Share

3

HAPPY READING

Alfa Pov

Gue berjalan santai memasuki rumah bertingkat 3 milik-- Ayah gue lah. Ya kali milik gue, gue aja masih jadi beban keluarga. Ya gimana, gue sebenernya mau sombong kalau rumah ini milik gue. Tapi gue itu baik hati, rajin menabung dan tidak sombong jadi gue ga mau sombong. Entar di kira jahat lagi.

Ok skip, gue emng suka mengila.

Gue anak tunggal kaya raya, asik. Sini daftar para bujangan misquenn, kali aja minat jadi laki gue.

Gue ga terlalu pinter tapi jelas tidak masuk kategori bodoh. Palingan kalau pas pembagian lapor gue juara satu dari belakang, jadi sabi lah jadi bini kalian.

Gue udah kaya melintir dari lahir, bokap adalah Direktur pemilik usaha hotel terbanyak di Indonesia, sedangkan nyokap gue adalah Chef terkenal di mata publik.

Sampek tujuh keturunan gue juga ga bakal jatuh miskin walau kerjaan gue cuma menghampurkan uang setiap hari, biasalah orang kaya bebas.

Ah kita belum kenalan ya? Nama gue Alfa Carabella Aditama, panjang kan? Iyalah orang kaya, mau namanya sepanjang jalan tol juga ga ada yang bakal larang. Sekali larang, gue tebas pala kalian.

Gue itu cantik, secara skincare gue aja harganya jutaan, badan gue emang ga tinggi tapi gue juga ga bisa di bilang rendah. Tinggi gue bisa di bilang ideal, sekitar 167 cm dengan berat badan 40 kg.

Rambut gue ga panjang, tapi tentu saja juga tidak pendek. Sekitar sedada, dan jelas bukan berwarna hitam. Sekali lagi gue tegaskan, Orang kaya bebas.

Darah gue juga bukan darah asli indonesia, Bokap gue asli orang Italia,dan nyokap Indonesia. Darah gue darah campuran, karena itulah gue adalah produk dari dua darah.

Soal pacar, oh tentu saja gue sudah ada. Panggil saja Aska, lebih tepatnya Aska Imanuel Francisko.

Ketua osis sekaligus ketua basket di sekolah gue. Cowo gue tu bos, dia dingin. Wahh kutub selatan mah kalah dingin, kalau lu deket dia membeku bos.

Bercanda, itu mah bagi orang lain aja Aska dingin. Bagi gue Aska itu humoris dan imut, ah tapi jangan lupakan sifat posesifenya yang sudah mendarah daging itu.

Kami sudah pacaran, emm mungkin sekitar 5 tahun. Entahlah gue udah lupa, ah bisa di pengal kalau Aska sampai tau gue melupakan berapa lama kami pacaran.

Ah kita lupakan dulu soal pacar gue, kalian bisa jatuh cinta padanya kalau gue ceritakan setiap detail tentang Aska. Ho ho ho, tentu saja hal itu tidak akan pernah gue izinkan. Aska itu hanya milik gue, berani kalian dekati abis ku buat retak ginjal kalian bah.

Gue punya satu sahabat, benar-benar hanya satu. Adit Dirgantara, cowo lumayan tampan yang menjabat sebagai sahabat akrab gue.

Benar, gue memang tidak memiliki teman lagi selain Adit. Bukan karena tidak ada yang mau berteman, hanya saja. Ah kalian know lahh, banyak orang yang ingin berteman dengan orang kaya karena hartanya saja, gue cukup muak dengan topeng tidak bermoral para penjilat.

Gue lebih nyaman dengan Adit, dia memang bukan termasuk keluarga berada. Tapi bagi gue, persahabatan tidak di ukur dengan seberapa banyak harta yang di miliki bukan?

Gue ketemu Adit saat pertama kali sekolah di SMA, waktu itu hujan deras. Gue lihat dia kek mau mati di belakang sekolah, badannya babak belur seperti tersengat lebah. Wajah putihnya makin pucat karena terkena air hujan, awalnya gue pikir dia mayat karena tidak bergerak.

Tapi setelah gue dekatin ternyata dia manusia, dia anak baru. Dan keadannya menjadi seperti itu karena mau mempertahankan uang jajannya saat di palak, karena itulah dia di pukuli habis-habisan kala itu.

Entahlah gue juga ga terlalu ingat dengan cerita itu, sudah lama dan gue sama sekali tidak ingin mengingat masa lalu lagi. Biarlah itu berlalu, biarkan masa depan yang cerah hadir di sini.

Gue---

"Kamu sudah pulang?"

Gue menghentikan khayalan dan ingatan gue tentang masa lalu saat suara lembut dan merdu itu masuk ke indra pendengar. Gue berbalik dan mendapati nyokap sedang berdiri sambil menenteng tas belanjanya.

Gue udah bilang belum? Di rumah gue, rumah yang sebesar ini, tidak ada pembantunya. Yap benar, semua pekerjaan rumah tangga di lakukan oleh nyokap sendiri, bahkan untuk menyiram bungga dan berkebun saja nyokap lakukan dengan usahanya sendiri.

Wah gue bener-bener salut, sayangnya-- gue bener-bener tidak ingin melakukan itu. Itu semua pekerjaan yang melelahkan, di banding melakukan semua itu gue lebih suka berbaring di kamar dan konser EXO secara gila-gilaan.

Senyum tulus gue keluarkan, lalu berjalan ke arah nyokap dan mengecup pipi beliau. "Assalamualaikum Bun," ucap gue dengan senyum manis.

"Waalaikunsalam, gantu bajumu, cuci muka, tangan dan kaki, lalu turun untuk makan siang. Bunda sudah membuatkan makanan kesukaanmu, Bunda tunggu di meja makan My Love," ucap Bunda dan berjalan ke dapur.

Gue menatap punggung Bunda yang hampir menghilang di balik dinding, mengedipkan kedua bahu gue berjalan menaiki anak tangga dan melangkah ke kamar tidur.

Tanpa menuruti apa yang Bunda tadi katakan, dengan santai gue malah langsung membaringkan diri di kasur. Hari ini cukup memelahkan, mengingat apa saja kenakalan yang sudah gue lakukan hari ini.

Mengejari kepala sekolah, membuang buku harian Buk Hani, membuat Pak Burhan frustasi, membuat Adit kesal lahir batin, membuat temen sekelas di hukum berjamaah. Ahh hari yang melelahkan, tapi juga sangat menyenangkan.

Gue bingung besok kenakalan apa lagi yang harus gue lakukan, ayolah Friend hidup tanpa membuat masalah benat-benar sangat hambar. Ibaratkan ni, lu masak kangkung tanpa garam. Bah hambar, makannya sekolah tanpa masalah juga gitu. Kalau lu belom pernah buat masalah, masa remaja lo benar-benar ga berwarna.

Terlalu banyak berfikir membuat mata gue berat, dan gue sendiri ga tau kapan pastinya. Tapi gue sudah terjatuh di alam mimpi, mimpi indah yang hanya gue dan Tuhan saja yang tau.

*****

Samar-samar telinga gue mendengar suara lembut yang berbisik di telinga. Tapi mimpi tentang menikah dengan Chanyeol jauh lebih indah, gue sama sekali tidak ingin membuka mata. Ayolah siapa pun itu, enyahlah kalian Chanyeol udah nunggu gue di depan penggulu.

"Sayang."

Suara itu masih menggangu mimpi indah yang sedang gue alami, otak dan pikiran gue ingin menghilangan suara-suara aneh itu. Tapi alam bawah sadar gue perlahan mulai naik ke permukaan.

Pikiran gue menolak bangun, tapi entah kenapa badan gue mengeliat dengan sendirinya, yang perlahan-lahan membuka seperempat mata gue. Berusaha menyesuaikan pemandangan dengan pencahayaan di sekitar gue.

Mata gue masih agak kabus untuk melihat siapa gerangan yang menggangu mimpi indah gue tentang menikah dengan Chanyeol, tapi sekali lagi panggilan sayang yang tidak gue ketahui dari siapa itu masuk kembali di indra pendengaran gue.

"Sayang Bangun."

Kali ingin bukan hanya suaranya saja, tapi gerangan menepuk-nepuk pipiku pelan juga mulai gue rasakan.

Kesal dan sedikit marah gye membuka mataku, ingin meneriaki mahluk kurang ajar mana yang berani-beraninya menggangu tidur indahku. Tapi sata mendapati wajah familiar itu membuat aku menutup dan menelan bulat-bulat segala makian yang sudah tersarang di otakku, mengabaikan segala kemarahanku di hati dan berusaha mengeluarkan senyuman terpaksa ke arah Aska.

Yah siapa lagi, Bunda? Jangan kan masuk membangunkanku, mambuka pintu saja dia pasti tidak akan tega. Ayolah Bundaku itu agak wanita paling ter the best menurutku, beliau tidak akan pernah menggangu tidur siangku.

"A-aska?!" ucap gue terbata. Duduk bersandar dan menatap Aska yang juga sedang menatap ke arah gue.

"Baru bangun hmm?"

Gue menelan air ludah kasar, tak sengaja menatap jam dinding yang berda tepat di depan mata gue. Seketika mata gue melotot dengan mulut terbuka, jam 21.40. Cari mati kau Alfa, batin gue berteriak.

Menatap wajah Aska hanya akan memperburuk keadaan, jadi yang gue lakukan hanya lah tertawa cangung ke arah Aska. Berdoa saja pada Tuhan kalau keadaan hati Aska sedang baik-baik saja.

"Hehehe." Gue cuma bisa cengegesan cangung.

"Enak tidurnya?" tanya Aska.

Gue mengusap leher gue palan, rasanya-- Cangung banget anjing. Ini Aska lagi ga bisa apa lihat kalau gue tadi lagi tidur nyenyak gitu, tanya lagi enak ga. Jelas lah jawabanya enak, sial sial sial. Gue bener-benar ga suka suasana cangung kaya gini.

"Coba sebutkan kesalahan apa aja yang sudah kamu lakukan sejak pulang sekolah tadi?"

Gue menelan ludah kasar sekali lagi, dam shit Alfa. Gue ada salah apa lagi anjir, perasaan ga ada. Tadi di sekolah juga baik-baik aja, balik juga masih bareng. Lalu kesalahannya di mana kagi anjir, demi Dewi Aprodite gue bener-bener ga tau apa kesalahan gue.

Dosa ga sih kalau gue langsung lari aja ini ke kamar mandi tanpa menjawab pertanyaan Aska, gue bingung bangsat.

"A-aku--"

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status