"Bagaimana? Kamu menerima tawaranku?" Amanda menyentuh rahang James. Ia merasakan tubuhnya mulai bereaksi, masih jelas di ingatannya saat rahang itu berada di kedua kakinya. Menyentuh kulit pangkal pahanya saat James mencumbu kewanitaannya dengan mulut dan lidahnya. Saat itu Amanda menangis karena bahagia. Sentuhan James yang lembut dan melenakan membuat Amanda merasa melayang hingga ke langit ketujuh. Dalam umur yang ke tiga puluh tiga tahun, Amanda untuk yang pertama kalinya merasakan debaran hati karena bahagia. Amanda ingin mendapatkan kebahagiaan itu lagi dan kini kesempatan untuk menggapai keinginannya, sebentar lagi akan tergapai. Lewat kepergian Nami, Amanda yakin jika James akan memenuhi permintaannya. "Lo pikir, gue tidak punya koneksi dan uang?" James menyingkirkan kedua tangan Amanda yang sedang menyentuh kedua rahangnya. "Bangun dan keluar dari sini. Gue masih punya banyak pekerjaan." usir James kepada Amanda. "Oke, oke, mungkin sekarang kamu tidak memerlukan bantuanku
James terjatuh dari kursi lalu mengerang kesakitan. Ia tidak menyangka kalau Naka akan memukulnya secara tiba-tiba. Mukanya terasa sakit dan mulutnya berdarah. "Ayo bangun pecundang, lawan gue!" Naka sudah bersiap menyerang James kembali. Namun aksinya dihalangi oleh Doni. "Tunggu!" Doni memasang badan hingga punggung Doni menjadi sasaran empuk tendangannya Naka. "Aduh," Doni tersungkur di lantai lalu mengerang kesakitan. Tendangan Naka memang sangat kuat, ia adalah salah satu atlet judo saat di kampus. Sampai saat ini juga, Naka masih rajin berlatih untuk mengisi waktu yang kosong. "Ayo, kalian berdua maju sama-sama." Naka tidak merasa bersalah melihat James dan Doni kesakitan dan terkapar di lantai. "Cih, dasar tidak berguna." ejek Naka yang kemudian duduk di sofa. "Don, lo nggak apa-apa?" James mengkhawatirkan Doni yang masih memegang perutnya. "Bos," Doni tidak ingin bicara. Kalau bilang tidak sakit itu tidak mungkin karena perutnya saat ini luar biasa sakit. Tapi jika menga
"Indah." ucap Nami setelah gagal mengingat rumah yang berada di hadapannya. Takeshi bernapas lega setelah mendengar kata pujian Nami terhadap rumah kecil yang akan ditinggali Nami. "Di mana nenekku?" tanya Nami sesaat dirinya masuk ke dalam rumah. Pandangannya tertuju kepada photo-photo di dinding rumah yang berisikan photonya saat berada di negara Jepang. "Ini photo nenekku?" tanya Nami sambil menunjuk photo wanita tua berumur enam puluhan tahun. "Benar." "Lalu photo orang tuaku?" Nami tidak menemukan photo lain selain photonya, Takeshi dan photo neneknya. Takeshi pura-pura sedih. "Kamu pasti tidak ingat, kamu yang minta pada nenekmu untuk membuang seluruh photo orang tuamu karena tidak ingin mengingat kenangan pahit bahwa mereka telah meninggal?" Nami terkejut lalu menatap Takeshi mencari kebenaran. "Itu kenyataannya, nanti kamu bisa tanyakan sendiri kepada nenek. Biasanya pada jam segini nenek tidur siang. Aku sengaja tidak memberitahukan nenek soal kecelakaan yang menimpamu
"Baik, Pak.""Panggil aku, James. Sekarang waktunya bersenang-senang. Jangan terlalu formal memanggilku. Apakah kamu lupa?""Maafkan aku, James. Aku siap menerima hukumanmu." ucap Dela pura-pura bersedih sambil berjalan mendekati James dan mulai membuka pakaiannya satu persatu. Di mulai dari jas kerjanya lalu membuka seluruh kancing kemejanya."Apa kamu sengaja mengulur waktu?" tanya James tidak sabar. Rasa penat di kepalanya karena baru saja menyelesaikan setumpuk pekerjaan membuat James ingin dihibur oleh Dela. Bersenang-senang dengan wanita secantik Dela tidak lah buruk sebelum meneruskan setumpuk pekerjaan yang lain."Tidak James, aku tidak berani melakukan itu." Dela memperlambat langkahnya lalu perlahan melepas kemejanya. Mata James menajam melihat dada Dela yang masih tertutup bra berenda yang membuat kesan seksi."Kamu, gadis nakal, jangan mempermainkanku! Cepat kemari dan puaskan aku." teriak James yang tidak sabar.Dela terkekeh lalu berlari kecil mendekati James yang sedang
Ketika tiba-tiba, James menekan tubuhnya ke meja lalu menindih tubuhnya dan memompa kewanitaannya dengan keras. Dela menjerit keras hingga suaranya serak, James benar-benar ahli menaklukan lawan mainnya hingga tidak berdaya. Dela harus mengakui jika James adalah pemegang kendali dari percintaan kali ini. James tidak memberikan waktu Dela untuk melawan balik. Terakhir gempuran kuat menusuk kewanitaannya Dela dan suara erangan keras James menandakan jika James akhirnya mengalami klimaks setelah memasuki Dela selama hampir satu jam penuh dengan berbagai gaya. "Bagaimana Dela, apakah kamu menyesal sekarang?" tanya James yang sengaja menyetubuhi Dela secara kasar. "J-james, bagaimana aku bisa menyesal. Aku menginginkan ini sejak satu minggu yang lalu." ucap Dela jujur. "Oh, kalau begitu bersiaplah untuk ronde kedua." "R-ronde kedua," ucap Dela bergetar karena saat ini James masih berada di atas tubuhnya. Menindihnya dan kejantanannya masih berada dalam kewanitaannya. "Hahaha, sudahlah.
"Bun, ini tidak adil, selama ini aku bekerja keras demi kemajuan Baskoro grup. Selama delapan tahun aku tidak ongkang-ongkang kaki untuk menikmati begitu saja kekayaan dari keluarga Baskoro. Aku bahkan selalu lembur agar target perusahaan selalu terpenuhi. Kalau Bunda tidak percaya, tanya ayah."Felicia menatap James dengan pandangan terluka. Ternyata James tidak menganggap jika peraturan Felicia adalah bentuk kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya. Felicia mencintai dan mengkhawatirkan kehidupan James, Felicia bukan memikirkan harta dan uang yang dimiliki keluarga Baskoro. Tapi James hanya peduli pada kehidupannya sendiri. Menganggap jika uang adalah segalanya, tidak memikirkan jika cinta tulus itu penting demi masa depan dalam kehidupannya. Felicia tidak menyukai Malika karena menurut Felicia, cinta Malika tidak tulus kepada James. Nyatanya hanya ditinggal oleh James keluar kota beberapa hari sudah berselingkuh dari James. Kesalahan fatal dengan tidur bersama laki-laki lain ket
"Yah," panggil James yang tidak melawan saat Dimas menendang perut James dengan sekuat tenaga hingga tubuh James terjungkal ke belakang. Dimas bangun dari duduknya lalu menatap James dengan tajam. "Beraninya kamu membentak istriku dan menarik tangannya hingga memerah. Jika tahu ini balasanmu kepada kami setelah besar. Aku akan langsung melakukan operasi kesuburan setelah menikahi ibumu. Hidupku akan tenang tanpa keturunan yang hanya memberikan luka kepada istriku. Istriku sangat berharga, tidak sebanding dengan dirimu. Andai ayahku tidak akan mengomel jika ibumu tidak memberikan keturunan. Selamanya aku ingin ibumu tidak hamil, agar kamu tidak lahir.""Apa gunanya mempunyai seorang putra yang hanya menyusahkan dan tega melukai perasaan ibu kandungnya?""Kami tidak pernah menyusahkanmu, ibumu bertaruh nyawa ketika melahirkanmu. Inikah balasannya? Anak tidak tahu diuntung! Kamu kira bisa di posisi itu tanpa dukungan keluarga Baskoro, bisa kamu dapatkan dalam waktu delapan tahun?! Janga
"Gue tidak peduli, itu tidak penting." James melonggarkan dasinya. "Bagaimana dengan Lo?" James menatap Doni."Jangan khawatir, saya akan bersama Bos.""Bagus, Don. Terima kasih." James menepuk pundaknya Doni. "Itu karena saya juga dipecat, Bos. Tuan besar tidak percaya jika saya akan setia kepada beliau." ucap Doni meringis."Sialan," desis James.""Tapi sekalipun ayah Anda tidak memecat saya. Saya tetap akan mengikuti Anda.""Gue sudah miskin, Don. Bagaimana caranya membayar gaji Lo?" James merasa jika Doni memang tulus padanya."Anda bisa membayar saya setelah Anda sukses nanti.""Apa maksud lo?""Anggap saja Anda berhutang kepada saya. Jika usaha Anda sukses, Saya akan menagihnya dengan tambahan bunga dua puluh persen.""Sialan, dasar otak bisnis." umpat James sambil tersenyum. James tahu jika Doni sengaja mengatakan itu agar dirinya tidak merasa malu."Ambil barang-barang lo di atas, gue tunggu di mobil.""Oke, Bos." Doni sudah bertekad untuk mengikuti ke mana pun James berada. J