Share

Hacker

Di puncak sebuah gedung tinggi.  Berdidingkan kaca. Terlihat seseorang laki-laki berkaca mata. Berumur kisaran 40 tahun. Memakai setelan jas rapi berwarna hitam. Dirinya berdiri sembari menatap keluar jendela. Dengan kedua telapak tangan, masuk di saku celana. 

"Bagaimana? Para Eagle sudah menemukan hacker itu?" tanya lelaki tersebut kepada Hologram 3D yang menyerupai dirinya. Yakni visual 3 Dimensi berwarna biru hasil dari teknologi rekayasa optik. 

"Sudah tuan," jawab Hologram 3D yang berdiri di depan meja kerja lelaki tersebut.

"Ada berapa?"

"3 orang."

"Lalu kenapa belum di tangkap?" lanjut lelaki itu mendengus dingin. Selanjutnya, ia memutar tubuh. Mendelik tajam pada Hologram 3D. Terlihat visual 3D membalas dengan ekspresi datar, tanpa berkedip. Seketika mimik wajah lelaki itu berubah menjadi sinis. Rasanya Hologram 3D tak pernah puas, jika sehari saja tak membuat tuannya marah. 

"Posisi mereka tak bisa di temukan. Mereka sangat pandai menyembunyikan diri. Tapi jika di lihat dari alamat IP, para pelaku bukanlah musuh dari benua lain. Melainkan dari benua ini."  jelas Hologram 3D sesuai dengan informasi yang ia dapatkan dari para Eagle.

"Apa! Dari Zealandia!" seru laki-laki itu terkejut bukan main. Dirinya tak menyangka. Ternyata ada musuh dalam selimut.

Hologram 3D tak lagi merespon. Raut wajah tanpa ekspresi, membuat laki-laki itu tak lagi menuntut jawaban. Selanjutnya laki-laki itu melangkah menuju meja kerja. Menarik kursi. Lalu duduk sembari mengeluarkan  sebatang rokok dari pembungkusnya. Membakar dan menghisap rokok yang tertancap dikedua belah bibirnya

Mendadak lelaki itu berdiri. Menyentil rokok hingga menembus tubuh pijar biru, lalu jatuh ke lantai. Tetap saja Hologram 3D tak bereaksi. Ia tak menghindar atau  terkejut. Hologram 3D malah memperhatikan kepulan asap yang mengandung nikotin.

Ya, iyalah. Namanya juga alat buatan. Terlihat hidup tapi mati rasa. 

Ivanov Ilya memandang Hologram 3D cukup lama. Selang beberapa detik lelaki itu, berucap dengan suasana hati yang semakin memanas. Serta mimik wajah menghina.

"Zealandia memiliki sistem keamanan yang paling maju di benua Eksoplanet. Tiap waktu, Kapinis 2 selalu berpatroli untuk memantau keadaan benua Zealandia." suara bogem mentah terdengar menghantam meja. 

Kapinis 2 adalah pesawat yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot (Eagle) atau pesawat yang bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Berbentuk jet tempur dengan panjang 18,3 meter. Dapat terbang selama 60 jam, dengan ketinggian maksimum 17 killo meter. Serta kecepatan maksimum 740 km/jam.

Kapinis 2 dirancang dan di kembangkan oleh para ilmuwan Zealandia, untuk di gunakan di bidang militer. Guna melakukan  pengintaian, pengawasan, patroli dan penentuan posisi target di Zealandia. Atau menyebar ke beberapa benua di Eksoplanet. Kapinis 2 memiliki radar untuk mendeteksi musuh hingga kisaran 200 km. Yakni sensor infrared yang di kombinasikan dengan teknologi artificial intelligence dengan kemampuan neural network yang mengadopsi kemampuan otak manusia dalam memberikan informasi. Sehingga Kapinis dapat memindai wajah seseorang lebih cerdas dan akurat ke bentuk 4 dimensi. Meskipun orang tersebut berada dalam kegelapan atau di dalam gedung. 

Kapinis 2 di lengkapi dengan persenjataan  rudal anti tank yang menghancurkan, dan  teknologi siluman yang membuatnya menjadi transparan, sehingga tak dapat  terdeteksi oleh radar musuh. Serta didukung dengan sistem anti-spoofing. Yakni sistem keamanan yang melindungi Kapinis dari serangan para Hacker. Namun tak jarang para ilmuwan di Zealandia sendiri malah yang menjadi peretas, untuk mengelabui para Eagle.

"Apa yang di lakukan para Eagle? Padahal mereka hanya duduk memandang monitor, tanpa perlu mencari kemana-mana. Tapi kenapa Menemukan posisi tiga parasit saja tak mampu. Apa mereka ingin mempermalukan Ivanov Ilya sebagai god father penguasa dunia maya?" Sambung lelaki itu menyebut nama dan jati dirinya.

"Mohon tunggu sebentar. bersabarlah tuan. para Eagle sedang berusaha sekuat mungkin," jawab Hologram 3D menenangkan perasaan Ivanov. 

Ivanov Ilya kembali duduk. Seraya meredam emosi dengan menyandarkan kepala di kursi kebesarannya. Memandangi langit-langit gedung. Selanjutnya ia memberikan titah dengan mata biru yang berubah menjadi gelap.

"Hubungi pasukan militer! Perintahkan untuk menelusuri seluruh sudut kota benua Zealandia. Temukan tiga parasit itu! Serahkan padaku, aku ingin menjadikan mereka sebagai bahan eksperimen makhluk hibrida antara manusia dan sipanse yang sedang aku teliti."

Mendadak mata Hologram 3D berubah menjadi merah. Pertanda ada yang menelfon. Ivannov tau akan hal itu. Lantas di kedua mata Hologram 3D memancarkan cahaya yang menampilkan proyektor layar berukuran satu meter kali satu meter. Terlihat di layar monitor, sebagian tubuh sosok laki-laki yang familiar. Laki-laki itu tak mengenakan pakaian. Di belakangnya terlihat mobil-mobil yang lalu lalang. 

"Ada apa?" tanya Ivanov Ilya yang jelas mengenal laki-laki itu.

"Tuan, kau tak perlu membuang waktu para pasukan militer. Biar aku saja yang menemukan ke tiga hacker itu." Jawab laki-laki tampan dengan senyum yang misterius. Lelaki itu menawarkan diri untuk menanngkap para Hacker. Mendengar hal itu, mata gelap ivanov berubah seketika menjadi membelalak setuju, sembari tersenyum bengis. Ivankov Ilya sangat percaya laki-laki itu dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di Zealandia. 

Di puncak gunung Rahtawu. Helen dan Jansen menggunakan kemampuan lain dari Trilachonaya. Yakni Holografik 3 dimensi berbentuk monitor LED. Untuk membuat obyek 3D, hanya perlu menggambar menggunakan tangan secara langsung hingga menjadi jelas, bahkan lebih detail. Serta di operasikan dengan perintah suara melalui tampilan Graphical User Interface. Yakni GUI atau sistem komponen visual interaktif untuk software komputer. Selain itu juga monitor tersebut, dapat memecah menjadi beberapa bagian sesuai ukuran yang di inginkan. Bahkan dapat mengikuti gerakan pengguna Trilachonaya, kemanapun ia pergi. 

Pada dasarnya Trilachonaya atau Hololens mempunyai konsep menggabungkan antara dunia nyata dan dunia digital  kedalam dimensi virtual yang menjadi kenyataan. Atau dalam ilmu pengetahuan di kenal dengan istilah Augmented Reality (AR) yang berkombinasi dengan Virtual Reality (VR) sehingga menghasilkan Mixed Reality (MR). 

Penemuan apakah ini? Mungkinkah menciptakan suatu program yang bisa sekompleks ini?

Dilayar monitor milik Jansen  menampilkan data-data yang berkembang layaknya molekul dan partikel pada denyut pikiran seseorang. Serta memiliki alur yang unik. Bentuk jaringan ini, seperti sebuah neutron pintar. Berfungsi sebagai otak dan bisa menjadi pusat program yang dapat di kendalikan. 

Ini adalah sebuah formula khusus di mana setiap jaringannya tertata dan tersambung dengan rapi hingga ke detail.

"Merepotkan sekali para Eagle ini." keluh Jansen menarik nafas halus, lalu menghembuskan secara kasar.

"Berhenti mengeluh Jansen.  Fokuslah!"

Rupanya, Jansen adalah hacker yang berani meretas Kapinis 2. Serta Departemen Keamanan, tempat Ivanov berada adalah Jansen.

"Lalu bagaimana denganmu Helen?" tanya Jansen kepada gadis yang sedang menganalisa kerusakan tiap bagian sayap buatan Shin. Terlihat ekspresi dingin sangat serius, saat gadis itu menggerakkan jarinya ke layar monitor yang ada di hadapannya.

"Kompresor pada turbo jet terus mengisap udara dingin. Menyuplainya ke dalam ruang bakar. Kemudian gas panas hasil pembakaran di keluarkan pada turbin yang tersinkronisasi. Seiring dengan piston yang melakukan siklus kerja mesin. Dalam menghasilkan tenaga pembakaran, untuk menggerakan ke dua sayap. Semuanya masih normal. " Ucapan Helen terdengar sangat logis.

"Lalu kenapa Shin tak bisa tak bisa kembali kebawah."

"Huuftt ... Tombol navigasinya rusak." jawab Helen menggigit jari. Terlihat raut wajah muram. Kegelisahan melanda.

Jansen  merasakan beban yang dipikirkan Helen. Selanjutnya, ia bertanya dengan nada heran sekaligus cemas.

"Ada apa? Kau tak bisa menolongnya?"

"Bukan begitu. Sejak tadi aku ingin menghubungi Shin. Namun, ada yang selalu membatalkan panggilanku."

"Para Eagle?"

"Bukan." Jawab Helen, memandangi layar monitor. Pijar biru dari blue print visual  4D tersebut. Makin terlihat membentuk jalur. Serta jaringan neutronnya berkembang kian kompleks!

"Sepertinya ada hacker pengguna   Trilachonaya lain yang lebih hebat dari kita." Celetuk Helen menambah.

"Ya sudah, aku akan membantumu mencari orang itu?"

"Tidak usah. Aku bisa sendiri" Helen meregangkan jari-jarinya. Dirinya sangat yakin dengan skill komputernya dapat mengalahkan orang suruhan Ivanov.

Di jembatan penghubung Zealandia dan Laurasia. Terlihat seorang pemuda berotot berumur 19 tahun. Memiliki tato naga di sebagian tubuhnya. Wajahnya yang tampan, bahkan lebih dari Shin dan Jansen. Sehingga membuat pandangan para pengendara mobil tertuju padanya. Sebab terkesimak melihat kharisma lelaki yang hanya memakai celana panjang dan sepatu boots militer. Lelaki misterius itu berdiri santai. Menumpukan kedua lengannya di pagar pembatas jembatan. Memperhatikan Shin, Jansen, dan Helen yang di perlihatkan di dalam layar monitor 3D. Seolah laki-laki itu sedang menonton Televisi.

"Hay, Shin! Sesuai dengan keinginan mu, aku akan menyelamatkan jasadmu dan menjadikanmu bahan eksperimen di area lima satu." Lelaki itu berbicara sendiri sambil tertawa bengis dengan sorotan mata biru gelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status