"Apa si yang mereka bicarakan? kok lama kali." Gerutu Dinda saat menunggu Adit dan Aldi.
Kring..Kring..Kring..
Bunyi ponsel yang ingin di angkat telponnya. Tangan Dinda segera beralih mencari ponsel yang sedang berbunyi itu. Belanjaan yang di pegang tadi seketika berpindah tempat, dari tangan ke kursi yang ada di depan minimarket.
"Iya halo Fin, kenapa?" Ucap Dinda yang sudah mengangkat telpon dari Fina.
"Woi Din.. Lama amat! kamu beli apa aja dah sama Aldy? Diborong semua isi minimarket?" Teriak Fina melalui telpon.
"Ih.. Aku juga nungguin si Aldi lama amat ngobrolnya sama Pak Adit. Gak tau tu ngapain? Mojok kali ya?" Jawab Dinda yang ikutan kesal.
"Hah.. Adit? Emang dia ikut?" Tanya Fina.
"Gak tau tu, diajak juga kagak. Masa dia ikut." Jawab Dinda.
Saat teriak-teriak mengeluarkan kekesalan lewat Fina yang kebetulan lagi nelpon, sepasang mata Dinda memandang kedatangan dua pria tampan yang sedang berjalan menghapirinya.
Sebelumnya__ "Udahlah, gak usah dilihat.. Biarin ajalah! Kita kan kesini untuk melepas stres, ya kan?" Ucap Fina pada Dinda. "Iya.. Ayo kita berenang lagi." Jawab Dinda dengan nada yang agak lesu. ____ Dinda dan Fina melanjutkan main air atau berenangnya. Terlihat sekilas Dinda sama sekali tak memikirkan apa yang Ia lihat barusan. Tapi siapa yang menyangka di dalam pikirannya Ia terus-terusan bertanya siapa perempuan yang bersama Adit itu? "Din? Mau kemana?" Tanya Fina melihat Dinda yang berjalan menuju ke daratan. "Udah yuk, kita makan cemilan dulu. Kasian si Aldy sendirian di sana." Elak Dinda. Raut muka Dinda yang tadinya biasa aja kini menjadi sedikit agak suram. Ia tak lagi bisa menahan sebuah perasaan yang aneh hinggap di hatinya itu. "Kenapa aku jadi gak mood gini ya?" Ucap batin Dinda. "Eh.. kok cepat kali kalian mandinya? Nanti kurang, kesini lagi pula besoknya. Kan bahaya nih?" Ejek Aldy yang sedari tadi
Dinda dan Fina pun menoleh ke arah Adit yang sedang berdiri tegap sambil membawa kantong plastik yang berisikan sate juga.Kini Aldy dan Adit saling berhadapan dengan tatapan yang sama-sama tajam. Keduanya memang temanan tapi ini menyangkut Dinda."Suka-suka sayalah, mau kesini atau tidak." Jawab Adit dengan nada yang ditekan.Aldy menaikkan alisnya sebelah, ini manusia gak tau malu atau gimana? bisa-bisanya dia bilang kalau suka-suka dia? Wah kurang piknik beneran ini si Adit, pikir Aldy."Ya, emang suka-suka kamulah Dit." Teriak Aldy."Tapi kita gak ngajak kamu kesini ya." Sambung Aldy.Mendengar perdebatan Adit dan Aldy, Dinda merasa tak enak. Ini lagi si Adit kenapa harus kesini segala. Ia pun beranjak dari duduknya."Dit, Aldy. Udah, ngapain si kalian dari tadi debat gak jelas. Malu dilihat orang, udah sini duduk." Sahut Dinda menengahi dua pria yang sedang beradu omongan itu.Aldy menatap Dinda tak senang sera
"Hah! Apakah dunia sebercanda ini denganku?" Ucap seorang mahasiswi semester 5 yang sedang duduk dibawah pohon sambil menghembuskan napas dan mendongakkan kepala kearah langit.Mahasiswi ini bernama Dinda Oktaviani, ia sedang mengalami kesulitan keuangan. Beberapa Bulan yang lalu ia tak sengaja dipecat dan kemarin ia kehilangan uang karena kena hipnotis. Semua uang yang ia miliki sekarang ludes begitu saja.Dibawah pohon yang tak jauh dari gedung fakultas ekonomi, Dinda meneteskan air mata dan tak menyadari jikalau ada seseorang yang memperhatikannya dan mengejeknya. "Lemah, nangis disiang bolong." Suara lelaki itu terdengar oleh telinga Dinda dan ia menoleh, tapi yang terlihat hanyalah punggung lelaki yang tak dikenalinya.Tanpa menggubris perkataan yang barusan lewat ditelinganya. Dinda menghapus setiap rintikan air diwajahnya lalu bangkit."Baiklah, gak ada kata menyerah! huh!"Tersimpul senyum terpaksa diwajah Dinda, ia menyib
Setelah bermalam dirumah Fina, Dinda merasa gak enakan dengan sahabatnya itu. Pagi-pagi buta Dinda bangun dan mencoba untuk pergi namun tak disangka Fina terjaga dari tidurnya ketika ia hendak membuka pintu kamar."Din?" Panggil Fina sambil memicingkan mata dan tangan kanannya menggosok-gosok mata sebelah kanannya juga.Deg! Dinda kaget, tiba-tiba suara Fina memanggilnya. Dia pun menoleh."Hah!" Sambil menyengir,"Eh Fin udah bangun? Aku Ke kamar mandimu ya? mau mandi.""Oh oke, buruan mandi aku juga mau mandi, Ingat kan hari ini ada makul Bapak galak, kalau telat gak bisa masuk kelas kita. Buruan-buruan." Ucap Fina.Dinda mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk pergi diam-diam.Beberapa menit kemudian keduanya siap untuk berangkat kekampus dan telah sarapan. Fina dan Dinda mengendarai motor masing-masing. Walau Dinda menyarankan untuk bawa motor satu aja tapi Fina menolaknya.Kampus tercinta sudah didepan m
"Kamu tau apa saja yang akan dikerjakan?" Tanya senior tampan.Dinda tak menyangka kalau senior yang dikatakannya gila tadi pagi adalah atasannya ditempat kerjanya."Aku harus gimana?" Gumam Dinda dalam hati."Hei saya bertanya? Hah sudahlah, mari ikut saya biar saya training kamu yang bodoh ini!"Kata pasrah gak bisa dipisahkan dari kehidupan Dinda kali ini. Bagaimana mungkin kali pertama kerja di swalayan mala dikatain bodoh.Sebelum mengajari Dinda pria tampan ini memperkenalkan diri terlebih dahulu pada karyawan baru."Semua mari kita berkumpul diruang istirahat dulu sebelum ganti shift." Panggil pria itu pada semua karyawan yang ada.Mulai dari kasir, crew dan si pria tampan itu sebagai kepala kasir serta supervisor berkumpul disana.Perkenalan pada karyawan baru pun dimulai."Semangat pagi! saya Aditya Perwira sebagai kepala kasir akan membimbing kasir baru dengan sangat baik. Selamat berjuang, Semangat
Pagi-pagi di kampus dengan mata panda setengah berlarian Dinda menuju ke kelas. Tak sengaja ia menabrak seorang lelaki."Maaf.. maaf.. saya buru-buru."Tanpa melihat siapa yang ia tabrak, Dinda beranjak berjalan tapi lelaki itu menghalanginya. Dengan kesal Dinda mendongak ke atas melihat wajah siapa si yang menghalangi jalannya."Astaga!" Teriak Dinda dan menutup mulut setelahnya.Dinda menunduk dan meminta maaf. Tapi lelaki itu hanya memandang dingin. Lelaki itu ialah Aditya seniornya sekalian atasannya ditempat kerja."Hem kalau dilihat-lihat dia lucu juga kalau dimainin seru juga kayaknya." Gumam Adit dalam hati."Hei mana ponselmu?" Tanya Adit."Pak saya udah telat ini, tolong nanti aja kalau ada kepentingan lainnya." Pinta Dinda dengan tergesah."Baiklah nanti jam 1 siang saya tunggu di kantin."Adit pun membiarkan Dinda untuk pergi.2 mata kuliah yang dijalani hari ini akhirnya
Di kantin yang sedang riuh dengan suara yang begitu bising, Dinda dan Fina sedang menikmati hidangan Bu kantin yaitu ayam penyet bersanding dengan es teh manis. Dinda benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Fina, disaat ia tak lagi punya sepeser uang Finalah yang memberinya pinjaman uang. Dan lagi sekarang Fina tak tanggung-tanggung ia juga sering mentraktir Dinda. Walau kadang Dinda merasa tak enak tapi mau tak mau dia harus menerimanya karena kondisi keuangan.Sementara Fina yang masih penasaran dengan hubungan Dinda dan Adit, Dia merayu Dinda untuk menceritakan semuanya. Berkat rayuan-rayuan Fina yang mentraktir makanan yang enak, akhirnya Dinda menceritakan semuanya. Jikalau Adit adalah atasannya di tempat kerjanya, dan dia akan berurusan dengan Adit setiap harinya kecuali hari libur.Uhuk.. Fina keselek saking kagetnya mendengar cerita dari Dinda."Jadi dia? dia atasanmu? Weh bisa cuci mata dong tiap hari." Ejekan Fina pada Dinda
Di atas motor menuju perjalanan ke tempat kerja, Dinda yang berada dibelakang bergumam sendiri dalam hati. "Ternyata Pak Adit lumayan baik ya? Dia mau tolongin aku menyelesaikan masalah komplain ini, bahkan dia rela telat kerja dan dipotong gaji. Lah kenapa aku ngomongin dia ya? Udah ah, sadar Din sadar." "Kayaknya ini moment yang tepat untuk membuat si Dinda bodoh ini untuk jatuh hati padaku. Aku harus lakukan sesuatu." Ujar Adit dalam hati yang sedang membawa motor dengan laju. Diperjalanan akan melewati lampu merah, dari kejauhan sudah terlihat lampu lalu lintas berwarna hijau dan seharusnya masih bisa untuk dikejar. Tapi karena ulah Adit dia pelankan laju motornya supaya kena di lampu merah. Tiba didepan perempatan lalu lintas lampu hijau berubah jadi merah. Srekk... Motor yang dikendarai berhenti secara mendadak. Dinda yang berada dibelakang langsung terdorong kedepan hingga menghempas belakang Adit. "Aduh pelan sedikit kenapa si pak?" Teri