“Pak, kita mau kemana?” tanyaku sambil menatap mata bosku.
“Aku akan mengajakmu bermain ski,” jawabnya.Jantungku tiba-tiba berdetak kencang; Aku merasa sangat gembira. “Terima kasih Pak!” Kataku dengan senyum ceria. Aku lalu melingkarkan tanganku di lehernya dan mencium pipinya.
Aku melepaskan tanganku darinya dan melangkah mundur. Senyum di wajahku tiba-tiba meBosku dan Aku sedang duduk di atas salju menyaksikan matahari terbenam. Dia memelukku dari belakang, dengan pipinya menempel di pipiku. Jantungku berdebar-debar; Aku merasa sangat bahagia. Aku berharap bisa berada dalam pelukkannya untuk selamanya.Aku menggigit bibirku dengan gugup. Aku ingin bertanya satu pertanyaan kepadanya yang sudah lama Aku simpan dalam benakku.“Pak, bolehkah Aku menanyakan sesuatu?” tanyaku sambil menatap ke matanya.“Tentu saja, kamu boleh bertanya apapun kepadaku,"jawabnya. “Kenapa kamu memilihku untuk menjadi pacarmu? Ada begitu banyak wanita cantik dan kaya raya yang akan dengan senang hati memberikan hatinya kepadamu. Kenapa kamu memilih gadis sepertiku?” Dia tersenyum lembut kepadaku lalu dia meraih tangan kananku dan memegang jari kelingkingku. “Pernahkah kamu mendengar cerita tentang benang merah takdir?” dia bertanya balik padaku. Aku menggelengkan kepalaku sambil terus menatap ke matanya.
Aku membuka mataku, terbangun dari tidurku, ketika aku merasakan seseorang membelai pipiku dengan lembut. Aku melihat bosku sedang berbaring di sampingku, tersenyum, dengan matanya yang lembut menatap mataku. “Selamat pagi, bidadariku," katanya dengan suara lembut. Aku membalas senyumannya. “Selamat pagi,"jawabku.Pipiku tiba-tiba merona saat aku mengingat kejadian semalam. Aku segera menghindari matanya, menggigit bibirku malu-malu. Dia tertawa pelan, lalu dia berbisik di telingaku, “Kamu rasanya sangat enak membuatku ingin memakanmu setiap malam."Aku tersenyum malu dengan jantungku yang berdebar kencang.Bosku sangat suka menggodaku. Dia senang melihatku malu. Dia selalu membuat jantungku berdebar kencang dan membuat pipiku merona. Dia tersenyum lembut padaku sebelum dia mencium keningku dan memelukku. Aku tersenyum aku merasa sangat bahagia dalam pelukannya. Aku tidak ingin ini berakhir; Aku ingin ini untuk selamanya
“Angela, apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu tidak tahu caranya mengetuk?” Amanda berkata sambil menatapku.Aku berdiri diam dengan mulut tertutup, menatap mereka. Aku tidak percaya apa yang aku lihat, dan aku tidak ingin percaya bahwa apa yang aku lihat itu benar terjadi. Amanda tersenyum jahat saat melihatku menyeka air mata dari pipiku. Bosku mengalihkan pandangannya dariku seakan dia tidak ingin melihatku menangis.Bosku lalu mengelus pipi Amanda dengan lembut. “Amanda, bisakah kamu meninggalkan kami sebentar? Aku ingin berbicara dengannya,” kata bosku, dan tersenyum lembut kepadanya.Amanda mengangguk sambil tersenyum. Dia lalu mencium pipi bosku dan berdiri dari pangkuannya. Dia mencibir ke wajahku saat dia berjalan melewatiku dan keluar dari ruangan.Aku terus berkata kepada diriku untuk tidak menangis saat bosku menatap mataku. “Mulai hari ini, Amanda akan menjadi sekretarisku dan tugasmu adalah membantunya. Dia akan tin
Aku membuka mataku. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang dengan rasa takut yang mencengkeramku saat aku menyadari aku sedang berbaring telanjang dengan kedua tanganku terikat ke kepala tempat tidur. Aku mengenali tempat ini. Ini adalah penthouse milik bosku. Dia hampir memperkosaku di ranjang ini.Saat aku mencoba melepaskan tanganku, aku terkejut melihat bosku yang sedang duduk di sofa dengan matanya tertuju kepadaku.Aku bernapas dalam ketakutan saat dia bangkit dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di samping tempat tidur. Matanya yang penuh nafsu menjelajahi tubuhku, mulai dari wajahku, perlahan turun ke payudaraku, dan berhenti di v*ginaku.“Tolong pak. Tolong... biarkan aku pergi. Tolong… aku mohon,” pintaku padanya. Aku sangat takut; aku hampir menangis. Dia mengabaikan permintaanku. Dia melepas baju tidurnya dengan perlahan dan bergerak sehingga dia berada di atas tubuhku.Aku terus meronta, tetapi itu tidak ada gunanya. Tanganny
Angela’s VOP Aku sedang duduk di kursi di belakang meja kerjaku dengan rasa penasaran memenuhi pikiranku. Aku terus bertanya pada diriku mengapa mantel bosku bisa ada padaku. Pagi tadi saat aku mengembalikan mantel bosku kepada Carson, aku bertanya tentang hal ini kepadanya. Dia tidak mengatakan apapun dan hanya mencoba tersenyum kepadaku. Aku semakin merasa penasaran melihat kesedihan di matanya.Aku menoleh ke pintu ruang kerja bosku saat itu terbuka dan aku melihat Carson berjalan keluar dari dalam ruangan dan berdiri di dekatku. “Angela, Vincent ingin bertemu denganmu sekarang,” katanya sambil menatap mataku. Aku terdiam dengan jantung berdebar ketakutan. Aku takut dan aku tidak mau bertemu dengan bosku, tetapi aku tidak berani melawan perintahnya dan hanya bisa patuh.Aku lalu mengangguk kepada Carson dan memaksa diriku untuk berdiri dari kursiku. Aku berjalan ke ruang kerja bosku dan mengetuk pintu.“Masuk,” kata bosku. Aku
Aku menenangkan diri setelah berada di ruang perpustakaan. Aku akan bersembunyi di sini sampai pesta selesai. Bosku sangat marah kepadaku. Aku tidak boleh membiarkan dia melihatku bersama dengan Stefan lagi.Aku melihat ke sekeliling ruangan. Aku sangat merindukan ruangan ini. Ketika aku tinggal di sini, setiap malam aku selalu datang ke ruangan ini untuk membaca buku sebelum aku tidur. Aku melangkahkan kakiku dan berdiri di depan rak buku. Pintu ruangan tiba-tiba terbuka saat aku hendak mengambil buku. Aku berbalik. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat mataku melihat bosku masuk kedalam ruangan dan mengunci pintu. Aku menatapnya ketakutan dengan mulut tertutup rapat saat dia berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia menyelipkan tangannya di belakang leherku dan mencengkram wajahku dengan matanya yang marah tertuju ke mataku.“Kamu benar-benar seorang pelacur! Kamu membiarkan pria itu menyentuhmu dengan mudahnya. Aku akan menghukummu dengan
Dua minggu telah berlalu sejak hari itu. Aku sudah berhenti dari pekerjaanku dan sekarang aku bekerja di galeri milik Stefan. Stefan sangat baik kepadaku. Dia memberiku tempat tinggal, pekerjaan, dan dia juga membelikan aku banyak pakaian. Dia sangat memperhatikanku dan memperlakukanku dengan begitu lembut. Dia selalu membuatku tertawa dengan leluconnya. Aku merasa sangat bahagia dan aman bersamanya. Aku terus berusaha untuk melupakan bosku, tapi aku tidak bisa. Aku menangis diam-diam setiap malam di tempat tidurku, memikirkan dia. Aku membenci diriku karena aku tidak bisa membencinya setelah semua hal buruk yang telah dia lakukan padaku. Jika aku tahu bahwa cinta bisa membuat hati seseorang sangat menderita, maka aku tidak akan pernah ingin jatuh cinta untuk selamanya.******Aku sekarang sedang duduk sendirian di kursi di belakang meja resepsionis. Stefan sedang keluar untuk makan siang dengan teman lamanya dan rekan kerjaku sedang membeli mak
Aku sedang duduk di kursi di belakang meja resepsionis. Aku tidak bisa tidur semalam. Aku ketakutan memikirkan apa yang akan dilakukan bosku kepadaku. Aku memutuskan untuk menceritakan tentang bosku kepada Stefan saat kami makan malam malam ini.Aku melihat ke jam, sekarang sudah hampir pukul 9 pagi. Aku bertanya-tanya mengapa Beth terlambat bekerja hari ini. Aku lalu melihat Stefan sedang berjalan ke arahku dari ruang kerjanya dengan tergesa-gesa. Aku segera berdiri dari tempat dudukku dan menghampirinya. “Stefan, ada apa? Kenapa kamu terlihat panik?” tanyaku dengan khawatir.“Aku baru saja mendapat telepon. Ibuku, dia ada di rumah sakit sekarang.” Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Ya Tuhan! Apakah ibumu baik-baik saja?”“Aku tidak tahu. Aku akan pergi ke sana sekarang.” “Aku ikut denganmu.” Dia menjawabku dengan anggukan. Kami segera keluar dari galeri dan pergi ke rumah sakit dengan mobilnya.******