Kuliah sambil kerja adalah hal lazim bagi Dinda. Namun ditempat kerjanya kali ini ada perihal yang membuatnya jengkel, tak lain adalah memiliki seorang atasan yang super jahil. Dia adalah atasan sekaligus senior di kampusnya. Lelaki yang terkenal dengan kata badboy namun karena ketampanannya tak seorang gadis pun yang tak terpesona olehnya, kecuali Dinda yang terus saja mengejeknya. Karena Dinda hanya terpesona dengan oppa-oppa Korsel, membuat atasannya tersebut penasaran dengannya dan mencoba untuk membuat Dinda menjadi jatuh cinta dengannya. Fake love dari seorang senior akan dimulai dari sini. Apakah Dinda akan kepincut atau malah Seniornya itu yang jatuh cinta sama Dinda? Nantikan Kelanjutannya.
View More"Hah! Apakah dunia sebercanda ini denganku?" Ucap seorang mahasiswi semester 5 yang sedang duduk dibawah pohon sambil menghembuskan napas dan mendongakkan kepala kearah langit.
Mahasiswi ini bernama Dinda Oktaviani, ia sedang mengalami kesulitan keuangan. Beberapa Bulan yang lalu ia tak sengaja dipecat dan kemarin ia kehilangan uang karena kena hipnotis. Semua uang yang ia miliki sekarang ludes begitu saja.
Dibawah pohon yang tak jauh dari gedung fakultas ekonomi, Dinda meneteskan air mata dan tak menyadari jikalau ada seseorang yang memperhatikannya dan mengejeknya. "Lemah, nangis disiang bolong." Suara lelaki itu terdengar oleh telinga Dinda dan ia menoleh, tapi yang terlihat hanyalah punggung lelaki yang tak dikenalinya.
Tanpa menggubris perkataan yang barusan lewat ditelinganya. Dinda menghapus setiap rintikan air diwajahnya lalu bangkit.
"Baiklah, gak ada kata menyerah! huh!"
Tersimpul senyum terpaksa diwajah Dinda, ia menyibakkan lengan bajunya lalu melihat jam berapa sekarang. Terlihat pukul 13:10 WIB.
"Okay! masih ada waktu untuk cari kerja! Go Dinda Go.. Go Go Semangat."
Diambilnya kunci motor yang ada didalam tas sambil berjalan menuju parkiran. Disebelah motornya ada teman satu jurusannya yang juga hendak pergi. Dia adalah Aldi.
Chiitt.. chiiit..chiiittt...
Suara starter motor yang sedang dipaksa untuk segera dihidupkan namun tak kunjung berhasil.
"Din?" Panggil Aldi.
Dinda menoleh dan menyadari ada temannya disamping.
"Aldi bisa tolong hidupkan motorku? sepertinya ini gak bisa distarter." Pinta Dinda.
"Baiklah!"
Aldi mencoba menghidupkan motor dab mengajak Dinda bicara.
" Emang kamu mau kemana din, buru-buru amat?"
"Mau cari kerja," Jawab Dinda.
Aldi manggut-manggut, ia terpikirkan sesuatu.
"Oh ya, kemarin aku tak sengaja liat di sosmed kalau swalayan SuperIndah lagi buka loker dan itu walkinterview kalau gak salah ini hari terakhir mereka deh sampe jam berapa ya berakhirnya?"
Aldi membuka ponselnya dan kembali melihat loker yang ada disosmed.
"Oh jam 3 nih Din berakhirnya, buruan. Nih motormu udah hidup."
Tak butuh waktu lama Dinda langsung menaiki motornya dan berkata, "Makasih ya Aldi, aku harus segera kesana sebelum tutup. Bye"
Setelah 45 menitan berlalu, Dinda tiba ditempat kantor swalayan tersebut untuk walkinterview.
Dalam hati Dinda bergumam, "Semoga keburu Ya Allah! Akhirnya walaupun pulang dulu ke kost untuk ambil berkas tapi masih ada waktu yang tersisa. Semoga aku masih diberi kesempatan, Aamiin."
Waktu menunjukkan pukul 14:30 mata Dinda membelalak melihat jam ditangannya. Jantungnya degdeg'an takut kalau gak keburu, ia melihat kekursi disebelahnya yang berjejer namun tak begitu banyak lagi yang antri.
"Hah? pukul 14:50? gimana ini? Ucap Dinda dalam hati."
"Dek antrian terakhir silahkan naik keatas." Ucap Security yang ikut andil dalam walkinterview itu.
Dinda menoleh kiri kanan udah gak ada lagi yang duduk dikursi antrian. Dengan segera ia bangkit dan menuju ruang HRD diatas.
Wawancara yang lumayan panjang telah berakhir. Dinda keluar dari ruang itu dan segera memutuskan untuk pulang.
Grettt... Grettt... Greettt...
Getaran ponsel yang ada didalam tasnya ingin ia jawab namun sedang mengendarai motor.
Tak lama kemudian tiba di kost ia langsung menuju pintu dan membukanya namun Dinda tercengang ketika kunci kostnya gak ditemukan dalam tasnya.
Sambil menggaruk kepala yang tak gatal Dinda mencoba untuk menelpon Ibu kostnya. Kebetulan panggilan yang tak terjawab tadi adalah Ibu kostnya. Huh!!! Terdengar suara mengeluh yang keluar dari mulut Dinda.
Grett.. Grett.. Grett..
Ponselnya kembali bergetar, Dinda segera mengangkatnya.
"Assalamualaikum, iya hallo Bu."
"Dinda!" Teriak Ibu kost.
Tangan Dinda hanya refleks menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.
"Iya Bu!" Jawab Dinda.
Mendengar suara Dinda yang tak berdaya, Ibu kos langsung menurunkan volume suaranya.
"Kosanmu sudah nunggak 2 bulan, kapan kamu bayar? saya lagi sedang krisis keuangan sekarang."
Tanpa menggubris pertanyaan Ibu kos Dinda menanyakan kunci duplikat.
"Hah? kunci duplikat? Gak ada saya lagi gak dirumah, besok saja kamu ambil."
Panggilan seketika mati begitu saja tanpa sempat Dinda untuk berkata lagi.
Dengan tangan yang gemetaran karena menahan lapar dari tadi pagi ia tak sempat untuk memasukan sedikit makanan kedalam perutnya. Gruduk! bunyi ponsel yang terjatuh.
"Huh!"
Diambilnya ponselnya lalu menelpon sahabatnya.
" Fin, aku kerumahmu ya? Pinta Dinda pada sahabatnya."
Selang waktu berjalan.
Dinda tiba didepan rumah Fina, Fina adalah sahabat satu-satunya dikampus, dia baik hati namun sulit dipahami karena tak pernah mau untuk cerita tentang masalah kehidupannya.
Dikamar Fina, "Din kamu kenapa? wajahmu pucat gitu?"
Dengan badan yang gemetaran Dinda menjawab, "boleh aku numpang makan disini?"
"Astaghfirullah Dinda?" Teriak Fina.
Ditariknya Dinda dari kamar menuju dapur, lalu mengambil piring serta lauk untuk dibawah ke meja makan.
"Nih sekarang kamu makan!" Ucap Fina.
Dinda merasa malu dengan sahabatnya tapi karena rasa lapar sudah menggelegar, ia pun langsung cuci tangan dan makan dengan lahapnya.
"Fin? Aku boleh nginap disini? kunci kosku hilang?"
Usai makan Dinda langsung bertanya pada Fina lagi.
"Dinda?" Teriak Fina.
"Kamu itu sahabat aku, kenapa kamu kayak anggap aku orang lain?"
"Maaf fin," jawab Dinda.
Sebenarnya Dinda tak mau merepotkan sahabatnya itu dan ia belum cerita kalau uangnya sempat hilang semua gara-gara kena hipnotis pas pulang dari ATM.
Dengan berat hati, Dinda pun menceritakan segala yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Setelah mendengar cerita dari Dinda, Fina menatap Dinda dengan kesal, haru, sedih semua bercampur aduk.
"Din, kalau ada kesulitan bilang aja, aku siap membantu kamu kapan pun. Dan lagi kamu jangan memendam semuanya sendiri! Aku ini sahabatmu."
Dinda dan Fina pun menoleh ke arah Adit yang sedang berdiri tegap sambil membawa kantong plastik yang berisikan sate juga.Kini Aldy dan Adit saling berhadapan dengan tatapan yang sama-sama tajam. Keduanya memang temanan tapi ini menyangkut Dinda."Suka-suka sayalah, mau kesini atau tidak." Jawab Adit dengan nada yang ditekan.Aldy menaikkan alisnya sebelah, ini manusia gak tau malu atau gimana? bisa-bisanya dia bilang kalau suka-suka dia? Wah kurang piknik beneran ini si Adit, pikir Aldy."Ya, emang suka-suka kamulah Dit." Teriak Aldy."Tapi kita gak ngajak kamu kesini ya." Sambung Aldy.Mendengar perdebatan Adit dan Aldy, Dinda merasa tak enak. Ini lagi si Adit kenapa harus kesini segala. Ia pun beranjak dari duduknya."Dit, Aldy. Udah, ngapain si kalian dari tadi debat gak jelas. Malu dilihat orang, udah sini duduk." Sahut Dinda menengahi dua pria yang sedang beradu omongan itu.Aldy menatap Dinda tak senang sera
Sebelumnya__ "Udahlah, gak usah dilihat.. Biarin ajalah! Kita kan kesini untuk melepas stres, ya kan?" Ucap Fina pada Dinda. "Iya.. Ayo kita berenang lagi." Jawab Dinda dengan nada yang agak lesu. ____ Dinda dan Fina melanjutkan main air atau berenangnya. Terlihat sekilas Dinda sama sekali tak memikirkan apa yang Ia lihat barusan. Tapi siapa yang menyangka di dalam pikirannya Ia terus-terusan bertanya siapa perempuan yang bersama Adit itu? "Din? Mau kemana?" Tanya Fina melihat Dinda yang berjalan menuju ke daratan. "Udah yuk, kita makan cemilan dulu. Kasian si Aldy sendirian di sana." Elak Dinda. Raut muka Dinda yang tadinya biasa aja kini menjadi sedikit agak suram. Ia tak lagi bisa menahan sebuah perasaan yang aneh hinggap di hatinya itu. "Kenapa aku jadi gak mood gini ya?" Ucap batin Dinda. "Eh.. kok cepat kali kalian mandinya? Nanti kurang, kesini lagi pula besoknya. Kan bahaya nih?" Ejek Aldy yang sedari tadi
"Apa si yang mereka bicarakan? kok lama kali." Gerutu Dinda saat menunggu Adit dan Aldi.Kring..Kring..Kring..Bunyi ponsel yang ingin di angkat telponnya. Tangan Dinda segera beralih mencari ponsel yang sedang berbunyi itu. Belanjaan yang di pegang tadi seketika berpindah tempat, dari tangan ke kursi yang ada di depan minimarket."Iya halo Fin, kenapa?" Ucap Dinda yang sudah mengangkat telpon dari Fina."Woi Din.. Lama amat! kamu beli apa aja dah sama Aldy? Diborong semua isi minimarket?" Teriak Fina melalui telpon."Ih.. Aku juga nungguin si Aldi lama amat ngobrolnya sama Pak Adit. Gak tau tu ngapain? Mojok kali ya?" Jawab Dinda yang ikutan kesal."Hah.. Adit? Emang dia ikut?" Tanya Fina."Gak tau tu, diajak juga kagak. Masa dia ikut." Jawab Dinda.Saat teriak-teriak mengeluarkan kekesalan lewat Fina yang kebetulan lagi nelpon, sepasang mata Dinda memandang kedatangan dua pria tampan yang sedang berjalan menghapirinya.
"Ternyata Dia masih mencintaiku, maafkan aku Dit.. Aku benar-benar menyesal." Ucap Rinda dalam hati yang masih duduk di taman.Air mata yang jatuh ke pipi kian mengalir dengan deras, hidung yang tengah bernapas seketika memerah dan tersendak seolah merasakan betapa pedihnya relung hati Adit. Namun tangan selalu sedia untuk menghapus cairan bening yang sedang mengalir itu. Ia berjalan dengan kaki yang tak bersemangat sama sekali, tapi ini adalah langkah yang tak ia sadari."Kenapa aku kesini?" Ucap Adit.Dia berdiri di depan danau, dimana tempat ia bertemu dengan Dinda sebelumnya. Bayangan Dinda yang sedang memotret sunset terus bermunculan di hadapan sekarang. Senyumannya yang menawan pun hadir dalam imajinasi Adit. Pria itu berdiri tegap diam tak bergerak. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Kenapa aku memikirkan Dinda? Jelas-jelas hatiku sedang menahan sakit karena Rinda." Ucap Adit dalam kesendirian.Rinda yang masih terduduk di kursi mer
"Dinda? Abang kenal dengan kak Dinda?" Tanya Desi penasaran pada Aldy."Hem.. Dia teman satu jurusanku."Desi mengangguk-angguk mengerti sambil scan belanjaan Aldy."Oh.. Ini totalnya Rp.45.500,- Bang. Kak Dinda gak masuk kerja hari ini." Ucap Desi sambil menatap wajah tampan milik Aldy.Keduanya sama-sama tersenyum satu sama lain, hanya saja wajah Aldy terlihat rada kaku."Yaudah saya pergi dulu ya." Ucap Aldy."Iya, Terima kasih.. Silahkan datang kembali." Jawab Desi sambil menatap kepergian Aldy.Desi tersenyum sendiri melamunkan wajah Aldy yang barusan berhadapan dengannya."Kenapa Des, kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Hery yang kesal sambil melirik kepergian Aldy."Gak apa-apa Ri, Aku hanya menemukan seseorang yang bisa membukakan kembali pintu hatiku." Jawab Desi yang masih tersenyum.Air muka Hery seketika menjadi lesu mendengar jawaban dari Desi."Des, apa kamu gak sadar aku selalu ada untukm
Di dalam gudang Desi mencoba menceritakan kebenaran yang terjadi. Dia melihat-lihat sekitar untuk memastikan tidak ada orang di sana. Dengan mata yang sedikit bergenang air, Ia mulai menceritakannya."Din, bukan Pak Adit yang ambil uangnya."Dinda terdiam keheranan tanpa ekspresi."Jadi siapa yang ngambilnya Des?" Tanya Dinda.Desi menunduk sejenak, Ia merasa gugup dan takut untuk mengatakan yang sebenarnya."I...Itu aku yang ambil uangnya, maafin aku Din.. Maaf." Ucap Desi dengan memohon pada Dinda.Ini benar-benar di luar dugaan Dinda, Ia terhuyung ketika mendengar kebenaran itu."Din, maaf.. Aku janji bakal balikin uangnya sama Pak Adit.""Sudahlah Des, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi kamu gantikan shift malamku kalau kamu benar-benar merasa bersalah. Aku pergi dulu." Ucap Dinda lalu pergi meninggalkan Desi.Isi kepala Desi rasanya buyar, Ia belum menceritakan semuanya tapi Dinda sudah pergi b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments