya sulit di percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan ia lihat.Haji Nurman menangkap kegelisahan dari raut Hasnah, ia lantas mendekati Hasnah untuk berdiskusi."Bagaimana ini, Buk?""Menu
Aku lahir dan dibesarkan oleh seorang single mom karena menurut cerita mama, papa pergi meninggalkan mama waktu aku berusia 7 bulan dalam rahim mama. Hingga sekarang aku tak pernah tahu seperti apa rupa dan kabar papaku, apakah masih hidup ataukah sudah menyatu dengan tanah.Sedari aku kecil, aku tak pernah tahu yang namanya kasih sayang dan perhatian seorang ayah. Aku hanya dapat kasih sayang dari mama saja, itupun hanya sampai aku masuk TK. Selebihnya, sehari-hari aku diasuh oleh pembantu karena mama harus bekerja siang malam untuk menghidupiku.Seiring waktu berjalan, aku mulai terbiasa dengan hidupku. Mama hanya akan bertegur sapa denganku kala pagi saja sebelum aku pergi sekolah dan mama pergi bekerja. Mama kerap kali pulang larut malam hingga tak pernah bertemu denganku karena jika mama pulang tentu aku sudah terbuai di alam mimpi.Mama kerap kali keluar kota untuk urusan pekerjaannya, entahlah pekerjaan mama itu seperti apa aku tak mau ambil pusing soal itu. Mama melimpahiku de
Ujian usai dan kembali di pusingkan dengan tujuan kuliah. Mama sibuk menyiapkan dan mengaturku untuk masuk kuliah di universitas pilihannya. Sungguh aku bosan, aku tak ingin melanjutkan kuliah. Aku sudah merasa bahagia dengan hidupku tanpa harus pusing mikirin soal-soal dan pelajaran yang membuat otakku serasa mau meledak.Akhirnya aku putuskan untuk membohongi mama, aku mengatakan bahwa aku akan kuliah di kampus A dekat dengan tempat tinggal tante Arini. Mama menolak keras, jelas saja sebab kampus itu berada di pinggiran kota, gak keren sama sekali.Tapi dengan berbagai alasan akhirnya mama luluh juga dan mengijinkanku untuk kuliah disana. Bohong, sudah tentu sebab tujuanku hanyalah om Wahyu. Jika aku tinggal satu wilayah dengannya, maka intensitas hubungan kami semakin sering.Hari yang aku nantikan tiba, om Wahyu menjemputku seorang diri di terminal. Sengaja aku gak bawa motor karena aku akan tinggal untuk waktu yang lama di rumah tante Arini. Sebelum pulang kami menghabiskan waktu
"Alasan apa yang akan kau pakai untuk menyangkal, Salwa?" hardik Arini pelan namun tajam.Salwa bersimpuh di kakinya sembari terisak."Maafin Salwa, Tante! Salwa terlanjur mencintai om Wahyu. Relakan om Wahyu buat Salwa, Tante!""Tak tahu malu! Apa kau pikir suamiku akan memilihmu? Naif sekali kamu!""Tante! Aku tahu aku salah, tapi tolong! Aku gak bisa hidup tanpa om Wahyu!" ucapnya sembari terisak. Arini dan Erna yang ada di sana geleng-geleng kepala melihat Salwa."Apa yang kamu lihat dari suamiku? Hingga kau rela bergumul dengan iblis untuk menjerat suamiku. Uang? Kurasa kau tak butuh uang bukan? Kau bisa menjerat laki-laki yang lebih tampan dan kaya-raya jika hanya mau uang.""Tante, aku benar-benar mencintai om Wahyu tanpa embel-embel apapun. Aku tak butuh hartanya, aku hanya mau dia, Tante!""Cinta? Belajar dari mana kau apa itu cinta? Bahkan kau menyusut ingusmu sendiri saja masih belum bersih sudah bicara cinta, itu konyol Salwa!" Sambar Erna sembari terus mengarahkan ponsel
"Salwa sekarang tengah hamil anak Wahyu!"Arini dan Erna saling beradu pandang."Iya kan, kemarin Ibuk sudah bilang ke kita." potong Erna."Bukan itu yang Ibuk maksud,""Lantas?""Salwa hamil anak Wahyu, dan ini sudah pasti akan dia gunakan untuk menuntut pertanggung jawaban Wahyu. Tapi Ibuk rasa Salwa belum mengetahui soal kehamilannya dan kalau bisa, jangan sampai dia tahu soal kehamilannya."Erna dan Arini manggut-mangut tanda mengerti kemana arah pembicaraan ibunya."Dua bulan adalah waktu yang cukup panjang, jangan sampai Wahyu kembali masuk kedalam perangkap iblis betina itu.""Itulah sebabnya, Arini meminta mbak Murni sendiri yang mengambil tindakan untuk Salwa, Buk.""Baguslah, kapan Murni akan datang?""Ini sudah dalam perjalanan, jika tidak ada halangan sebelum subuh sudah sampai.""Baiklah, kalau begitu kamu istirahatlah dulu! Biar ibu yang berjaga, nanti kita gantian saja, Ibuk tak mau kita kecolongan lagi!" usul Hasnah.Arini dan Erna tak setuju dengan usulan ibunya. Akhi
"Asal kamu tahu, Salwa bukan anak kandung Mbak, Arini!"Semua yang berada di sana terperangah dengan kenyataan yang Murni ungkapkan."Mbak ini mandul, Arini. Itulah mengapa mas Damar pergi meninggalkan Mbak dan menikah lagi dengan wanita lain." Mata Murni terlihat mengembun mengakui kenyataan bahwa ia tidak sempurna sebagai seorang wanita."Ya Allah! Kenapa mbak Murni gak pernah cerita sama kami?" Arini mengusap punggung kakaknya itu untuk memberi kekuatan sesama wanita."Kala itu, Mbak terpuruk dengan keadaan. Mas Damar pergi tanpa kabar berita, dan setelah Mbak tahu rupanya dia telah menikahi wanita lain hanya karena Mbak gak bisa kasih anak untuknya. Mbak marah, kecewa dan sedih bersamaan. Mbak berencana pulang ke kampung, tapi rupanya Fita juga tengah bersedih sebab kehilangan suaminya. Fita memberitahu Mbak, jika dia akan kembali ke kampung dan akan tinggal disana bersama putranya.Mbak, tak ingin membuat kesedihan kalian bertambah dengan cerita hidup Mbak. Makanya, Mbak tak jadi