Share

Dunia Nyata Eri

Jari-jari Eri berusaha menyelaraskan posisi di tuts hitam putih dengan not balok. Resital seminggu lagi, tetapi berkali-kali Eri salah mengikuti petunjuk gurunya. Pak Agus meminta Eri berhenti karena terlambat mengikuti arahannya. Teman-temannya yang bermain cello, saksofon dan biola memandang jengkel ke arah Eri.

“Erika, seminggu lagi kita akan tampil. Tolong fokus ya. Apa kamu sedang sakit sampai tidak bisa konsentrasi?” tanya Pak Agus.

Eri menjawab dengan anggukan. Ini lebih sederhana ketimbang ia menjawab ada masalah di hati dan kepalanya, bukan jari-jarinya. Pak Agus berjalan mendekati Eri duduk. Kepala gadis itu tertunduk, tanpa berani memandang guru musiknya. Ia telah berlatih selama empat tahun bersama Pak Agus setelah sebelumnya memanggil guru privat di rumah. Eri malu karena tidak bisa membagi pikiran antara perasaan dengan musik.

“Kalau begitu, pulanglah dulu. Kemarin permainan pianomu sudah bagus biar hari ini Adam yang men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status