Share

Masuk Jebakan

Di atas motor menuju perjalanan ke tempat kerja, Dinda yang berada dibelakang bergumam sendiri dalam hati. "Ternyata Pak Adit lumayan baik ya? Dia mau tolongin aku menyelesaikan masalah komplain ini, bahkan dia rela telat kerja dan dipotong gaji. Lah kenapa aku ngomongin dia ya? Udah ah, sadar Din sadar."

"Kayaknya ini moment yang tepat untuk membuat si Dinda bodoh ini untuk jatuh hati padaku. Aku harus lakukan sesuatu." Ujar Adit dalam hati yang sedang membawa motor dengan laju.

Diperjalanan akan melewati lampu merah, dari kejauhan sudah terlihat lampu lalu lintas berwarna hijau dan seharusnya masih bisa untuk dikejar. Tapi karena ulah Adit dia pelankan laju motornya supaya kena di lampu merah. Tiba didepan perempatan lalu lintas lampu hijau berubah jadi merah.

Srekk... Motor yang dikendarai berhenti secara mendadak. Dinda yang berada dibelakang langsung terdorong kedepan hingga menghempas belakang Adit. 

"Aduh pelan sedikit kenapa si pak?" Teriak Dinda karena kaget.

"Iya, ini si lampunya tiba-tiba jadi merah padahal kan tadi hijau bukan salahkulah. Tapi maaf deh maaf."

Mendengar perkataan maaf Dinda jadi agak risih, kenapa dengan pak Adit?

"Din karena kita udah telatnya banyak jadi aku bawa motornya agak laju ya? jadi kamu siap-siap berpegangan samaku." Ucap Adit pada Dinda.

Sementara dalam hati Adit, "Dih kenapa pula aku nyuruh kamu berpegangan denganku, jatuh syukur. Ku do'ain deh semoga kamu jatuh tersungkur dan gak kerja lagi di superindah." Gerutu Adit.

Treng.. Lampu lalu lintas berganti menjadi hijau, Adit tak memperdulikan Dinda segera dia gas Full motornya dengan laju. Dinda yang berada dibelakang panik dan langsung memeluk Adit secara spontan dengan mata terpejam. 

"Hehehe.. Berhasil." Gumam Adit dalam hati.

Tak lama kemudian kedua karyawan superindah ini tiba dilokasi kerja. Partner kerja di jam sebelumnya mengomel pada Dinda. Bagaimana bisa telat hampir 2 jam. Belum lagi supervisor yang datang juga mengomel-ngomel. Namun ketika melihat Adit juga ikut telat semua jadi terdiam. 

"Lah kenapa semua diam tak berkutik? Tanya Dinda dalam hati."

"Baiklah, karena kalian tadi sedang ngurusin masalah komplain jadi saya maklumi tapi gaji kalian tetap akan dipotong." Ucap Pak Jaya sang supervisor.

Adit yang berdiri dibelakang Dinda memberikan jempol pada Pak Jaya sambil tersenyum. Dinda yang heran melihat tingkah mereka, ia menoleh kebelakang dan melihat Adit. Adit yang sedang tersenyum langsung memasang ekspresi pura-pura menyesal karena terlambat. 

"Gak ada yang aneh dari raut muka si atasan gila. Ah sudahlah penting aku gak dipecat." Gumam Dinda dalam hati.

Setelah kejadian komplain dan kena omel, semua mulai bekerja dan shift yang sebelumnya sudah mulai pulang. Hari ini Dinda agak merasa lega karena permasalahannya sudah selesai dan kerjaannya tidak ada masalah sampai jam pulang.

"Pak Adit, makasih ya karena sudah mau bantu saya nyelesaiin masalah saya." Ucap Dinda yang sedang berdiri didepan swalayan.

"Iya sama-sama". Jawab Adit.

Dinda lupa kalau motor dia ketinggalan dikampus dan berangkat kerja bareng Adit. Sementara jam sekarang udah pukul 23:30 untuk jalan kaki ke kos itu akan terasa menyeramkan karena Dinda takut gelap. Meski tempat kerjanya kali ini dekat ia tetap pergi dengan mengendarai motor.

"Pak Adit saya boleh minta tolong?"

"Apa?" Jawab Adit yang sedang memakai jaketnya dan beranjak menuju parkiran.

"Saya boleh numpang nebeng?" Tanya Dinda dengan gugup dan malu.

Adit tersenyum terselubung. "Inilah waktunya hahahaha." Adit bergumam dalam hatinya.

"Boleh tapi ada syaratnya, kamu harus bilang iya setelah saya bertanya pas didepan kosmu nanti, oke?"

Dinda bingung maksud Adit apa? akarena sudah mau tengah malam Dinda hanya mengiyakan saja.

"Iya deh Pak Adit, Iya."

"Oke deal, ayo ikut keparkiran."

Lima menit kemudian tiba didepan kos Dinda. Dinda pun turun dari motor Adit.

"Oke Dinda, Maukah kamu jadi pacarku?" Tanya Adit sambil duduk jongkok memegang tangan Dinda.

"Hah?" Mata Dinda terbebelalak tak percaya, Gimana ini? Aku harus jawab iya karena sudah berjanji dengannya. Tapi? Aduh gimana? Aku tetep harus pegang omonganku kalau tidak setiap janjiku hanya akan menjadi butiran debu yang tiada arti. aduh gimana?" Gerutu Dinda dalam hati.

Sementara Adit tertawa puas dalam hatinya.

"Iya." Jawab singkat dari Dinda.

Adit mendengar itu langsung memeluk Dinda dan berkata, "Aku jatuh hati padamu pandangan pertama Dinda. Sejak aku menemukan kunci kosmu aku seperti menemukan sosok yang berbeda dan membuat jantungku berdegup kencang. Disaat kamu kena masalah komplai aku sangat mengkhawatirkanmu Din, tapi karena aku atasanmu aku harus ajarkan kamu untuk jadi mandiri." Ucap Adit pada Dinda.

Mendengar kata-kata yang sepertinya tulus, Dinda benar-benar terharu oleh omong kosong Adit. Dinda terhasut oleh kata-kata Adit dan ditunjang oleh perbuatan Adit tadi sore. Dinda benar-benar tersihir oleh Adit.

Jantung Dinda berdegup kencang, hatinya mulai merasakan ada yang berbeda. Seperti ada nyaman yang mulai menghampiri walau baru beberapa hari kenal.

"Sudah kamu masuk tidur yang nyenyak ya! kalau ada tugas yang tak dimengerti kamu tanya ke aku. Masuk gih sana." Ucap Adit.

Tanpa berkata sepatah kata Dinda hanya mengangguk dan masuk kedalam kosnya. 

Adit pun berlalu dan Dinda yang sedang rebahan diatas kasur mulai gelisah dan tak bisa tidur. Bayangan wajah Adit yang serius mengungkapkan perasaannya tadi selalu muncul di pikirannya. Belum lagi bayangan senyum manis yang kian meluluhkan hati Dinda membuatnya semakin tak bisa tidur. 

"Waduh perasaan apa ini? Teriak Dinda."

Dilain tempat, Adit yang sedang nongkrong di cafe bersama temannya benar-benar merasa senang. Senyumnya pun tak hilang hilang. 

"Lah kenapa lu Dit? senyum-senyum mulu dari tadi." Tanya teman Adit yaitu Aldi.

Aldi adalah teman satu komplek Adit sejak kecil, usia memang tua'an Adit tapi pertemanan mereka tetap berlangsung sedari kecil hingga sekarang. 

"Gak ada Al, cuma dapat mainan baru. Hahahaha." Tawa Adit yang sangat ceria.

Aldi yang mendengar ucapan Aldi hanya tersenyum, karena ini emang sudah jadi kebiasaan Adit.

"Dit..Dit buruan tobat mainin cewek mulu dah, nanti kena karna lu. Lagian cewek bukan mainan." Ucap Aldi.

Nasihat Aldi barusan sama sekali tak digubris oleh Adit. Mala ia mengajak Aldi untuk pergi ke bar. Aldi jelas menolak keras untuk pergi kesana. Mereka berdua memang berteman sejak lama tapi dia bisa menjaga lingkungannya sendiri dan tak akan ikut yang akan merusak dirinya. 

"Ayolah Al, temani aja.. Lu gak usah minum juga." Pinta Adit.

"Gak." Jawab Aldi dengan singkat dan meninggalkan Adit sendiri disana.

"Hahahaha Aldi.. Aldi.. " Gumam Adit kesal karena ditinggal oleh Aldi. 

Grett..Grett..Grett.. 

Panggilan masuk diponsel Dinda. Dilihatnya dan itu adalah Adit. Dinda benar-benar merasa serba salah, entah harus gimana menjawabnya.

Ehem..Ehem..

Dinda mengangkat panggilan itu.

"Hallo".. Ucap Dinda dengan nada agak lembut.

"Loh Din belum tidur?"

"Belum", Jawab Dinda.

"Owala, Tidur sayang besok kan kuliah. Biar kamu cepat tidur aku nyanyiin gimana?"

"Gaklah Dit, aku langsung tidur aja setelah ini." Jawab Dinda dengan gugup.

"Okelah kalau gitu, selamat tidur ya sayang jangan lupa mimpi indah tentang masa depan kita. Jangan mikirin masa lalu yang telah menyakitimu mending mikirin aku biar mimpinya lancar. Ok! Selamat Tidur. bye."

"Iya selamat tidur Dit, bye." Jawab Dinda dengan salah tingkah namun membenci Adit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status