Share

Bab 2

POV Nita


Aku seorang istri yang menurutku sangat cantik dan sempurna. Walaupun hanya kesempurnaan fisik semata. Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik bagi suami. Akan tetapi, begitulah laki-laki, pada dasarnya tidak akan puas hanya dengan satu orang istri.


Aku mengakui suamiku tampan, bahkan untuk mengikat gadis perawan, mungkin dia masih bisa mendapatkan.


 Hari itu, dengan enteng, dan tanpa rasa bersalah mas Duta mengutarkan keinginannya untuk menikah lagi. Dia mengucapkan kata itu bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi berkali-kali. Aku seperti menyadari kalau suamiku mungkin sedang mengalami masa puber ke dua.


Jangan tanyakan bagaimana perasaanku, jelas itu sangat menyakitkan. Ketika aku hanya mendengar keinginannya itu, aku tidak menanggapinya, aku kira dia sedang bergurau. Ternyata dugaanku salah, Mas Duta betul-betul serius dengan keinginannya. Benar saja, tak lama dia membawa calon istri barunya dan memperkenalkannya padaku.


Aku tersenyum untuk menutupi kesedihan. Perempuan mana yang tidak kecewa jika  suami yang di cintainya datang  membawa perempuan lain dan disebut sebagai calon istri barunya.


Jangankan membawa calon istri baru, hanya melihatnya berkirim pesan mesra dengan wanita lain pun aku merasa tersiksa. Aku wanita lemah, imanku tidak begitu kuat, aku tidak mampu jika harus diduakan. Walaupun saat ini aku terpaksa mengiyakan.


Masih terngiang, ketika mas Duta dengan semangatnya memperkenalkan Vira. Tidak tanggung-tanggung kutanyakan kapan mereka akan menikah. 


Dengan entengnya Mas Duta berkata, "Secepatnya kami akan menikah." Hatiku terasa nyeri. Namun, aku tidak mau terlihat lemah di hadapannya.


Hingga, aku pun  memberikan tiga syarat padanya.

Mobil mewah, baby sitter untuk mengurus anakku, dan uang bulanan sebesar empat puluh  juta perbulan. 


Aku berpikir, dengan uang itu hidupku akan sedikit lebih bebas. Ternyata Mas Duta menyetujuinya. 


Pernikahan pun dilaksanakan. Walau sederhana, tetapi berjalan lancar tidak ada halangan. Aku mencoba mengujinya satu kali lagi, apakah dia akan menolak dengan alasan memikirkan perasaanku, atau sebaliknya?


"Pah ... setelah menikah, Vira tinggal di sini saja," ucapku. Aku berharap Mas Duta akan menolak dengan alasan ingin menghargai perasaanku. Nahas ternyata jawabannya sangat mencengangkan.


"Iya, Ma ,,, siap! Kamu memang istri yang baik," ucapnya penuh semangat dan sesekali merapikan rambut istri barunya. 


Sangat menjijikan bukan?

Akhirnya aku dan maduku pun tinggal dalam satu atap.


*** 


Kini sudah berjalan beberapa bulan pernikahan suamiku dengan Vira. Sejak saat pernikahan itu aku tidak mau disentuh olehnya. Aku bahkan tidak mau dekat-dekat dengannya. Bahkan untuk sekedar makan bersama pun aku tidak Sudi. Mas Duta sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Vira.


Sekarang aku sudah mulai bekerja, atas izin dari Mas Duta  Maka waktuku di rumah sangat singkat. Lebih bagus bukan? Aku menjadi wanita karir, cantik, berpenghasilan sendiri, mobil mewah, plus uang bulanan dari suami. Membuatku semakin mudah untuk menganggap Mas Duta dan Vira tidak ada. Di tambah aku mulai bergabung dengan group kantor dan group teman sekolah dulu, jadi waktuku habis untuk bermain ponsel, berbalas pesan singkat dengan temanku.


***

Semakin lama, kedekatan Mas Duta dengan Vira, membuatku muak, bukan karena aku takut akan kehilangan cinta Mas Duta, tetapi lebih kepada rasa benci. Lebih menjijikan ketika malam hari, saat itu aku sedang berdua dengan anakku, mereka terus berdempetan seperti remaja yang sedang kasmaran. Membuatku merasa jijik ingin memuntahkan semua isi perut.


Aku yang sudah tidak tahan melihatnya, memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, Lalu memanggil baby sitter-nya Adnan, untuk menemaninya bermain.


Segera kututup pintu kamar. Kuraih ponsel dan  kulihat galeri foto albumku. Dikarenakan rasa kecewa dan jijik, aku menghapus semua foto Mas Duta yang ada di ponselku, hingga tidak tersisa satu fotopun.


Acara menghapus foto ini ternyata melelahkan juga. Hingga aku merasa haus dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Kulihat Mas Duta dan Vira sudah menutup pintu kamarnya. Mungkin sudah tidur, karena terlihat lampu kamarnya sudah dimatikan. Aku membayangkan apa yang sedang mereka lakukan, sudah pasti senam malam bukan?


"Hih......" Aku semakin bergedik ngeri.

Gak sudi aku dengan lelaki bekas orang! 


Kutatap dinding ruangan yang  penuh dengan foto aku, Adnan, dan Mas Duta tentunya. Ada juga foto pernikahannya dengan Vira di sana. Aku tidak berfikir panjang lagi, ku turunkan semua foto itu, ku bawa keluar dan ku bakar habis tanpa sisa.


Puas.


Kini di ruangan hanya tersisa foto pernikahan Mas Duta dan Vira.


Rasakan kamu Duta! Aku yakin besok pagi kamu akan merasa bingung, karena foto-foto itu menghilang, batinku. Aku mengusap tangan, lalu kembali masuk kamar, melanjutkan istirahat.


Kini lidahku terasa kelu kalau harus memanggilnya dengan sebutan papah atau Mas.

'Jangan ngimpi! Mulai besok aku akan memanggilmu Duta. Dan sebelum kamu pergi kerja, aku akan meminjam ponselmu terlebih dahulu. Pasti kamu akan lebih bingung dengan sikapku. Prinsipku Jangan bermain api jika tidak ingin terbakar. Tapi kau telah menyalakan api itu lebih dulu, maka aku akan menyalakan apiku agar lebih besar. Walaupun hubungan kalian, hubungan yang halal. Namun, aku tidak terima akan perlakuanmu padaku. Ini belum seberapa, baru dengan sikap dingin dan acuhku, kau sudah merasa uring-uringan. Walaupun kau tak mengungkapkan, tapi tampak jelas di raut wajahmu yang tampan itu, sayang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Herlianti Halim
waduh Thor ceritanya keren,,,, sesuai harapan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status