Share

Dituduh Perebut Pacar Orang

Pagi hari di kampus, Dinda dan Fina berjalan menuju gedung fakultas ekonomi. Fina melihat Dinda yang senyum-senyum sendiri heran, ada apa dengannya? 

"Din? kamu bahagia kali ya? sampai-sampai senyum terus dari tadi?" Tanya Fina.

Dinda masih tersenyum dan melihat mata Fina. 

"Haduh kalau ketahuan sama Fina kacau nih." Ucap Dinda dalam hati.s

Ia pun segera mengubah ekspresinya menjadi biasa aja.

"Em.. gak juga si Fin, cuma bahagia aja kemarin ditempat kerja aku gak ada masalah lagi." 

Fina mendengar ucapan Dinda hanya mengangguk-anggukan kepalanya seakan masih ada kejanggalan yang terjadi.

Mereka berdua terus berjalan hingga memasuki gedung fakultasnya dan akan menuju ke kelas mereka. Ketika hendak menaiki tangga, ada seorang pria yang sedang berdiri seolah sedang menunggu kekasihnya dengan memegang setangkai bunga mawar merah ditangannya. Sementara dibelakangnya ada banyak para mahasiswi yang berkerumun memandanginya berharap bunga itu akan diberikan pada mereka. Dinda yang melihat Adit berdiri disana merasa terkejut, seketika ia memalingkan wajahnya. 

Sementara Adit yang telah menunggu kedatangan Dinda, tersenyum manis kearahnya dan berjalan perlahan untuk mendekati Dinda. Mahasiswi yang lain melihat itu menjadi sangat iri.

"Good morning beb!" Ucap Adit sambil memberikan setangkai bunga mawar merah itu.

Fina yang berada disamping Dinda terkejut bukan main. Dan Dinda hanya tertunduk, tak tau apa yang harus dia lakukan.

"Din? kenapa diam aja?" Tanya Adit heran.

Dindatertunduk diam meratapi keadaannya lalu mendongakkan kepala ke arah Adit dan menatap matanya.

"Apa ini sungguhan? Kukira semalam dia hanya main-main saja. Lagian aku kan gak ada niatan tambahin pacar, pacarku di Korsel sana mau diapain? Tapi kenapa dengan jantungku ini ya? kok rasanya susah bernapas." Gumam Dinda dalam hati.

Dinda tak sadar saat ia sedang bergumam dalam hati, matanya terus saja menancap kemata Adit. Adit pun juga menatap mata Dinda.

Perlahan Adit mengayunkan tangannya untuk meraih tangan kekasihnya itu, lalu diberikannya bunga mawar tersebut ke Dinda. Fina yang ada disamping melihat dengan geleng-geleng heran, dan tak sengaja melihat jam ditangan Dinda menunjukkan pukul 8 pagi. 

"Waduh!" Teriak Fina dengan lantang.

Dinda dan Adit kaget mendengar teriakan Fina.

"Hehehe, gak usah gitu kali lah liatnya udah kayak mau bunuh orang aja terutama senior nih." Ucap Fina dengan canggung.

"Udah jam 8 udah ayok Dinda! Masuk kelas aku gak mau diusir dari kelas." 

Teriak Fina sambil berlari meninggalkan sepasang kekasih itu. Dinda yang menyadari akan hal itu kaget dan berlari juga mengejar Fina. Sementara Adit tersenyum melihat dua perempuan yang sedang berlari itu. Dan dari kejauhan ada seorang perempuan yang sedang kesal karena melihat hal yang tak diinginkannya.

Dua mata kuliah yang hanya istirahat 10 menit sudah berakhir pada hari ini. Dinda dan Fina seperti biasa akan menuju kekantin terlebih dahulu sebelum pulang. 

"Din? Kamu sama senior Adit itu pacaran?" Tanya Fina yang sambil terus berjalan.

Dinda menoleh kearah Fina dan menghelahkan napasnya. Melihat itu Fina jadi merasa ada yang mencurigakan.

"Kita gak usah ke kantin ya? Kamu tunggu di sana?" Fina menunjukkan kursi yang ada dibawah pohon dekat dengan taman. "Aku beli roti dulu." Ucap Fina meninggalkan Dinda.

Dinda hanya mengangguk dan berjalan menuju kursi yang tak jauh darinya itu.

"Dinda?" Terdengar suara pria yang sedang memanggil namanya. Ia pun menoleh. Ternyata pria itu adalah Aldi teman sejurusannya.

"Aldi? Kenapa Al?" Tanya Dinda dengan santai.

Aldi mencoba untuk duduk disamping Dinda dan mencari tau ada hubungan apa Dinda dan Adit. Dia gak mau teman sejurusannya menjadi korban Adit berikutnya.

"Din, Kamu sama Adit ada hubungan apa?" Tanya Aldi dengan cemas.

Dinda yang mendengar pertanyaan Aldi jadi heran dan tersenyum sendiri.

"Gak ada apa-apa kok Al, Kenapa?" Jawab Dinda dengan kebohongannya.

"Gak apa-apa cuman kamu mending jauhin dia Din, kamu tau kan dia itu fakeboy. Aku khawatir sama kamu." Ucap Aldi dengan mata yang serius dan nada yang lembut.

"Kenapa dia nyuruh aku menjauh dari Adit ya? Perasaan dia temanan dengan Adit." Tanya Dinda dalam hati.

Dinda hanya mengangguk-angguk saja dan berkata, "Kamu tenang Al, kan kamu tau aku ini penyuka oppa-oppa di negeri ginseng. Gak bakal kepincut sama dia." Ucap Dinda dengan santainya.

Aldi merasa lega mendengar pernyataan Dinda.

"Yaudah aku pergi dulu ya Din, Kamu gak balik?"

"Ok Al, gak aku lagi nungguin Fina beli roti dikantin."

Aldi pun kemudian beranjak dari duduknya dan berlalu dimata Dinda.

plukk..plukk..plukk.. Bunyi tepuk tangan dari belakang. Dinda yang mendengarnya heran, dari mana asal suara tepuk tangan itu? Ia menoleh kebelakang. Berdiri seorang mahasiswi yang super cantik dengan ekspresi kesal. Melihat itu Dinda hanya terdiam karena dia sama sekali gak kenal dengan mahasiswi itu, kalau bukan junior pasti senior pikirnya Dinda.

"Wah hebat ya kamu!" Ucap Mahasiswi cantik itu dengan nada mengejek.

Dinda menggaruk kepala yang tak gatal. "Ada apa si dengan orang ini, Gila ya? Kenal juga kagak." Gumam Dinda dalam hati.

Mahasiwi cantik yang bernama Rinda itu mendekati Dinda dan berdiri tepat dihadapannya yang sedang duduk diam dikursi.

"Kamu siapa?" Tanya Dinda dengan biasa saja.

"Hem.. Saya Rinda pacarnya Adit, bisa-bisanya kamu rebut pacar saya?"

"Oh pacarnya Adit? Terus hubungannya ke saya apa?" Jawab Dinda.

"Lah kamu kan yang merebutnya dari saya, ya jelaslah ada hubungannya. Dasar perebut pacar orang. Kamu udah jadian kan sama dia?" Tanya Rinda.

Dinda hanya terdiam. 

"Awas ya kamu, kalau berani dekati Adit lagi." Teriak Rinda sambil mengacungkan telunjuknya kedepan wajah Dinda.

Fina yang sedang berjalan dan membawa roti, merasa heran dengan siapa Dinda berbincang itu. Dan kenapa wanita itu menunjuk-nunjuk dengan Dinda? Melihat itu, Fina pun berlari menghampiri keduanya.

"Eh kenapa ini? kenapa Anda menunjuk-nunjuk kedepan Dinda." Teriak Fina yang sedang menghampiri mereka.

Tiba wanita itu menoleh kearah Fina, Fina hanya kaget. Hah? Ini kan? 

Rinda melihat Fina dengan tatapan sinis dan segera berlalu dari hadapannya.

"Din kamu gak apa-apa?" Tanya Fina dengan khawatir sambil duduk dan memberikan roti.

Dinda tak menjawabnya sama sekali dan menolak roti yang ditawarkan oleh Fina.

"Lah? emang gak mau rotinya? aku udah jauh-jauh ke kantin demi beli ini roti, lagian kamu setelah ini harus kerja setidaknya makanlah ini roti." Ucap Fina

"Gak Fin, aku jadi males makan."

"Din?" Teriak Fina. "Kamu yang bilang kita itu harus sadar diri pada kenyataan kalau kita gak mau makan siapa lagi yang mau ngasih kita makan, terlebih untuk kamu yang jauh dari ortu. Kalau kamu tiba-tiba sakit tengah malam gimana?" Ucap Fina dengan kesal.

Mendengar pernyataan itu Dinda kembali sadar kalau dunia ini kejam, jadi dia harus menjaga dirinya sendiri terutama kesehatan.

"Kamu tu ya, Fin! Kalau ngomong gak ada rahang." Jawab Dinda dengan kesal tapi sambik tertawa.

Fina yang melihat sahabatnya kembali ceria ikut tertawa. 

"Hahaha.. Nah gitu dong." Ucap Fina.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status