Share

2

HAPPY READING

Author Pov

Sudah hampir dua jam Alfa menagis sambil memeluk dada Aska, tapi walau begitu tidak ada tanda-tanda kalau Alfa akan berhenti. Tentu saja hal itu membuat Aska semakin khawatir.

"Hey! sayang, kenapa?" tanya Aska berusaha melihat wajah Alfa, pasti wajah gadisnya sekarang sudah sangat berantakan.

Tapi Alfa tetap kukuh menolak untuk memperlihatkan wajahnya, dia masih saja membenamkan wajahnya pada dada Aska.

"Cerita gih, aku mana tau kalau kamu cuma nangis aja kayak gini," ucap Aska sambil mengusap rambut Alfa dengan sayang. "Siapa yang buat kamu nangis hmm?"

Akhirnya setelah dibujuk dengan rayuan manis dari Aska, Alfa pun mengelurkan wajahnya dari dada Aska. Muka berantakan, mata sembab, serta rambut yang acak-acakkan sangat tidak mirip Alfa yang seperti biasanya.

Tawa Dimas pecah melihat wajah Alfa, dia sama sekali tidak niat tertawa. Tapi pemandangan di depannya sungguh sanggat lucu. Seorang Alfa Carabella Aditama berantakan? Tolong di garis bawahin dengan kata 'berantakan' sungguh sangat-sangat langka.

Mendengar tawa dari Dimas, raut muka Alfa langsung kembali kesal. "Huaa Dimas jahat, ketawain aku." teriak Alfa sambil memukul-mukul lengan Aska.

Aska menatap Dimas tajam, kalau seandainya tatapan itu adalah leser, Dimas sekarang pasti sudah mati mengenaskan.

"Cari mati elo." bisik Bara pelan.

Dimas mengaruk kepalanya yang tidak gatal, melihat raut wajah Aska hanya akan memperburuk keadaan. Cowok itu seolah-olah akan membunuhnya dengan tatapan mematikan miliknya.

"Udah, nggak ada yang bakal ngetawain kamu," ucap Aska dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih saja keluar

"Jadi, sekarang sudah bisa cerita kamu kenapa?" tanya Aska lagi.

Alfa menatap Aska dengan muka sembabnya lalu mengeleng pelan. "Aku nggak papa," ujarnya lemah.

"Nggak papa gimana? Kamu datang ke aku dengan air mata gini, kamu bilang nggak papa?" ucap Aska tidak percaya, "kamu taukan aku nggak suka kalau kamu udah nggak jujur gini sama aku?"

Alfa menyentuh rahang Aska yang mengeras, menandakan kalau Aska benar-benar tidak suka jika Alfa tidak jujur dan menyembunyikan sesuatu darinya seperti ini.

"Aku beneran nggak papa kok, kamu jangan tegang gini dong ka," ucap Alfa sambil terkekeh kecil.

Tapi Aska tau, walau Alfa berusaha terlihat baik-baik saja di depannya. Gadis ini pasti hanya pura-pura, pura-pura seolah baik-baik saja. Dan jujur Aska sama sekali tidak suka jika Alfa sudah bertinggah seolah tidak terjadi apa-apa setelah dia menagis habis-habisan tadi.

Aska merasa jika Alfa yang begini, seperti Alfa tidak membutuhnya lagi. Seolah-olah Alfa bisa menyelesaikan semuanya tanpa bantuan Aska, dan Aska sama sekali tidak suka itu. Dia tidak suka jika Alfa melakukannya sendiri, dia benar-benar tidak suka.

"Alfa please, aku bener-benar nggak suka kamu yang kayak gini," ucap Aska sambil melihat kearah lain.

Tangan Alfa dengan siagap menanggup kedua pipi Aska dan memutarnya kearahnya, jadi sekarang posisi mereka sedang hadap-hadapan dengan tangan Alfa yang masih setiap dikedua pipi Aska, agar cowok itu tidak memalingkan wajahnya lagi.

"Lihat mata aku ka! Aku baik-baik aja kok," ucap Alfa serius, "aku tadi cuma lagi kesel aja."

"Ya udah," ucap Aska pelan.

"Kok cuma ya udah aja sih?"

"Nggak papa."

"Aska!" teriak Alfa gemes.

"Kenapa?"

"Kok kamu jawabnya jadi singkat-singkat gini sih."

"Aku udah berusaha jadi cowok yang nggak terlalu mengkekang kamu fa. Tapi kamu harus inget satu hal, aku sama sekali nggak suka kalau kamu datang ke aku dengan air mata kayak tadi. Aku benar-benar nggak suka. Jadi tolong berhenti buat aku kawatir dengan segala tinggah ajaib kamu," ucap Aska pelan.

"Iya, aku nggak bakal buat kamu khawatir lagi kok," ucap Alfa dan memeluk Aska.

Dia tau, pasti Aska masih kawatir dengannya. Dia sangat kenal Aska, dia pasti tidak akan tenang hanya karena kata singkat darinya. Pasti Aska nanti akan mencari tau sendiri.

"Aska!"

"Hmm?"

"Janji satu hal sama aku ya?"

"Apa?"

"Jangan tinggalian aku dengan alasan apapun itu. Jangan bosen sama segala tingkah aku."

"Selama kamu janji kalau kamu tidak akan pernah meninggalkan aku dulu. Maka aku berjanji dengan kamu kalau aku juga nggak bakal ninggalin kamu."

Pusat orbit ku.

*****

"Alfa sableng berhenti ngelemparin gue pakek kulit kuaci." teriak Adit untuk yang kesepuluh kalinya, dalam kurun waktu kurang dari lima menit.

"Tangan-tangan siapa yang ngelempar?"

"Ya tangan elo lah,"

"Ya udah."

"Ya udah apa?"

"Tangan-tangan gue kan? Ngapain elo yang ribut. Banyak bacot banget kayak cewek, gue yang cewek aja kagak sebawel elo"

"Bangsat." teriak Adit kesal dan beranjak pergi dari situ. Terserah mau kemana, yang jelas dia tidak melihat wajah menyebalkan Alfa

"Mau kenapa elo nyet?"

"Mau pergi lah. Males gue liat muka buluk elu mulu. Mending juga gue cari cewek cantik." Ucap Adit santai dan beranjak meningalkan Alfa.

"Beliin gue minuman dulu saja dikantin." suruh Alfa santai.

"Ogah, beli aja sendiri. Elu kira gue babu elo apa?" sungut Adit tidak terima.

"Lah kan emang." ucap Alfa santai sambil tertawa ngakak. Ditambah lagi melihat muka Adut yang bete, wahh rasanya itu bahagia banget. Sumpah.

Adit pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. Alfa itu memang teman laknat, suka seenaknya, minta dimutilasi. Huffd, kalau nggak inget tu bocah sahabatnya. Dia pasti dengan senang hati akan membunuh gadis itu.

Ah tapi dia baru ingat, pawang Alfa jauh lebih seram. Ah sepertinya dia harus mrmbuang jauh-jauh pikirannya untuk membunuh Alfa. Menghadapi gadis itu saja Adit sudah kualahan, apalagi kalau menghadapi Aska. Bisa-bisa Adit di temukan mengenaskan dengan badan termutilasi, tidak-tidak. Itu mimpi buruk baginya.

"ADIT OY, KEMBARAN MIPER."

Adit berbalik, dia memang belum terlalu jauh dari belakang sekolah. Jaraknya dengan jarak Alfa juga tidak terlalu jauh, jadi dia masih bisa mendengar kalau yang memanggilnya jelmaan nenek lampir modelan Alfa.

"Hmm kenapa?" tanya Adit balas berteriak.

"Beliin gue air dingin 7 botol, kalau dalam lima menit tu minuman ga sampai. Gue telfonin Aska," ucap Alfa santai.

Mata Adit meloto, dengan kekuatan penuh dia langsung berlari ke arah kantin. Tidak perdulit dengan penampilannya lagi, Aska jauh lebih menyeramkan.

Alfa benar-benar sahabat no have Ahlak, suka sekali membuat temennya sengsara. Dia pikir kantin di depan matanya apa, kantin saja ada di lantai dua. Dan jarak dari belakang sekolah ke lantai dua butuh waktu lebih dari 5 menit. Lah ini dia minta itu minuman sampai kurang dari 5 menit, apakah Alfa pikir Adit itu Flas? Sialan.

"WOY YA ANJING, AWAS LO PADA SETAN GA USAH HALANGI JALAN GUE. GUE LAGI LARI ASU," teriak Adit di sepanjang koridor.

Kakinya sebenernya sudah sangat lelah, tapi mengingat ancaman Alfa tidak main-main membuat Adit ketar-ketir.

Dia sampai di depan Kantin dengan nafas ngos-ngosan seperti orang sesak nafas, tapi semua itu berusaha dia abaikan dan segera memesam 5 botol minumam beda rasa. Bahkan Adit sama sekali tidak perlu kalau pun itu minuman soda.

"Ibu buk," ucap Adit dan menyeramkan selembar uang merah.

"Ini kem---"

"Nanti Adit balik lagi buat ambil Buk," teriak Adit sambil berlari keluar kanting dengan sekantong air.

Dengan nafas tidak beraturan Adit sampai di belakang sekolah, rasa lelah dan ketar ketir membuat dia ingin sekali memaki Alfa dengan kata mutiara yang dia punya.

"ALFA ANJ---ing," ucap Adit memelankan nada suaranya saat mendapati kalau Alfa tidak lagi sendirian. Karena di samping kiri dan depannya sudah ada Aska, Bara dan Dimas.

Tanpa sadar lelaki itu menelan ludahnya kasar, Aska sudah ada di sini? Apakah Alfa benar-benar tega memanggilkan Aska karena dirinya tidak bisa memenuhi permintaan gadis itu?

Tapi Adit kira Alfa tidak setega itu, tapi---

"Ngapain sih lo dit di situ. Sini elah makan, tadi Aska bawain gue makan siang. Lo sih beli air aja lama, padahal cuma di kanting doang bukan di Antartika," ucap Alfa santai sambil memasukkan sepotong sosis ke mulutnya.

Adit mengeram dalam diam, cuma dia bilang? Ingin sekali Adit melempar sahabatnya itu ke rawa-rawa, atau kalau tidak menyuruh gadis itu untuk melakukan hal yang sama seperti yang Adit lakukan barusan. Agar dia tau sebagaimana rasanya.

Tapi tentu saja semua makian dan kata mutiara yang sudah Adit sediakan tidak akan pernah dia sampaikan pada Alfa.

Bisa-bisa balik nanti dia tidak lagi jadi manusia, tapi jadi lemper yang di gulung dengan kain kafan.

Rip Adit

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status