Share

Bab 45

"Aku nggak mau, aku tidak gila, Pah!" tegasku pada pada papa dan Haris.

Aku tak pernah merasakan kekhawatiran yang berlebih seperti ini. Semenjak mengetahui bahwa Syakila telah kehilangan ibu dan janinnya. Aku agak sedikit memikirkannya.

"Ya sudah, kamu tenang ya! Jangan berpikiran macam-macam lagi!" pesan papa menenangkan. Kini aku duduk di kantor papa. Sambil berbincang-bincang dengan Haris. Ia coba mengalihkan pikiran ini terhadap sosok Syakila yang selalu menghantui pikiranku.

Sambil mengerjakan berkas-berkas. Papa sebentar-sebentar melihat arah layar benda pipih yang ia letakkan di atas meja. Sepertinya papa sedang menunggu seseorang yang menghubungi.

Sementara aku, mata ini masih saja melirik ke arah jendela, kadang depan kamar mandi. Di mana tempat aku sering melihat bayangan Syakila.

"Pah, sedang nunggu telepon?" tanyaku pada papa. Bibirku bertanya tapi mataku tetap mengawasi sekeliling ruangan. Sebab, rasa cemas dan takut masih merasuki.

"Iya, Papa nunggu telepon dari Pak Kh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status