Share

Chapter 5

Author: Misterxqxq
last update Last Updated: 2022-02-18 11:35:06

“Baru pulang?”

Suara terdengar saat Yura menyalakan lampu yang terlihat gelap.

Yura sebisanya mengatur keterkejutanya, “Iya.” Jawab Yura pada sang ibu.

Yura berjalan meletakan sepatu pada sebuah rak kecil di belakang pintu. Kemudian beralih ke posisi ayahnya yang sedang duduk disebuah bangku dekat jendela sang ayah sambil memegang buku beserta kaca mata terpasang di matanya. Menghela nafas sejenak lalu meneruskan langkahnya masuk ke dalam kamar.

Yura jelas memilih menghindari pertanyaan yang akan membuat keadaan semakin panas. Ayahnya masih mendiamkannya sampai saat ini. Sedari tadi bahkan dia mengutarakan kebodohan dirinya karena hampir saja lupa jika barusan diantar oleh Pak Bram yang menjadi masalah ayahnya masih tida mau bicara denganya.

“Bodoh! Semoga aja tadi enggak ada yang liat.” Ujar Yura menjambak rambutnya sebelum berhenti karna decitan pintu yang terbuka, “Kenapa, Ma?”

Kepala Mama Ratna menyembul sedikit sejenak melihat rambut sang anak yang berantakan kemudian membuka sedikit lebar untuk berjalan masuk ke kamar sang anak.

“Tadi pulang sama siapa?”

“Ya..” Jawab Yura ingin kembali mengulang pertanyaan dari mama Ratna.

“Pulang sama siapa?” Pertanyaan yang sama keluar dari bibir mama Ratna. Belum mendapatkan jawaban dari sang anak. Ratna kembali bersuara, “Sama yang kemarin di foto iya?” Tebaknya benar seratus persen. Tanpa mendengar jawaban sang putri Ratna sudah mengetahui jawabanya langsung setelah melihat mata sang anak yang terselip ketakutan. Menghela nafas sedikit berbalik menuju pintu namun sebelum itu Ratna kembali menyuarakan isi hatinya, “Inget yur ayahmu itu keras.” Pesan sang mama sebelum menutup pintu kamar. Sepintar-pintarnya Yura berbohong jika berhadapan dengan mamanya dia pasti akan kalah.

“Besok jangan berulah Yuraaaa, arghhhh!” Merancau sepelan mungkin sambil menyambar handuk segera mandi berendam agar menormalkan isi pikiran.

Sementara di ruang bawah kedatangan tamu penting pria berumur beserta pria muda yang umurnya tidak jauh dari Yura. Ratna tampak sopan menyediakan minuman dan cemilan untuk sang tamu.

“Sudah gede ya.” Senyum Ratna pada pria muda yang juga membalas dengan sulas senyum canggung, “Silahkan dinikmati seadanya aja loh ini.” Ujar Ratna sembari membawa nampan ditanganya, “Pangling aku loh.”

“Dia yang dulu ngasuh kamu. Kamu tuh kalo disini sampe harus dibujuk dulu beliin mainan biar mau pulang.” Jelas Gilang pada sang anak. Jujur saja Raka tidak mengingatnya sama sekali.

Ratna tersenyum, “Sampe di simpe-simpe saing susahnya.” Kekeh Ratna mengingat kecilnya Raka, “Enggak inget iya pernah panggil saya mama dulu?” Tanya Ratna yang melihat kebingungan di mata Raka, “Aduh jadi teringat dulu saya gendong kamu kemana-mana sebelum saya punya anak. Sekarang sudah enggak nangis nyariin mamanya lagi ya” Sindir Ratna di sambut kekehan dari Gilang bukanya Raka yang memang tidak ingat memori dulu bahkan wanita berumur didepanya saja dia lupa.

“Mana ingat dia Rat..rat.”

“Sayang dulu tidak semodern sekarang ya Lang, dikit-dikit di videoin jadi enggak ada kenangan. Cukup disini.” Tunjuk Ratna pada kepalanya.

“Jangan lagi Rat, nanti sayanya yang susah.” Kekeh Gilang kembali mengingat perjuanganya dulu.

Melihat pintu rumah terbuka lebar Yuda segera masuk ke dalam rumah langsung mengedarkan pandanganya tersenyum hangat pada sang tamu.

“Baru mau di samper! Kebiasaan ngobrol dulu di warung.” Ujar Ratna menepuk suaminya kemudian berlalu menuju dapur untuk meletakan nampan yang belum sempat dia taroh.

“Akhirnya mampir juga, bos!” Ujar Yuda melepaskan jabatan tanganya. Setelah puas pada sang kawan lama, Yuda beralih pada pria muda yang sedari tadi ikut berdiri, “Anakmu tah Lang? Udah gede iya. Udah punya calon pasti ini.” Ujar Yuda meledek hanya tawa diantara keduanya sedangkan Raka hanya terseyum.

“Anakmu mana, Yud?”

“Ada diatas. Anaku jarang keluar kamar kalo sudah di kamar.” Ujar Yuda menjelaskan sedangkan Gilang mengangguk mengerti.

“Sekarang sibuk ngapain nak Raka?” Tanya Yuda.

Raka yang merasa terpanggil langsung menegakan badanya, “Bantuin Ayah, Om. Sembari lanjut S2.” Ujar Raka menjawab seadanya.

“Sudah kaya kamu kedua ya Lang.”

“Bisa aja kamu, Yud.”

“Minum ya.” Ucap Gilang yang sedari tadi tertawa merasa tenggorokanya menjadi kering.

“Kalo kurang tinggal bilang. Tenang saja selagi minuman aja saya sanggupin asal jangan uang seret ini kantong buat bayaran anak kuliah.” Kekeh Yuda.

Ratna berjalan menuju kamar Yura untuk mengajak sang putri menyapa sang tamu di bawah. Suara ketukan berusaha Ratna keraskan karena tidak kunjung mendapatkan sautan dari putrinya. Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya suara Yura terdengar samar menjawab dari bilik kamar mandi di kamarnya.

“Lagi mandi mah. Makan duluan aja. Yura nyusul nanti.” Jawab Yura yang sudah tau jika ketukan itu dari sang mama. Setelah mendengar sautan sang putri, Ratna memilih kembali ke bawah ikut menemani suaminya berbincang dengan sang tamu.

“Anakmu masih mandi.” Ucap Ratna pada Yuda, “Biasa anak perempuan itu lama kalo urusan mandi.” Jelas Ratna pada Gilang.

“Udah biarin aja, Rat. Kalo enggak ketemu sekarang kan bisa lain kali toh kalo masih dibolehin main kesini.” Canda Gilang.

“Nginep aja juga boleh asal jangan di beli saja ini rumah. Harta satu-satunya, Lang.” Timpal Yuda.

“Tan!” Panggil Raka pada Ratna yang sedang membuka toples makanan kecil agar dicicipi oleh Raka, “Boleh numpang ke kamar mandi?” Tanya Raka yang ingin buang air kecil.

“Dari sini lurus aja mentok dapur.”

Ratna melirik pada Raka yang sudah berjalan mengarah ke kamar mandi. Dia hanya ingin memastikan bahwa tempat yang dituju tepat sasaran setelahnya kembali mengobrol bersama di ruang tengah.

“Asik juga suaranya.” Gumam Raka sembari keluar dari kamar mandi tidak sengaja mendengar suara lembut namun samar entah dari ruangan mana. Raka menduga bahwa itu suara dari putri pemilik rumah. Lamunan Raka terbuyarkan oleh suara khas dari Ratna.

“Sudah?”

“Sudah, Tante. Makasih.”

“Berisik ya. Maklumin ya emang suka konser malem-malem anak tante.” Raka terkekeh, “Bosen ya dengerin orang tua pada ngobrol?”

Raka mengangguk mengiyakan, “Dikit, Tante.”

“Gilang kalo ketemu Yuda sudah sampe malem ngobrol juga siap mereka.” Ujar Ratna memberitahu Raka kebiasaan bapak-bapak menolak untuk di bilang tua kalo belum memiliki cucu, “ Kamu jangan kapok ya mampir kesini.”

“Enggak kok, tante. Saya palah terimakasih dulu tante katanya pernah jagain saya waktu kecil.”

Ratna menyentuh pundak Raka menatap sendu, “Sama-sama. Bahagia selalu. Nanti kalo nikah jangan lupa kenalin ke Tante.” Pinta Ratna pada Raka yang sudah dianggapnya anak sendiri. Suara panggilan dari Yuda membuat atensi keduanya beralih pada ruang tengah tempat mereka berada, “Tuh kan baru inget ada yang ngilang. Ayok ke sana.” Ajak Ratna pada Raka. Keduanya berjalan beriringan menuju ruang tengah. Terlihat Yuda dan Gilang sudah menyelesaikan perbincanganya.

“Sudah mau pulang Lang? Enggak nginep aja? Banyak kamar kosong kok disini.”

“Pulang lah, Rat. Kapan-kapan saya mampir lagi. Apalagi kalo jadi besan kan pasti sering mampir.” Canda Gilang terlihat raut wajah Raka yang tidak menyukai candaan itu.

“Kamu ini.” Ratna melirik ke Raka melihat raut muka kesalnya, “Kalo memang keduanya jodoh iya syukur kalo enggak iya kita doain aja semoga keduanya menemukan jodoh yang baik.”

“Saya mah berharap saja, Rat. Siapa tau jadi kenyataan kan kita juga enggak tau.”

“Iya Lang saya paham. Takutnya anakmu salah paham itu loh mukanya sudah di tekuk.”

Atensi ketiganya langsung pada Raka yang terlihat ikut memandangi ketiganya bergantian, “Ah! enggak, tante.” Ujar Raka sedikit tidak enak jika terlalu jujur dengan perasaanya jadi dia memilih berbohong. Jawaban itu membuat ketiganya merasakan lega dilubuk hati.

Gilang melirik jam tanganya, “Sampe lupa waktu aku kalo disini. Pamit lah, Yud. Sampai ketemu lagi. Mari Rat!”

“Iya hati-hati.” Saut Ratna.

Yuda dan Ratna mengantar keduanya sampai depan teras hingga mobil yang dikendarai Gilang dan Raka hilang dari perkarangan rumah. Sepeninggal tamunya keduanya langsung masuk ke dalam rumah. Yuda memilih masuk ke dalam kamar sedangkan Ratna membersihkan meja terlebih dahulu.

“Ck, ketiduran.” Runtuknya Yura sembari memposisikan duduknya menghadap ke arah cermin membuka buntelan di kepala yang sepenuhnya belum kering. Dari pantulan sebuah kaca berbentuk spiral Yura terlihat memakai baju tidur bergambar doraemon namun sudah gambarnya sudah membayang karena terlalu sering di pakai. Menjepit rambutan asal sebelum turun ke bawah untuk mengisi perutnya yang lapar. Yura langsung bertemu mamanya yang terlihat sedang membawa piring berisi potongan kueh dan dua gelas yang sudah habis tinggal tersisa ampas yang mengental di bagian bawah.

“Abis ada tamu iya mah? Yura kok enggak denger sih!” Ujar Yura yang lumayan penasaran.

“Iya.” Jawab Ratna seraya melewati putrinya menuju tempat cucian kotor, “Makan sana! mama bikin semur ayam.”

Yura langsung sumringah tancap gas menghampiri meja makan dan membuka tudung saji. Menghirup aroma yang menggugah isi perut yang sedari tadi minta di isi, “Wih! Abisin ya, mah?”

“Jangan lupa tutup lagi nanti ada kucing.” Titah Ratna sebelum pergi menuju kamar untuk istirahat.

Sebuah dentingan pesan masuk menghentikan suapan Yura. Matanya langsung memicing tajam dengan pesan tersebut, "Yur cek grup! Anak kantor lagi rame ngomongin lu." Selanjutnya dentingan sendok terdengar cukup keras karna terlepas dari gigitan Yura.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 45

    “Pak, puter balik iya ke jalan Y.” Ujar Raka padahal sebentar lagi sudah sampai ke rumah tempat tinggal ayahnya. Sang sopir juga sedikit bingung, “Nanti saya bayar dua kali lipat, bapak tenang aja.” Ujar Raka yang tentu saja langsung di sangupkan oleh sang supir taksi.Raka langsung tersenyum senang begitu mendapat balasan dari Gebynya, belahan jiwanya. Otak Raka memang sudah terisi dengan Geby. Raka tidak memikirkan wajahnya yang terluka bahkan sampai melupakan urusanya dengan Yura. Mobil tampak melaju kencang begitu jalanan disekitar terlihat lengang. Begitu sampai yang dilakukannya yaitu memeluk erat kekasihnya tanpa berniat melepaskanya sama sekali. Geby yang terlihat sumpek langsung menjauhkan dirinya dari dekapan Raka.“Kamu masih hutang penjelasan iya sama aku.”“Iya sayang. Tapi kamu maafin aku kan? Aku janji lain kali enggak akan ditutupin dari kamu.” Jawab Raka menggandeng Geby masuk ke dalam rumah milik Geby.“Tapi pernikahan kamu…”“Udah aku bilang kalo sebentar lagi perni

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 44

    Begitu turun dari mobil Yura baru berucap, “Makasih kak.” Yura tersenyum sangat-sangat berterimakasih karena Hafiz bersedia membantunya. Jika bukan karena memikirkan perasaan Abi mungkin Hafiz bisa saja membeberkan pernikahan Raka. Hafiz dengan santainya melambaikan tangan kemudian langsung pergi meninggalkan Yura tepat di depan kediaman mertuanya Gilang.“Non, sudah ditunggu tuan di dalam.” Baru saja menginjakan kakinya Yura sudah langsung disambut oleh penjaga rumah. Yura saja masih belum hapal betul asisten ada di rumah mertuanya tapi mereka tampak sudah tahu bahwa Yura adalah menantu di rumah ini.Yura seharusnya langsung menuju kantor milik Bram sesuai dengan pesan yang dikirimkan oleh atasanya itu tadi pagi. Bram memang mengontak Yura untuk masuk membantunya membereskan beberapa dokumen penting di kantor. Namun karena mertuanya memintanya datang jadi Yura memutuskan untuk mampir sebentar.Anto mengetuk pintu kamar Raka dengan pelan.

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 43

    Yura yang baru mau menutup pintu langsung terdorong hingga terjatuh kebelakang. Handuk yang berada di atas kepalanya sampai ikut terlepas hingga rambut basahnya tergerai membuat bau semerbak tercium di indera penciuman Raka. Yura langsung berdiri begitu hendak mendorong Raka agar keluar dari kamarnya justru hembusan nafas berbau alkohol membuatnya ingin muntah karena terlalu bau. “Sayang.” “Sayang pala lo!” Yura langsung menjauhkan diri dari pelukan Raka yang tidak mau lepas, “Lo mabuk, sadar gila gue bukan pacar lo.” Yura semain panik karena Raka semakin membuat dirinya tidak bisa terlepas dari pelukan yang begitu erat dari Raka. “Sayang mau kabur kemana? Jangan kabur lagi iya.” Ujar Raka bak anak kecil membuat seluruh badan Yura menjadi bergidik ngeri. Yura segera mengambil jaket menutupi bagian lengan yang terbuka karena hanya menggunakan baju tidur yang memang berbentuk gaun. Yura sengaja membiarkan Raka memeluknya sebelum meninggalkanya dan meman

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 42

    “Rak! Udah cok. Lo mau mati hah!” Hafiz merebut botol minuman yang berada ditangan Raka, “Lo kalo patah hati nggak gini caranya.” Hafiz lagi-lagi merebut minuman dan menjauhkanya dari jangkauan Raka. Raka sudah mulai teler sehingga kehilangan kesadaran gaya bicaranya juga ngawur. Raka menggerang sambil menangis, “Geby nggilang, ngapain gue hidup.” Ujar Raka dibalik tangisanya membuat Hafiz bergidik. “Ck, setan nih bocah.” Umpat Hafiz begitu memapah Raka masuk ke dalam mobilnya, “Rio sialan gue yang musti ngurusin bayi gede.” Umpat Hafiz lagi pada satu temanya yang mengatakan tidak bisa membantu karena sedang kencan tidak dapat diganggu sama sekali, “Bisa banget ini bocah ketempat yang beginian.” “Maaf mas, ini tadi masnya bilang sebelum mabuk buat dianter ke alamat yang ini.” Hafiz langsung mengangguk menaruhnya ke dalam saku celana. “Makasih, pak.” Hafiz mengangkat tangan sebagai lambaian salam perpisahan. Tidak lupa Hafiz memberikan tips pada petugas yang m

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 41

    “Hey! Mau kemana?” Abi meraih tangan Yura yang hendak pergi. Yura berbalik melihat Abi datang dengan beberapa dokumen ditanganya. Begitu melihat ke sisi jendela lagi mobil itu sudah berlalu pergi dan Yura belum sempat mengonfirmasi apa yang baru saja di lihatnya.“Udah iya, kirain masih lama.”“Ini pipi kamu kenapa merah begini?” Tanya Abi sambil menunjuk pipi Yura yang terlihat cukup jelas berbeda dari pipi yang satunya.“Enggak kenapa kok kak, ini kelamaan diginiin pake tangan kak nanti juga ilang.” Alibi Yura yang tidak ingin memberitahu kejadian sebenarnya pada Abi. Abi masih belum percaya tentunya karena masih terlihat mengamati dengan tatapan matanya menelisik kebohongan dimata Yura. Yura jelas langsung sengaja berbalik, “Langsung pulang kan kak?” Melihat Abi masih diam ditempat Yura kembali berbalik tapi setengah menampakan wajahnya yang tidak terkena tamparan. Baru setelahnya Abi langsung mengan

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 40

    “Bisa nggak jangan narik-narik lagi, tangan gue sakit.” Ujar Yura memelas sementara Raka tetap tidak peduli rasa sakit istrinya sama sekali. Pergelangan tangan Yura sampai memerah karena genggaman tangan Raka sedari tadi sehingga menciptakan rasa sedikit sensasi perih. Sedangkan kakinya juga sedikit lecet karena kebetulan Yura menggunakan sepatu sandal yang berbahan kasar. “Lo matipun gue juga enggak akan peduli.” Sinis Raka yang seakan sudah menjadi gila karena cintanya sedang hilang. Geby seakan sudah menjadi setengah tubunya sehingga rasanya seperti kehilangan setengah nyawanya. “Yaudah bunuh aja sekalian biar lo puas.” Runtuk Yura karena sedari tadi dirinya selalu menurut sedari tadi diperlakukan tidak manusiawi oleh raka suaminya sendiri. Walaupun pernikahan mereka dilakukan secara paksa seharusnya Raka lebih bersikap baik terhadap Yura. Justru ini sebaliknya tidak ada kata baik untuk istrinya Yura didalam pikiran Raka yang ada hanya pikiran jahat tentang wanita

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 39

    Yura menarik Kiano menuju taman belakang yang memang sepi tapi terlihat rindang dengan pohon manga besar dengan kursi dibawahnya. Kiano hanya menurut begitu ditarik tanpa adanya melawan sedikitpun. Begitu sampai Yura melepaskan tangan Kiano dan langsung menatapnya sambil berkaca pinggang.“Enggak Gaga enggak yang ini. Semua nggak ada yang waras.” Ujar Kiano membaweli Yura.“Lo tau dari mana tempat ini?” Tanya Yura tidak menggubris bawelan Kiano yang mengarah padanya.“Tau lah gue kan cenayang.”“Serisan, Ki. Tau dari mana?” Ujar Yura yang penasaran setengah mati. Bahkan Riri dan Dini sama sekali tidak diberitahunya mengenai hal ini, “Apa lo ngikutin gue?” Selidik Yura mencari jawaban dari sorot mata Kiano.“Mana ada ngikutin.”“Iya terus!”“Mau tau aja apa mau tau banget.” Ujar Kiano palah bercanda membuat Yura berujung kesal.&ldquo

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 38

    Sasa melayangkan protes kepada suaminya Bram setelah mendengar bahwa Yura dipekerjakan di perusahaan milik suaminya itu. Bram yang baru saja pulang lembur karena mengurus masalah yang terjadi minggu belakangan ini menjadi masam melihat istrinya marah saat baru membuka pintu kamar. Sasa dengan kesal menuntut penjelasan pada suaminya mengapa harus wanita itu sungguh Sasa tidak habis pikir dengan pikiran suaminya.“Mas kita harus bicara.”“Yasudah bicara.” Bram memejamkan matanya namun masih belum tertidur di atas kasur. Badanya serasa remuk karena harus berkutat dengan banyak dokumen yang membengkak dan harus kejar target dalam waktu dua hari. Maka dari minggu depan Bram sudah mengontak Yura untuk masuk dan membantunya. Bram sudah lelah dan hampir terlelap namun badanya berasa gempa karena Sasa istrinya membuatnya terjaga dan bukanya membiarkan dirinya istirahat. Bram langsung mengubah posisi menjadi terduduk dengan tatapan marah, “Aku

  • Fitnah Berujung Menikah   Chapter 37

    Raka begitu memanjakan Geby begitu sampai dia langsung menggendongnya lagi masuk ke dalam rumah. Rumah kali ini adalah rumah barunya bersama Yura istrinya. Raka sengaja membawa Geby ke rumah baru karena jaraknya yang lebih dekat dari tempat acara. “Sayang, ini rumah siapa?” Tanya Geby yang berada di gendongan Raka tanganya melingkar manis di lehernya Raka. “Anggap aja rumah kita berdua.” Jawab Raka membuat Geby tersenyum senang. Jika berkaitan dengan uang tentu Geby akan senang. Apalagi melihat rumah yang sebesar dua kali lipat dari miliknya. Matanya langusung berbinar-binar seperti menatap berlian. Suti membukakan pintu untuk tuanya dan sedikit terkejut karena wanita yang di gendong bukanlah Yura istri majikanya. Raka membawa Geby masuk dan meletakanya di sofa ruang tamu. Suti menatap kemesraan dua manusia di hadapanya. “Ya gusti.” Pekiknya spontan begitu melihat adegan perselingkuhan di matanyanya langsung, “Kalo ini suami saya sudah saya potong-pot

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status