Vincent sekarang sedang berada di ruang kerjanya di dalam mansion. Dia sedang duduk di kursi di belakang meja sambil mengepalkan telapak tangannya dalam kemarahan.
Seseorang kemudian mengetuk pintu. "Masuk!” kata Vincent.Linda berjalan masuk ke dalam ruangan ketika pintu itu terbuka dan berdiri di depan mejanya. “Selamat pagi Pak. Apakah anda sedang mencari saya?” tanyanya dengan sopan.
“Sudah kubilang jangan pernah menyakitinya! Beraninya kau menamparnya!” Vincent berteriak menatap wajah Linda sambil memukul meja.
“Saya... saya minta maaf. Saya berjanji tidak akan melakukan itu lagi,” kata Linda, ketakutan.Vincent menatap matanya dengan amarah. “Tampar wajahmu seperti yang kau lakukan padanya,” katanya dengan suara berat.Linda terdiam dengan wajah pucatnya.
“Lakukan sekarang! Atau aku yang akan menamparmu!”Linda memejamkan matanya dengan ketakutan saat Vincent membentaknya. Dia lalu menampar pipinya dengan keras sambil
Aku sedang duduk di kursi di dalam dapur. Sekarang sudah hampir jam 12 siang. Aku terus memikirkan tentang kejadian semalam. Aku sangat khawatir dengan bosku. Aku ingin menenami dia bersama dengan Carson di kamarnya tetapi Carson melarangku untuk melakukan itu. Dia menyuruhku untuk kembali ke kamarku setelah dia membalut luka di tangan bosku.Aku yakin bosku dan Carson sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Aku juga yakin kalau bosku berbohong kepadaku tentang Amanda. Bosku mengatakan kepadaku bahwa Amanda akan tinggal bersama dengannya, tetapi aku belum pernah melihatnya semenjak aku berada di tempat ini. Aku segera berdiri dari kursi. Aku ingin bertemu dengan bosku dan menanyakan semua ini padanya. Langkah kakiku terhenti saat Linda dan Mia masuk ke dalam ruangan dan berdiri menghadangku. Mia adalah seorang pelayan yang bekerja di sini.“Angela, kamu pergi bersamanya sekarang! Belikan makanan untukku,” kata Linda sambil menatap mataku.Aku t
Air mata terus mengalir di pipiku. Jantungku berdetak dengan cepat. Tubuhku gemetar, tangan dan kakiku terasa dingin. Ketakutan dan kesedihan memenuhi pikiranku. Aku sangat mengkhawatirkan bosku. Aku tidak bisa berpikir, aku hanya bisa menangis. Carson, yang sedang duduk di kursi di sebelahku, terus menatap ke ruang gawat darurat di depan kami dengan matanya yang penuh dengan air mata. Aku bisa merasakan kalau dia merasakan apa yang aku rasakan sekarang.Kami segera berdiri ketika pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter dengan perawat keluar dari dalam ruangan.“Dokter, bagaimana keadaannya? Tolong katakan padaku kalau dia baik-baik saja,” kataku dengan panik sambil memegang lengannya. “Kami telah melakukan apa yang bisa kami lakukan. Dia mengalami gegar otak di kepalanya. Dia dalam keadaan koma sekarang. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai dia tersadar,” kata dokter dengan prihatin. Dia dan perawat itu kemudian berjalan pergi, meni
Angela’s POV Sekarang sudah hampir jam 3 pagi. Aku tidak bisa tidur sama sekali. Tubuhku di sini, tetapi pikiranku ada pada bosku. Aku menyeka air mata di pipiku dan bangun dari tempat tidur. Aku ingin kembali ke bosku dan bersamanya di sisinya. ******Ketika aku membuka pintu ruangan kamar bosku, aku melihat Carson sedang tertidur di sofa. Bosku masih terbaring di ranjang dengan matanya tertutup.Carson tampak terkejut saat dia membuka matanya melihatku. Dia segera bangkit dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. “Angela? Kenapa kamu di sini? Kamu seharusnya sedang beristirahat sekarang,” katanya dalam bisikan. “Aku tidak bisa tidur. Aku ingin berada di sini bersamanya,” jawabku.Dia memegang lenganku dan berkata, “Ayo kita bicara di luar.” Aku mengangguk padanya. Kami kemudian berjalan keluar ruangan dan duduk di kursi yang jauh dari ruangan itu. Carson menatapku dengan matanya yang sed
Aku menghindari mata bosku dan tidak mengambil mawar itu dari tangan Alex. “A-aku harus ke kamar mandi,” kataku dengan gugup menatap mata Hannah. Aku segera berbalik dan berjalan pergi sebelum Hannah sempat membuka mulutnya untuk bicara.****** Aku menatap wajah pucatku di cermin di kamar mandi. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungku yang cepat. Aku tidak percaya apa yang telah terjadi. Aku tidak menyangka akan bisa bertemu dengan bosku lagi.Aku melirik ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Aku melihat Hannah berjalan masuk dan berdiri di sampingku. “Angela, kenapa kamu lama sekali di kamar mandi?” tanyanya sambil menatap mataku.“Aku tidak enak badan. Bisakah kita kembali sekarang?” kataku.Wajah Hannah berubah khawatir. “Ya Tuhan, apakah kamu sakit?” katanya sambil menyentuh dahiku. Aku mengangguk padanya ragu-ragu, dengan mulut tertutup rapat. “O- Oke. Ayo beri tahu mereka sekarang,”
Keesokan paginya di kantor Vincent. Vincent sedang duduk di sofa di ruang kerjanya. Dia mengerutkan alisnya sambil berpikir dengan jari telunjuknya di bibirnya.Ia melirik ke arah pintu ruangan saat itu terbuka. Dia melihat Carson berjalan masuk dan berdiri menghadapnya.“Vincent, apakah kamu sedang mencariku?” tanya Carson sambil menatap matanya.“Apakah kamu yakin mereka tidak melakukan sesuatu kepadaku saat aku koma?” Vincent bertanya balik dengan penasaran.Carson tersenyum kepadanya. “Ya, aku yakin 100%. Mereka tidak melakukan apa pun kepadamu. Dan aku sudah memberitahumu itu berkali-kali sebelumnya,” jawabnya dengan sabar dan tersenyum lagi. “Tapi kenapa itu masih tidak mau bangun? Itu hanya bekerja ketika aku melakukannya sendiri.” Carson menahan senyumnya dengan mulut tertutup mendengar apa yang dikatakan Vincent. Vincent menghela nafas dan berpikir sejenak. Matanya tiba-tiba terbuka lebar sambil berkata, “Tunggu! A
Kami telah selesai makan malam. Selama makan malam sampai sekarang, bosku terus mencuri pandang ke arahku. Aku tidak berani menatap matanya dan terus menghindari tatapannya. Aku tidak bisa melupakan tatapan sedih di matanya ketika aku memilih untuk duduk di sebelah Alex daripada duduk di sebelahnya. Aku bisa merasakan kekecewaannya padaku. Ia berusaha menyembunyikan perasaannya itu dengan tersenyum.Hannah yang duduk di sebelah bosku kemudian bertanya kepada Alex dan bosku, “Apakah kalian menyukai makanannya? Ini menu terbaik di tempat ini.” “Rasanya enak! Aku menyukainya!” Alex berkata, tersenyum padaku saat bosku akan membuka mulutnya untuk berbicara. Aku membalas senyuman Alex. Aku senang dan lega dia menyukai makanan di kafe kami. Alex terus menatap ke mataku dengan matanya yang berbinar membuat aku merasa penasaran. “ Mengapa kamu terus melihatku,” tanyaku.“Senyummu sangat indah, Angela. Aku sangat suka melihat senyummu,” jawabnya dengan n
Bosku dan aku sedang makan siang di atas kapal pesiarnya sekarang. Dia terus menatap wajahku dengan jari telunjuknya berada di bibirnya. Entah mengapa dia terlihat sangat bahagia tetapi dia juga merasa penasaran. Aku merasa sangat gugup dan terus menghindari tatapannya. Aku tidak memakan makanan yang ada di atas meja makan di depanku meskipun aku sangat lapar. Aku belum makan apa-apa sejak pagi ini. Bosku lalu mengalihkan pandangannya ke piringku setelah dia puas menyiksaku dengan tatapannya. Matanya lalu kembali ke wajahku. “Kenapa kamu tidak memakan makananmu?” Suaranya memecah kesunyian.“Aku tidak lapar,” kataku tanpa memandangnya. Aku mendengar tawa lembutnya. “Makan makananmu sekarang atau aku akan memakanmu lagi,” katanya. Aku melihat ke matanya dengan jantungku yang berdebar kencang. Matanya memberitahuku bahwa dia bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan.Aku menelan rasa gugupku. “Pak, aku ingin kembali sekarang,” kataku.
Senin pagi di kantor Vincent. Vincent sedang duduk di sofa di ruang kerjanya. Dia tersenyum dengan jari telunjuknya berada di bibirnya. Matanya berbinar memikirkan Angela. Dia tidak bisa melupakannya dari pikirannya, bahkan untuk sesaat. Dia sangat ingin lagi melihat wajahnya yang cantik, menyentuh kulitnya yang halus, dan menikmati tubuhnya. Dia kemudian mengambil ponselnya dari atas meja yang berada di depannya untuk menelepon Angela. Dia rindu mendengar suara indahnya di telinganya. Dia mengernyitkan alisnya sambil berpikir. Dia bertanya-tanya mengapa Angela tidak menjawab panggilannya. Dia kemudian menelepon Hannah untuk bertanya tentang Angela.“Vincent! Astaga! Aku seneng banget kamu meneleponku. Aku rindu banget sama kamu,” kata Hannah di telepon dengan bersemangat.Vincent tidak mengindahkan kata-katanya dan malah langsung bertanya tentang Angela. “Hannah, di mana Angela sekarang?” Hannah terdiam sejenak dalam kesedihan. “Dia ada