Share

BAB 3

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-04-29 13:30:09

POV Duta

Aku masih bingung dengan sikapnya, yang semakin dingin dan diam. Walaupun  aku tak banyak bicara, tetapi aku diam-diam memperhatikannya. Semenjak dia mulai bekerja, waktunya di rumah sangat sedikit. Bahkan bisa dibilang rumah ini seperti  tempat  indekos. 

Pulang kerja pukul 7 malam, padahal seharusnya karyawan kantor pulang pukul 4 atau 5 sore. 

Setelah itu dia bermain sebentar dengan Adnan, mencium pipinya, memeluknya sebentar, dan mengajak Adnan ke kamar. Lalu, menyuruhnya tidur. Selepas dari kamar Adnan, Nita pun berpamitan padaku.  "Pa … aku mau istirahat, aku duluan," pamitnya, melewati aku dan Vira, dengan menyunggingkan sedikit senyum, kemudian menutup pintu kamarnya. 

***

Pagi ini, aku, Vira, dan Adnan sudah bersiap di meja makan seperti biasa, Bi Elli sudah menyiapkan nasi goreng dan susu. Adnan menikmati sarapannya dengan lahap sebelum berangkat ke sekolah. Mobil jemputan akan tiba pada pukul 06.30. Hanya Nita yang tidak pernah ikut sarapan bersama. Dia selalu bilang masih kenyang. Itu saja alasannya setiap hari. 

Biasanya, Nita akan datang ke meja makan untuk menghampiri Adnan sebelum berangkat  sekolah. Seperti biasa, menasehati putranya agar menjadi laki-laki yang baik dan menyayangi wanita. Aku yang mendengar itu pun tersenyum.
Seperti aku yang penyayang pada wanita, bahkan aku sudah menambah satu wanita yang kusayang. Aku tersenyum manis menyangkanya.

'Sepertinya aku memang seperti yang diinginkan Nita.' 

Kalau kebanyakan cerita, madu dan istri pertama jarang akur, lain cerita dengan Nita dan Vira. Nita tidak pernah mencaci atau memusuhi madunya, hanya saja dia tidak pernah  berbicara pada Vira. Seulas senyum yang tersungging dari bibirnya, akan dibalas senyum oleh Vira.

Pagi ini ada sedikit yang berbeda. Aku melihat Nita dengan senyum yang mengembang, menghampiri kami yang sedang sarapan. Tak disangka dia menyapa Vira.

"Hay Vir … morning," sapa Nita sambil duduk menyendok nasi goreng. Selama di sini,  baru kali ini aku mendengar Nita menyapa Vira. 

"Morning too, Mbak Nita," jawab Vira, diiringi anggukan oleh Nita. Jelas aku tersenyum bahagia melihatnya. 

"Anak Mama sudah beres sarapan?" tanya Nita pada Adnan. 

"Sudah, Ma …  Adnan tinggal berangkat ke sekolah, mobil jemputan sudah datang di depan," jawab anakku polos. 

"Sip! Adnan ke depan diantar Bi Elli ya? Mama sarapan dulu. Gak apa-apa 'kan, Sayang?"

"Siap Mama … I love you Mama! Adnan sayanggggg … Mama," ucap anakku sambil mencium pipi Mamanya, dan berlari ke luar. 

"I love you, Sayang …  Mama sayang … Adnan," lirihnya setelah Adnan menjauh. Terlihat dia mengusap air mata, mungkin terharu karena Adnan begitu menyayanginya. 

"Eh, Adnan …!" panggil Nita lagi. 

"Iya, Ma …!" jawab anakku kembali menghampiri  mamanya. 

"Pamitan sama Mama Vira dan papa! Cium tangan Mama Vira dan Papa, ya!"

"Oke, Ma …  Maaf Adnan lupa, buru-buru," jawab putraku sedikit lemas menghampiri aku dan Vira. 

Setelah berpamitan pada kami, dia kembali berlari. 

"See you Mama …!  I love you … ! "
teriaknya lagi pada Nita. Kami hanya tertawa melihatnya.

"Emmm Duta …." 
ucapan Nita membuatku hampir tersedak Susu. 

" Kamu bilang apa, Ma? "
tanyaku memastikan. Jelas aku kaget. Seumur-umur  belum pernah dia memanggilku dengan nama. 

"Eh maaf, Pa, maksudku Mas Duta, eh Papa Duta," lanjutnya lagi. 

 Vira masih sibuk memakan nasi gorengnya. Kulihat, dia beberapa kali nambah. 

" Iya kenapa, Ma?" jawabku penuh senyum. 

"Pinjam ponsel kamu dong." 
Hah kamu? sekali lagi dia memanggilku denga sebutan kamu? 'Aneh' pikirku dalam hati. 

Aku menyerahkan ponselku pada Nita tanpa mendebat. Dengan cepat dia mengambilnya. Entah apa yang dia mainkan di ponselku, dia terlihat sangat  sibuk. Mungkin dia mencari sesuatu, apakah aku ada niatan menikah lagi. Hehehehe. Beginilah resiko jadi orang ganteng dan banyak duit. 

Setelah beberapa menit, Nita menyerahkannya kembali padaku. Kemudian, bergagas mengambil  kunci mobilnya hendak meninggalkan kami untuk bekerja.

"Aku jalan duluan," ucapnya dengan senyum yang mengembang. Senyum apakah itu? Entahlah. Setelah kepergian Nita, aku mengikutinya untuk pergi bekerja. Tas kantor ada di ruang tamu, aku pun mengambilnya. Namun, sesampainya di ruang tamu, aku dikejutkan oleh pemandangan yang sedikit berbeda. Semua foto aku, Nita, dan Adnan, tidak ada. Hanya ada foto pernikahan aku dan Vira, foto Adnan dan juga fotoku yang sendiri. Tidak ada foto Nita sama sekali. Semua fotoku yang berdua dengan Nita, dan foto pernikahan kami juga tidak ada. Aku panik dan sedikit kesal, memanggil Bi Inah. 

"Bi Inah … !" panggilku. 

Tidak lama wanita itupun  sudah berada di depanku.

"Dimana semua foto-foto saya dan Bu Nita?" tanyaku sedikit kesal. 

"Emmmmmm …  itu, Pak."
Bi Inah tidak melanjutkan ucapannya. 
"Itu apa?" lanjutku.

"Di turunkan sama, Bu Nita, Pak. Lalu dibawa keluar dan di bakar semuanya," jawab Bi Inah sedikit takut. 

"Apaaaaaa …?!" 

Aku  segera teringat  akan ponselku. Sungguh aku tidak menyangka, semua foto diponselku pun sudah tidak ada sampai keakar-akarnya. Foto itu telah dihapus olehnya. Semua fotonya dan fotoku. Kenangan indah di saat susah bersamanya, bersih tak tersisa. 

Kini … baru aku tahu, arti senyum termanisnya pagi ini. 

***

Vira menghampiri lalu menyerahkan jas kerjaku. Aku pun melangkah dengan lunglai. Rasanya, hari ini aku tidak semangat. 

Sebuah pertanyaan berputar di otak, ada apa dengan istri pertamaku? Dari pertama kami hidup susah, hingga sekarang aku punya segalanya, Nita memang  selalu mengejutkan. Ya, dia hobi memberi kejutan. Biarlah … akan kucari tahu nanti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
aduh duta, mana ada istri yg rela dimadu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 33

    Beberapa tahun kemudian.Allhamdullillah aku kini sedang mengandung anak keduaku dengan suamiku tercinta, Brata Atmaja. Kini aku sudah menjadi Ibu dari tiga orang anak walaupun yang satu masih dalam kandungan. Kehidupanku sangat bahagia.Bang Adnan sekarang sedang kuliah di luar negeri, tepatnya di Amerika. Semakin dewasa Adnan semakin tampan dan sangat mirip dengan Papanya dan berlesung Pipit seperti Ibunya. Sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia untuk berlibur. Hati ini rasanya sangat rindu dan tidak sabar menyambut kedatangannya. Putraku kini sudah besar dan berhasil menyelesaikan pendidikannya.Gama dan Nanda kini mereka sudah menikah. Nanda sendiri sedang mengandung anak pertamanya. Nanda ikut Gama tinggal di Bali mengurus hotelku di sana. Hotel itu

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 32

    POV NitaAkhirnya aku bisa menikah dengan orang yang benar-benar luar biasa. Baik dan penyayang. Semoga Allah menjaga pernikahan ini, dihindari dari yang namanya godaan wanita. Walau bagaimanapun aku pernah gagal, aku tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Rasa trauma bekas penghianatan kemaren jujur masih terngiang dan menjadi ketakutan tersendiri. Memang tidak semua laki-laki sama. Namun, tetap saja masih ada rasa trauma. Terauma jika suamiku akan diambil perempuan lain."Ma … kasian, Papa," ucap anakku."Kenapa, Sayang?" Brata melirik kearahku."Papa sekarang tinggal di tempat Nenek. Tadi Adnan nelpon Papa, terus Papa bilang kalau

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 31

    POV Vira"Mas kamu bener-bener Kelewatan," ucapku pada Mas Damar tapi dengan tawa jahat.Aku dan dia berjalan- jalan menggunakan mobil baru. Masih belum terfikir kami mau kabur ke mana, sebab kalau bandara pasti di jaga polisi. Secara Mas Duta pasti sudah melapor polisi."Biar si bodoh itu tau rasa!" Beraninya dia menyia-nyiakan kamu!" ucapnya."Tadinya aku kira kamu tidak akan mengajaku pergi. Kamu tidak pernah datang ke rumah Duta, semenjak dia menikah denganku," lirihku."Iya aku gak bisa dong liat kamu dengan orang lain! Jika kamu bahagia dengan mereka mungkin aku akan mengikhlaskan kamu. Nyatanya mereka seenaknya sendiri memperlakukan kamu." Entah ben

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 30

    Dita kembali menelponku dia bilang ada kekacauan di kantor. Aku langsung bergagas ke sana. Kunyalakan mesin mobil dan kupacu secepat mungkin. Kalau untuk mengebut aku memang ahlinya bahkan aku mampu menempuh perjalanan dari rumah ke kantor hanya dalam waktu 15 menit.Aku melihat terjadi kericuhan di sana. Para karyawan berdemo meminta gajih bulanan mereka yang belum dibayarkan. Padahal masalah gajih sudah kuserahkan semua pada Damar. Dengan kesal aku mencari keberadaan Damar. Namun, tak kusangka Dita bilang Damar telah pergi."Brengsek Damar!""Dita kamu tenangkan dulu karyawan yang lain. Bilang saya akan membayar gajih mereka.""Siap, Pak"Aku bergegas ke ruangan Damar mencari apa pun yang dapat kutemukan. Namun, nihil, tidak ada yang kudapatkan. Akan tetapi ada sepucuk surat yang diletakan di meja. Dengan cepat aku membuka amp

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 29

    "Sudah rapi?" tanyaku pada Vira. Dia terus memegangi perutnya."Serius ini mau di bawa pulang?" tanya Damar."Dokter bilang bisa dirawat di rumah, Mar. Lo tau sendiri keuangan gue lagi gimana sekarang."Makanya cari istri jangan yang malah nyusahin, sial kan kamu nikah sama pelakor ini," cetus Ibu. Entah kapan Ibu datang tidak ada kabar berita kedatangannya tiba-tiba saja Ibu muncul sepagi ini."Sudah, Bu Nengsih, ini rumah sakit tidak enak ribut-ribut," ucap Damar."Halah ini kan ruang VIP, tidak ada yang dengar," sanggah Ibu. "Udah si, cerain aja istri begini bikin sial aja."Damar hanya menggeleng kepala. Pusing juga dengar Ibu ngomong cerai tiap hari."Bagus lah, Bu. Kalau Mas Duta mau cerain saya, suatu keberuntungan untuk saya," sahut Vira kesal.

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 28

    Setelah beberapa menit kami sudah sampai di rumah sakit. Aku langsung menuju ke ruangan Vira. Sedangkan Damar mampir ke kantin untuk membeli makanan. Sesampainya di depan pintu aku mendengar anakku menangis kencang. Langsung saja aku masuk. Kok tidak ada orang? Di mana Ibu? Mungkin Ibu sedang membeli makanan. Lalu, kenapa anakku berada di kasur Ibunya bukan di tempat bayi? "Cup … cup … cup, Sayang …" Aku langsung menggendong dan mendiamkannya. Sepertinya dia pup, jadi dia menangis. "Vir … !" panggilku. "Iya, Mas. Syukur Alhamdulillah Mas Duta sudah kembali," jawabnya terseok-seok keluar dari kamar mandi dan memegangi perutnya. "Masih sakit?" "Sedikit, Mas ... mungki efek triak-triak kemaren." "Ibu kemana?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status