Matahari sudah menunjukkan dirinya dari ufuk sebelah timur, sinar nya mulai menyinari bumi. Termasuk daerah pekarangan rumah Xander. Dari arah anak tangga, sosok dua manusia berjalan menuruni anak tangga. Logan dan Alice—mereka berdua masih saja bersikap santai, seolah tidak memiliki beban dan tidak memikirkan Xander yang sudah sejak 15 menit yang lalu menunggu mereka. Xander menatap mereka di depan mobilnya dengan raut wajah kesal bukan main. Ingin sekali ia berangkat lebih dulu dan meninggalkan dua manusia yang sudah ada di depannya. Menatapnya seolah tidak melakukan kesalahan apapun."Xander? Logan bilang kau berangkat sendiri!" seru Alice yang baru saja sadar bahwa Xander masih berada di depan mobil Logan. Bersandar di depan mobil itu dan menatap nya juga Logan dengan tatapan kesal."Masuklah, aku sudah menunggu kalian berdua sejak 15 menit yang lalu!" kesal Xander, segera mengambil kunci mobil dari tangan Logan. Ia masuk ke bagian pengemudi dan menutup pintu di sebelahnya dengan
Xander menatap jam di tangannya, ia sudah duduk di dalam restoran yang dipesankan oleh Alice padanya sejak 30 menit yang lalu. Namun, gadis itu tak kunjung datang. Membuat perasaan Xander sedikit kalut, karena tidak biasanya Alice telat sampai terlalu lama. Ia menatap ponselnya, pesan nya juga tidak dibalas sejak tadi. Tidak Alice tidak Logan, mereka berdua sama saja. Sama-sama tidak membalas pesan nya. Sepulang sekolah, Alice memang mengirimi Nya pesan untuk bertemu sebentar di restoran dekat dengan perpustakaan tidak jauh dari sekolah mereka. Mereka juga tidak kelihatan setelah bel pulang, mobil Logan ditinggalkan karena kunci mobil itu ada padanya."Xander? Kamu di sini juga?"Xander yang masih sibuk dengan ponselnya menatap sosok gadis yang berada di depannya. Ia tidak kenal, namun sekilas pernah melihat gadis di depannya. Karena tidak peduli, Xander hanya kembali menatap ponselnya saat nama Logan mulai mengetik di aplikasi khusus mereka bertiga."Yak, aku Wulan jika kamu tidak ta
Xander menatap bangunan yang ada di depan mereka, menarik nafasnya lalu menatap Logan dan juga Alice yang masih menatap bangunan itu. Nampak suram, minim penerangan dan benar-benar sedikit mencurigakan. Setelah mereka merayakan ulang tahun kecil-kecilan Xander. Mereka segera menuju alamat lokasi yang diberikan oleh Mizuki pada Alice. Dan disinilah mereka sekarang—dibangunan yang benar-benar belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Meski mereka pernah mendengar gedung itu beberapa bulan yang lalu. Tidak terlalu lama namun juga tidak terlalu lama. Membuat mereka tidak tertarik untuk mencari tau info dari bangunan itu. "Apa kau yakin kita sudah berada di lokasi yang tepat Alice? Apa kau tidak salah lihat peta?". Logan yang sudah puas memandangi gedung itu menatap Alice yang duduk di depan—bersama Xander—yang juga ikut menatap Alice."Aku rasa tidak, kau bisa melihatnya kalau kau ragu—Aku sudah mengirimkan mu lokasi yang diberikan oleh Mizuki!" seru Alice setelah men-share lokasi itu. Me
Setelah puas dengan pemandangan yang memanjakan mata itu, Xander yang sudah mulai merasa bosan langsung membuka percakapan dengan aura serius. "Jadi, apa yang kau ketahui mengenai ini? Aku rasa kau sudah tahu kedatangan kami kemari untuk apa!" ujar Xander membuat perhatian Alice yang sejak tadi masih tertuju pada ponsel nya menatap Xander. Logan juga akhirnya bisa fokus saat sadar tujuan utama mereka datang kemari.Mizuki nampak menghela nafas nya, ia meletakkan sodanya. Lalu menyingkirkan poni di depan wajah nya. Membuat 3 orang di depan nya seketika terdiam. Xander menatap Alice dan Mizuki bergantian. Keadaan Xander juga tidak jauh berbeda dengan Logan, ia menatap wajah Alice dan Mizuki dengan tatapan melotot. Masih tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya saat ini."A—apa yang sebenarnya ingin kau katakanan pada kami?" Seru Xander setelah sadar dari keterkejutannya. Ia lalu menatap Alice yang juga sama terkejutnya dengan Mizuki."Mungkin kalian tidak akan percaya, tapi ha
Alice, Logan dan Xander masih diam. Xander mengendarai mobil Logan dengan tatapan yang hanya tertuju ke depan. Sementara Alice sedang sibuk untuk mencari tahu dunia 'Cronika' yang dikatakan oleh Mizuki pada mereka. Namun, ponsel pintar Alice tidak memberikan informasi mengenai apa-apa dari apa yang sedang mereka cari. Logan yang berada di belakang memejamkan matanya mulai dari mereka turun dari apartemen Mizuki dan ketika mereka sudah hampir setengah jalan di perjalanan pulang. Namun Logan tiba-tiba membuka kedua matanya dan mencondongkan badannya. Sedikit menatap ponsel Alice yang menyinari wajah Alice."Kau mencari hal konyol itu di ponsel mu Alice?" ujar Logan membuat Alice segera menutup ponsel nya—kesal. Ia menatap Logan dengan bibir mencibir, dan membuat Xander mau-tidak mau menatap Alice. Ia sebenarnya tau bahwa gadis itu sedang mencari mengenai dunia itu. Namun ia terlalu enggan untuk menginterupsi apa yang sedang dilakukan olehnya. Ia hanya membiarkan Alice melakukan apa yang
Erick menatap Alice, Xander dan Logan yang sudah duduk di depannya. Erick menghela nafasnya. Dari apa yang ia bisa nilai, ia yakin bahwa tiga orang yang sedang berada di depannya ingin menyampaikan sesuatu padanya. Terlebih saat semalam, ia mendengar mereka pulang dini hari. Meski ia tidak tahu darimana mereka pergi, namun Tristan sudah memberitahu padanya bahwa mereka bertiga pergi ke rumah gadis bernama Mizuki itu.Tristan turun dari lantai dua, sambil membawa beberapa buku yang lelaki itu ingat pernah ia baca sebelumnya. Buku yang berisi hal-hal yang mungkin diperlukan oleh Xander, Alice dan juga Logan. Dilihat dari manapun, wajah mereka benar-benar seperti membutuhkan pencerahan."Ini, aku membawa semua buku yang diberikan padaku. Setiap aku berkelana jauh, ada sosok yang memberikan ku buku ini. Meski aku tidak tau siapa, tapi aku rasa buku ini berisi hal-hal yang penting meski jika membacanya kau serasa sedang menonton film disney. Karena semua isi nya adalah khayalan, namun nyat
Mereka masih larut dalam dunia sendiri, membaca buku demi buku yang berada di atas meja. Alice sudah mengucek mata nya yang sudah mulai berair berair. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan beruntung mereka sudah mengganti seragam mereka dengan baju yang lebih santai. Sebuah gelas berisi susu tiba-tiba berada di depan Alice. Ia lalu menatap Logan yang menatapnya dengan senyum. Lalu ia melihat Logan juga memberikan Xander kopi kesukaan lelaki itu. Tristan mendapat soda dingin sementara mr.Erick mendapatkan teh. Alice lalu menatap Logan yang sudah kembali duduk di depannya. Karena mereka duduk berhadapan, Alice duduk di dekat Xander yang masih sibuk dengan buku di tangan lelaki itu. Bahkan Logan memutuskan untuk membuat mereka minuman karena tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyerang nya.“Terima Kasih atas minumannya!” Alice menatap Logan yang hanya di angguki oleh lelaki itu saja. Mereka kembali fokus membaca buku-buku itu hingga saat "Aku mendapatkannya!" seru Xander saat sudah
Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa