Share

Bab 64

Author: Autumn
last update Last Updated: 2025-10-07 09:46:39
Pagi itu, cahaya mentari jatuh lembut memaksa masuk melalui sela-selan tirai putih yang masih belum sempat diganti. Kirana terbangun karena aroma kopi yang menguar, dan suara berisik dari seseorang yang sedang berjuang keras di dapur. Wanita hamil itu bergerak perlahan, menurunkan kakinya menjuntai ke lantai dengan hati-hati.

Sejak beberapa hari, dirinya merasakan tubuhnya mulai terasa berat. Dia mengambil sebuah jepit rambut lalu memasangnya di bagian depan untuk menyingkirkan anak rambutnya yang berantakan.

Dia berjalan menuju kamar mandi segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Setelah selesai dia mencari keberadaan sang suami. Suasana di pagi ini terasa sedikit berbeda.

Mereka sudah benar-benar menempati apartemen barunya. Tak ada orang lain selain mereka berdua, sudah dipastikan jika yang sedang berkutat di dapur adalah suaminya.

“Mas Dirga?” suaranya pelan, masih serak. Kirana melangkah menuju dapur perlahan. Mengamati setiap sudut yang sebelumnya berantakan k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 72

    “Baik, mas,” gumamnya.Nada tegasnya bikin Kirana tak berani membantah.Cuma anggukan pelan, meski Dirga tak bisa melihat. Setengah jam kemudian, pintu apartemen terbuka dengan bunyi kunci yang cepat.Dirga masuk dengan ekspresi dingin dan rahang mengeras. Begitu melihat Kirana berdiri di ruang tamu, dia langsung melangkah cepat, menarik istrinya ke pelukan. Rasa khawatir bercampur takut memenuhi kepalanya. Rasanya dia merasa gagal melindungi istrinya lagi. Dia tak percaya bisa kecolongan lagi kali ini.“Udah, kamu aman sekarang,” bisiknya rendah, tapi nada suaranya dalam, campuran antara lega dan marah. Kali ini dia bertekad akan benar-benar melindungi istrinya.Kirana masih gemetar. “Dia cuma ngomong aneh, kayak nyindir sesuatu gitu mas,” ucap Kirana sedikit tercekat. Reaksi tubuhnya masih belum hilang, dia masih sedikit gemetar dan keringat dingin. Meskipun Dirga kini memeluknya.Dirga mengecup ubun-ubunnya pelan. “Mulai sekarang nggak ada yang bisa seenaknya deketin kamu.” Kali in

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 71

    Di tempat lain, layar laptop menyala di ruangan gelap yang cuma diterangi cahaya monitor. Ferdi duduk bersandar santai di kursi, tersenyum tipis di bibirnya.Di depan layar, kode-kode bergulir cepat, menampilkan sistem keamanan apartemen milik Dirga.“Lucu juga …” katanya pelan dan dipenuhi rasa puas.“Masih pake layer enkripsi yang sama kayak dulu. Lo bahkan sepertinya lupa, siapa yang dulu ngajarin lo dulu, Nanda.”Tangannya lincah mengetik, masuk lewat celah kecil di sistem, jalur yang bahkan Nanda nggak tau masih terbuka.Beberapa detik kemudian, tampilan CCTV muncul di layar Ferdi. Dia klik rewind, berhenti di waktu 23:47.“Hmm… berhasil juga ya. Kesananya mereka bakal sibuk mikir siapa tamu tak diundang itu.”Ferdi menyeringai, menatap frame video yang gelap. Sosok ber-hoodie hitam yang muncul di sana bukan orang lain. Itu adalah dia sendiri.Tapi bukan sekadar datang, Ferdi bahkan sudah buat rekaman itu dari jauh, pake sistem dummy yang dia sisipin beberapa hari lalu melalui ja

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 70

    Kirana berdiri terpaku di depan pintu.Suara ketukan barusan masih terngiang di telinganya, tiga kali, pelan tapi tegas. Dia sangat yakin jika telinganya tak salah dengar.Angin malam menyusup dari celah pintu, bikin bulu kuduknya meremang. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru depan lorong apartemennya. “Nggak ada siapa-siapa," gumamnya pelan, berusaha meyakinkan diri sendiri.Tapi entah kenapa, hawa di sekitar terasa berbeda. Lampu dapur tiba-tiba redup, suara kulkas yang biasanya berdengung mendadak terhenti. Sunyi.Kirana menelan ludah, lalu hendak menutup pintu perlahan, namun belum sempat. Begitu berbalik, ada sesuatu yang bikin gerakannya terhenti bayangan seseorang memantul samar di lantai ujung lorong.Kirana menatap bayangan itu dengan napas tercekat.Bayangan tinggi, tegap, tapi, anehnya nggak ada wujud di baliknya.Hanya siluet gelap yang berdiri di ujung lorong.“Siapa di sana?” suaranya serak, lebih terdengar seperti bisikan. Debaran jantungnya terasa sangat cepat.

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 69

    “Nyebelin banget sih jadi cowok, mana kasar lagi sama cewek. Awas aja kalo ketemu lagi,” gumam Kirana merasa iba melihat gadis itu.“Kenapa ngedumel di sini, katanya mau liat perkakas di sana,” bisik Dirga di samping telinganya yang entah sejak kapan sampai di sana.“Astaga, mas! Kaget banget aku,” ucap Kirana mengusap dadanya sembari memejam.“Ya serius amat sih sayang, kayak liat barang halus aja,” tegur Dirga.“Tadi aku liat Kaivan, mas.”“Terus?” Dirga menanggapi dengan santai sembari mengedarkan pandangannya. Menacari sosok yang mereka bicarakan.“Terus dia narik cewek, aku panggil nggak denger,” cicitnya tampak kecewa.“Udah biarin aja, toh dia juga udah gede, wajar 'kan ... Kalo bawa cewek,” lanjut Dirga.“Tapi nggak kayak gitu lho, mas. Kayak ada yang aneh. Aku takut dia salah pergaulan aja,” jelas Kirana.“Udah nggak usah dipikirin. Lain kali kita undang ke rumah,” kata Dirga melingkarkan lengannya di pundak Kirana dengan sedikit mendorong melangkah maju.“Emang boleh, mas?”

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 68

    Bukannya menjawab, Kirana malah membenamkan wajahnya semakin dalam. Rona merah memenuhi pipinya saat Dirga menggodanya. Kirana akhirnya mandi lagi dan kali ini dia tak mau hak serupa terulang lagi. Setelah siap dia segera menuju meja makan. Setelah sarapan bareng, mereka keluar rumah. Dirga nyetir dengan fokus. Mobilnya melaju pelan di jalan pinggiran kota. Langit cerah, radio menyala memutar lagu-lagu baru yang membuat suasanya menjadi romantis. Kirana duduk sambil membuka jendela, angin masuk, membuat rambutnya berantakan. Dirga melirik sekilas, melihat wajah istrinya begitu cantik dan sexy. “Udah lama banget aku nggak ngerasa selega ini,” ucapnya pelan. Dirga menoleh sekilas, tersenyum tipis. “Aku juga, sayang. Semoga kedepannya kita bisa hidup bahagia," ucapnya penuh harap. Mereka berhenti di sebuah kafe kecil di tepi danau. Tempatnya tenang, hanya ada beberapa pengunjung. Dirga segera memesen dua gelas cokelat panas dan sepiring croissant. Kirana bersandar di kursi, matanya

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 67

    Kirana terbangun lebih pagi dari biasanya. Pandangan pertamanya tertuju pada langit-langit kamarnya. Dia menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan.Udara pagi masuk melalui jendela, membawa aroma kopi dari arah dapur. Dirga sudah di sana, sibuk mengaduk secangkir kopi, dan satu gelas susu untuk Kirana.“Pagi, sayang,” sapa.Dirga, suaranya terdengar berat tapi juga lembut banget. “Pagi, mas.” Kirana menjawab pelan, masih setengah sadar, dengan senyum tulus di bibirnya.Dirga menyodorkan segelas susu. “Hari ini … no kerjaan. Nggak ada laptop, nggak ada telepon. Cuma kita.” Jelasnya membuat Kirana menghentikan kegiatannya dan segera menatap ke arah sang suami. Seakan tak percaya dengan apa yang barusaja dia dengar. Biasanya setelah sarapan, meskipun di rumah Dirga akan memiliki kesibukan lain.Kirana kaget sedikit. “Serius? Kamu nggak bakal buka email sekalipun?” tanya Kirana menyakinkan. Takut jika dia salah dengar.“Nggak. Hari ini aku cuti. Dari dunia yang berat.” Dirga tampa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status