Sandra terbangun dengan lelah dan hal pertama yang ia lakukan adalah mengecek kondisi Rio. Rio sempat bangun beberapa kali semalam karena popoknya basah dan syukurnya suhu tubuh sang anak tidak bertambah tinggi. Pagi ini juga, ketika Sandra meraba kening Rio, kening bayi laki-laki itu teraba normal.“Rio gimana?” tanya Alan yang ikut terbangun karena gerakan tiba-tiba Sandra yang turun dari kasur.“Sudah baikan,” jawab Sandra singkat.Lalu ia pergi ke kamar mandi dalam kamarnya untuk mencuci muka. Wajahnya bengkak karena menangis semalam.Kemarin adalah hari yang panjang dan buruk. Terlalu banyak yang terjadi, terlalu banyak emosi membuat kepala Sandra sakit. Apalagi ia menangis sebelum tidur, membuatnya merasa sedikit mual.“Lain kali jangan kayak kemarin, San…” kata Alan begitu sang istri keluar dari kamar mandi. Belum juga sempat mengeringkan muka.Sandra mendelik, belum bisa mencerna kata-ka
Lastri berkacak pinggang memarahi Sekar yang susah sekali diberi tahu. Ia sudah berkali-kali mengingatkan gadis kecil itu untuk langsung pulang ke rumah begitu sekolah selesai untuk membantu Lastri mengerjakan pekerjaan rumah. Akan tetapi, namanya anak kecil, Sekar kerap kali pulang terlambat meski diberi tahu.Lelah-lelah ia membawa Sekar dari kampung, kalau tidak ada gunanya buat apa? Setidaknya Sekar harus membantunya beres-beres rumah sebagai bayaran karena ia telah membesarkan anak perempuan itu.“Maaf, Bu… Sekar janji nggak ulangin lagi,” Sekar masih menangis karena sudah dimarahi dari tadi. Meski begitu emosi Lastri belum juga tampak reda. “Kamu itu harus dukung aku. Besok kalau aku berhasil jadi nyonya di rumah ini ya kamu juga yang senang!” Hardik Lastri karena merasa Sekar sama sekali tidak membantu baik pekerjaan rumah dan dalam memperlancar usahanya mendekati Alan.“Kamu kan sudah aku bawa ke sini, setidaknya kamu
Dasar rubah licik!Sandra menatap Lastri dengan tatapan marah ketika wanita itu lewat di hadapannya sambil menyapu lantai ruang tamu. Lastri yang ditatap penuh emosi malah membalas tatapan Sandra dengan senyum mengejek di wajah. Sandra melotot marah, berani-beraninya pembantu itu mengejeknya. Akan tetapi Sandra diam saja, ada saatnya ia akan buktikan pada Alan dan mertuanya selicik apa Lastri itu.“San, kamu nggak siap-siap?” tanya Alan yang sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Alan sudah rapi dan wangi, hanya tinggal sarapan dan langsung berangkat ke kantor.Senyum mengejek di wajah Lastri langsung hilang begitu mendengar suara Alan. Hal itu disadari oleh Sandra dan itu membuat Sandra merasa makin muak.“Aku berhenti kerja,” jawab Sandra enteng. Wanita itu lantas memperhatikan ekspresi wajah Lastri yang kini berubah kaget. Sandra tersenyum sinis.“Berhenti?” Alan terkejut mendengar perkataan sang istri. Lantas
Lastri yang dari tadi mencoba mempercantik diri agak merasa kesal. Wajahnya malah terlihat seperti badut dengan lipstick warna merah dan perona pipi yang tidak kalah merahnya. Kenapa wanita lain bisa terlihat cantik dengan make up sedangkan dia malah terlihat seperti badut?Wanita itu kemudian dengan kesal mengambil kapas dan cairan pembersih lalu membersihkan make up yang sudah dari setengah jam ia coba aplikasikan. Percuma ia menghabiskan ratusan ribu untuk membeli peralatan make up demi menyaingi Sandra. Bukannya menyaingi wanita itu, dirinya malah lebih terlihat seperti badut.Ia menghela napas, mengamati dirinya sendiri. Lemak bergelambir di perut juga lengannya. Terlebih paha dan betisnya yang besar. Apa dia perlu diet? Wanita itu menggeleng. Usaha diet yang selalu ia lakukan tidak pernah berhasil. Buktinya ia bercerai dengan suaminya terdahulu karena badannya yang tidak juga mengurus.Akan tetapi Alan berbeda. Lelaki tampan dengan tub
Lastri tersenyum penuh kemenangan melihat wajah kalut Sandra. Rasanya senang bisa membalas dendam pada majikannya yang selalu menghinanya itu. Rasakan saja akibatnya jika berani macam-macam.Wajah cantik, tubuh seksi dan otak yang katanya pintar itu ternyata tidak ada apa-apanya. Semua yang Sandra miliki, ternyata hanya sia-sia belaka. Sang suami lebih memilih Lastri, pembantu yang ia remehkan. Pasti Sandra sedang terpukul menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Bahwa pesona dirinya kalah oleh sang pembantu yang menurutnya tidak memiliki kelebihan apa-apa.Lastri tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. Menang dari seorang Sandra membuat kepalanya besar karena bangga. Sandra pasti sudah melihat kelakuan Alan dan dirinya tadi malam sehingga kelihatan kesal seperti sekarang. Setelah berhasil dengan rencananya untuk memancing Sandra, sekarang Lastri harus bersiap untuk rencana keduanya demi segera menggeser posisi sang majikannya itu.
Sandra meremas foto yang ia temukan di kantong daster Lastri. Ia menatap Lastri yang tampaknya akan menyemburkan tawa akan tetapi ditahan. Ia jelas-jelas dipermalukan oleh pembantunya sekali lagi. Foto yang ia kira foto Alan ternyata hanyalah foto boyband korea yang entah darimana ia dapatkan.“Itu foto idolanya Sekar,” kata Lastri. Menjaga nada suaranya agar tidak terdengar terlalu mengolok.Bu Rohimah hanya bisa menggelengkan kepala tanda bahwa tidak senang dan langsung meninggalkan dapur tanpa menunggu penjelasan Sandra terlebih dahulu.Sandra membuang foto yang sudah ia remas di tangan dan mengejar sang mertua untuk memberi penjelasan.“Bu, aku lihat sendiri kalau tadi Lastri…”“Kalau Lastri apa sih, San?” tanya Bu Rohimah yang terdengar sangat tidak senang, “Memangnya kamu punya indera keenam bisa lihat apa yang Lastri lakukan di dapur?”Sandra diam. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia memasang CCTV di dapur sehingga bisa tahu jelas apa yang Lastri kerjakan. Bu Rohimah yang sud
Jantung wanita itu berdebar kencang. Ia diam sebentar untuk menenangkan jantungnya yang serasa akan copot. Tidak pernah ia sangka akan memergoki suami dan pembantunya dengan cara seperti ini. Meski ini masuk dalam rencananya, tetap saja perselingkuhan suami dan pembantunya membuatnya terguncang.Wanita itu beberapa kali menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Lalu melanjutkan langkahnya untuk mengungkap apa yang kerap dilakukan Alan dan Lastri di tengah malam saat dirinya sedang tertidur.Selang beberapa langkah sebelum sampai dapur, lagi-lagi ia berhenti sebentar. Matanya memanas, air mata seakan ingin merangsek keluar. Ia menghela napas panjang lagi untuk menenangkan diri. Ia harus kuat. Perbuatan keji sang suami dan pembantu akan ia bongkar malam ini. Sandiwara mereka akan berakhir, meski entah bagaimana nasib rumah tangganya dengan Alan nanti.“Ada apa, San?” tanya Alan santai ketika Sandra muncul diambang pintu.
“Pecat Lastri, Lan,” terdengar suara Bu Rohimah memulai pembicaraan.Apa-apaan ini? Lastri mengernyit seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Lastri celingak-celinguk memastikan bahwa tidak ada Sandra di sana jadi ia bisa menguping pembicaraan Alan dan Bu Rohimah. Saat keluar dari kamar dan hendak membersihkan dapur ia melihat Alan dan Bu Rohimah keluar ke teras. Lastri yang penasaran membuntuti mereka.Wanita itu pikir ia sudah menang tadi malam. Menurutnya apa yang ia rencanakan tadi malam sudah berhasil membuat Sandra terlihat seperti istri posesif yang terlalu berlebihan. Ia pikir ia sudah membuat Alan dan Bu Rohimah semakin tidak nyaman dengan Sandra, akan tetapi apa yang ia dengar malah terasa sebaliknya. Bukan Sandra yang akan disingkirkan melainkan dirinya.Memang nenek tua itu tidak bisa dibaca pikirannya. Sebelumnya juga begitu.Lastri meremas pakaiannya karena kesal mendengar kalimat demi kalimat pembicaraan sang majikan. Ia tampak emosi. Entah kenapa ia