"Maaf, cari siapa?" tanya Amira."Apakah Anda yang bernama, Amira Lestari?" Lelaki yang memegang foto itu, malah balik bertanya."Ya, benar. Itu saya, ada apa ya?" Amira penasaran.Kedua lelaki itu menoleh, menatap satu sama lain lalu mengangguk."Mbak Amira, dulu berasal dari panti asuhan kasih bunda, di Surabaya kan?" Lelaki pemegang foto menanyakan asal usul Amira. Amira lalu mengangguk, mengiyakan jika dirinya berasal dari panti asuhan tersebut."Mbak Amira, pasti kenal dengan Bu Salma. Pengurus panti asuhan tersebut?" Lelaki pemegang foto bertanya lagi. Ia lalu menyerahkan sebuah amplop coklat besar pada Amira. "Iya, saya sangat mengenalnya. Beliau Ibu saya, sebenarnya ini ada apa?" Amira sangat penasaran, ia lalu membuka amplop coklat besar yang diberikan lelaki asing tersebut.Amira terkejut, saat membuka amplop itu. Amplop itu berisi tentang data-data dirinya dan foto-foto dirinya saat masih kecil di panti. Amira semakin penasaran, siapa dua lelaki asing tersebut. Ia sedikit
Radit telah resmi bercerai dengan Amira. Ia sudah memikirkan secara matang keputusannya. Radit sangat kecewa dengan istrinya tersebut, ia pun tak mengabari proses sidang pada Amira sehingga dengan mudah perceraiannya itu dikabulkan oleh pengadilan.Setelah bercerai, perasaan Radit malah semakin tidak tenang. Ia tak berhenti memikirkannya Amira dan Gemilang setiap malam. Hal itu membuat Radit sedikit frustasi. Ada rasa yang mengganjal di hatinya, tetapi ia tak tahu apa.Dua bulan setelah bercerai resmi dari Amira, Radit kemudian menikah dengan Selly atas permintaan dari Ibunya. Saat itu, Bu Retno sakit dan dirawat di rumah sakit. Radit sangat takut kehilangan Ibunya, maka dari itu ia pun menyetujui permintaan Bu Retno untuk menikahi Selly.Padahal tanpa Radit tahu, hal itu hanya sandiwara antara Bu Retno dan Selly. Bu Retno sangat tahu, jika Radit sangat menyayanginya. Maka dari itu, ia tak akan menolak keinginannya saat melihat Bu Retno lemah, terbaring di rumah sakit.Radit dan Selly
Amira dan Delia telah sampai di Surabaya. Mereka berdua pulang dengan menggunakan kereta api dari Jakarta ke Surabaya bersama dengan Iwan dan Jaka. Dengan waktu perjalanan kurang lebih sepuluh jam. Amira dan Delia diantarkan oleh Iwan dan Jaka ke panti asuhan tempat dimana dulu Amira dibesarkan. Dua pria tersebut kemudian berpamitan dan berjanji akan menjemput Amira keesokan harinya untuk bertemu dengan bos mereka. Amira menghirup napas dalam-dalam setibanya di depan gerbang rumah tersebut. Ia sangat merindukan tempat kelahirannya, merindukan suasana panti asuhan yang selalu ramai diisi oleh riuh tangis dan tawa anak-anak panti. Hari sudah maghrib, suasana di depan sepi karena biasanya anak-anak sedang berjamaah salat maghrib di masjid yang tak jauh dari panti. Mereka akan pulang ketika sudah selesai jamaah salat Isya. Amira dan Delia bergegas masuk karena kebetulan pagar rumah tidak dikunci. Di depan pintu, Amira langsung mengetuk pintu dan memanggil nama Bu Salma. "Assalamualaik
"Wanita itu berjanji, ia akan sering menengok Mira sebulan sekali. Namun, sampai kamu sebesar ini, wanita itu tak pernah datang lagi. Ibu pun tak mempermasalahkan, karena Ibu tulus merawat kamu. Sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu, ada seorang perempuan seusiamu yang mulai mencari-cari kamu, Mir," jelas Bu Salma."Nona Syahla?" tebak Amira.Bu Salma mengangguk, membenarkan ucapan Amira jika yang mencarinya adalah Syahla."Syahla memberitahukan sebuah rahasia dan menceritakan tentang siapa kamu sebenarnya," ujar Bu Salma."Rahasia apa, Bu? dan aku, siapa?" tanya Amira semakin merasa penasaran."Nanti, biar Syahla saja yang menceritakannya sama kamu, Amira," jawab Bu Salma, ia tersenyum menenangkan Amira yang merasa gelisah karena dilanda rasa penasaran."Tapi, Bu. Apa Ibu tak ingin menceritakan sedikit saja padaku?"Bu Salma menggeleng, Amira pun mengangguk. Ia paham karena mungkin akan lebih jelas jika diceritakan oleh Syahla sendiri nanti. Tak sabar rasanya Amira ingin mengetahu
POV Nek Warsih"Oh iya, Nek. Ini Amira, Amira Lestari, aku sudah menemukannya, Nek." Syahla memperkenalkan Amira padaku."Amira," ucap gadis itu, memperkenalkan diri.Aku menatap nanar gadis yang tengah berdiri dihadapanku. Wajahnya cantik, mirip dengan Nyonya Syahnaz, mantan majikanku. Seketika rasa bersalah menyeruak di dalam hatiku.Hingga tak terasa air di dalam netraku, berdesak-desakan ingin keluar.Syahla datang mengunjungiku, ia lalu memperkenalkanku pada perempuan yang selama ini selalu hadir dalam mimpiku. Perempuan yang saat dua puluh lima tahun yang lalu, aku titipkan pada panti asuhan yang tak jauh dari tempatku tinggal."Nek, boleh kami masuk?" tanya Syahla membuyarkan lamunanku. Seketika kuusap air mataku, lalu mempersilahkan mereka berdua masuk."Ayo masuk," ujarku datar, lalu aku masuk ke dalam rumah diikuti oleh mereka berdua.Mereka kemudian duduk di kursi kayu yang menjadi ruang tamu rumahku. Syahla dan Amira duduk bersisian, sementara aku berada di hadapan mereka
POV Author Tes! Air mata Amira kembali keluar dari kedua matanya setelah mendengar cerita dari Nek Warsih. Kenapa ada orang yang tega berbuat jahat seperti itu padanya? Perasaan Amira menjadi tak menentu. Di satu sisi dia sangat bahagia akhirnya bisa menemukan keluarganya. Di sisi lain, ia sangat terluka mengetahui kenyataan bahwa dirinya ditukar oleh seseorang demi keegoisan orang tersebut. "Nenek minta maaf Nak, atas segala salah dan khilaf yang nenek lakukan. Nenek selalu dihantui rasa bersalah terhadapmu," ucap Nek Warsih, Ia segera memeluk Amira dengan penuh penyesalan. Namun, Amira bergeming tak membalas pelukan Nek Warsih. Hatinya merasa tak terima dengan tindakan Nek Warsih yang secara apa pun telah merugikan semua orang terutama dirinya yang sekian lama merasa yatim piatu. Ia bahkan telah dipandang sebelah mata dan disia-siakan oleh keluarga mantan suaminya karena menganggap Amira berasal dari keluarga tak jelas. Syahla mengusap kristal bening yang mengalir membasahi pipi
Amira diantar oleh Syahla kembali ke panti asuhan. Amira merasa tak tenang karena sudah terlalu lama meninggalkan Gemilang. Padahal sebelumnya, Amira hendak dikenalkan pada kedua orangtuanya oleh Syahla.Namun, Amira merasa belum siap. Ia masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri bertemu orangtuanya. Syahla pun tak memaksanya, ia menyuruh Amira menghubunginya jika Amira sudah merasa siap."Hubungi aku, jika kamu sudah merasa siap, Mir," ucap Syahla sebelum mereka berpisah tadi.Amira kini sudah berada di dalam kamarnya. Dilihatnya Gemilang yang masih tertidur dengan Delia di sisinya. Amira pun tersenyum melihat pemandangan itu. Delia terlihat sangat kelelahan, karena menjaga Gemilang yang sedang aktif-aktifnya. Amira hendak membangunkan Delia, tetapi urung. Ada rasa tak tega melihat sahabatnya tersebut.Amira pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Tadi saat masuk rumah, Amira belum bertemu dengan Bu Salma karena beliau masih berada di kamar mandi. "Mir, sudah pulang?" t
Lamaran Syahla.Seminggu kemudian.Hari ini adalah acara yang paling penting dalam hidup Syahla. Lamaran resmi akan dilakukan oleh keluarga calon suaminya. Keluarga calon suaminya, sudah tiba di Surabaya kemarin lusa.Syahla menatap dirinya yang sudah selesai dirias. Ia begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna krem dengan kerudung yang senada. Syahla tersenyum, ia begitu puas dengan hasil riasan yang membuat ia terlihat berbeda.Suara derit pintu membuat Syahla menoleh. Terlihat sang Ibu masuk ke kamar Syahla, ia tersenyum anggun menatap putrinya tersebut."Wah, putri Mama cantik sekali. Beruntung sekali lelaki yang akan menjadi suamimu nanti," puji Bu Syahnaz pada Syahla.Syahla tersenyum mendengar pujian Ibunya, "Mama bisa saja.""Kamu sudah siap, sayang?" tanya Bu Syahnaz."Sudah, Ma. Emm ... Apa mereka sudah datang?""Sudah, makanya Mama ke sini. Ayo turun," ajak Bu Syahnaz."Mama duluan, nanti Syahla turun.""Ya sudah, jangan lama-lama ya." Bu Syahnaz kemudian keluar dari kam