Share

Trilachonaya

"Mi-minggir Jansen!" bentak Helen murka.

Semula Helen menganggap Shin sebagai rivalnya. Gadis tersebut tak pernah peduli akan nasib buruk yang menimpa Shin.Tapi kali ini ada yang berbeda dan terasa aneh. Helen seketika menjadi panik sekaligus khwatir. Hatinya melunak. Egonya yang tinggi dilenyapkan. Rasa iri sudah tak di rasakan lagi. Wajar saja Helen merasakan hal seperti itu. Sebab sebagai seorang wanita tentu dia mempunyai hati yang lembut. Apalagi jika dinilai dari sudut pandang manusia, Helen tak mungkin tertawa, di atas penderitaan orang lain. Dimana kecelakaan maut akan segera menjemput. Lagi pula Shin adalah sahabatnya.

Kendati demikian Jansen tak mengerti akan hal itu. Bukannya menanyakan apa yang terjadi. Jansen malah mengucapkan kata-kata kasar bernada tinggi,

"Jangan hanya karena tindakanmu yang seenak jidat, sehingga menimbulkan banyak korban. Kenapa kau jadi bodoh Helen?" ucap Jansen memperingati, "Apa kau lupa mata itu akan merusak sistem jaringan pada penerbangan!"

Helen ingin menjawab. Tetapi mulutnya yang terbuka terasa kaku.

Pasalnya sinyal elektromagnetik yang di pancarkan mata Helen dapat mengganggu sistem navigasi pesawat. Yakni sensor instrumen komunikasi pesawat, alat penghindar tabrakan dan peralatan navigasi avionik. Oleh karenanya, terdapat undang -undang yang melarang keras untuk tidak mengaktifkan Trilachonaya ke atas langit.

Selain cerdas dan bijaksana, Jansen adalah seorang pemuda Jansen adalah seorang pemuda yang memegang teguh semua peraturan di Zealandia. Dirinya sangat menyesali sikap Helen yang telah melanggar peraturan. Lantaran taatnya Jansen sampai tak peduli lagi dengan Helen yang beruarai air mata. Bahkan ia sampai melupakan keadaan Shin. Menurutnya, apa yang di lakukan Helen adalah pelanggaran berat yang dapat merenggut banyak nyawa.

"Kau harus siap mendapatkan konsekuens--"

Helen tak tahan lagi mendengar ocehan Jansen. Lantas, dirinya langsung memotong pembicaraan. Helen berusaha menggerakan mulutnya, 

"A-aturan atau temanmu mati!" tegas Helen menyentak nafas kasar. Selanjutnya tinta air mata meleleh di pipi. Helen merasa ini keadaan darurat bukan waktunya untuk berdebat, "Aktifkan Trilachonaya mu sekarang!"

Jansen tersentak kaget, melihat Helen menangis. Spontan ia langsung mengingat keadaan Shin. Raut wajah geram seketika berubah menjadi keresahan.

Kemudian Jansen menengadah keatas. Menatap langit luas. Dirinya menggunakan salah satu kemampuan mata biru,

"Zoom." ucap Jansen. Salah satu kemampuan Trilochanaya di aktifkan. Kornea Mata biru Jansen bersinar. Pupil matanya bergerak mengecil, dan membesar. Mendekatkan obyek sasaran. Layaknya, sebuah kamera yang mengunci target. Sehingga hanya dengan melihat, mata dapat menerima informasi kondisi sekitar secara nirkabel.

Trilachonaya merupakan sebuah purwarupa wearable gadget unik super canggih yang di lapisi silikon chip. Berbentuk kontak lensa mata berwarna biru. Atau biasa di kenal dengan nama Hololens. Selain Zoom, Trilachonaya juga memiliki berbagai fitur pendukung layaknya kamera atau komputer, yang di aktifkan menggunakan perintah suara.

Wow teknologi fantastic.

Meskipun kekurangan Trilachonaya, tak bisa melihat keatas. Namun, ini sudah sangat mempermudah kehidupan dengan cara praktis. Sebab hanya menggunakan kontak lensa di mata, Manusia tak perlu lagi repot-repot membawa ponsel untuk memotret atau merekam vidio.

Seketika Jansen panik bukan kepalang. Melihat temannya sekarat  di atas ketinggan 25 kilometer. Dengah suhu udara -10 derajat Celcius.  Makin keatas temperatur udara akan semakin meningkat hingga mencapai di bawah titik beku.  Ini kecelakan terburuk dari yang terburuk. Shin mengambang, terbawa oleh kedua sayapnya. Terkulai lemas. Dengan sekujur tubuh di penuhi butiran Es. 

"Apa yang terjadi Helen?"

"Sepertinya ada kerusakan pada bagian sayapnya?" jawab Helen mendengus kasar. Mencoba menenangkan emosinya. Selanjutnya ia menyeka halus kedua kelopak matanya. Menghapus air mata yang terus berurai.

"Kita harus segera melakukan sesuatu." imbuh Jansen berfikir.

Bagaimana cara untuk menyelamatkan Shin?

"Kalau begitu susul lah dia!" pinta Helen memberikan ide.

"Aku tidak bisa!" seru Jansen menekan nada bicaranya," Dia sudah melewati batas garis batas troposfer. Jika aku sampai nekat menyusul pada ketinggian 5 killo meter, Helium di dalam kostumku akan meledak."

Pasalnya Jansen melayang karena bantuan Helium di dalam kostum spesial buatannya. Layaknya balon yang di isi Helium. Semakin Tinggi Jansen terbang, maka udara di sekitar akan semakin sedikit. Oleh karena itu Helium akan menyebar. Akibatnya kekuatan kostum Jansen tak akan mampu menahan dorongan Helium dari dalam. Sehingga menyebabkan ledakan pada kostum tersebut.

Hal ini membuktikan, Secanggih-canggihnya teknologi ciptaan manusia, tidak akan sesempurna ciptaan Tuhan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" 

"Hanya ada satu cara tapi mungkin kau tidak akan setuju."

"Apa itu?"

"Kita harus melapor ke departemen keamanan. Dengan begitu mereka akan langsung menyelamatkan Shin."

"Jangan Jansen!" ucap Helen menolak saran, "Para eagle pasti akan senang, karena inilah kemauan God Father. Kematian Shin!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status