Hampir Dua tahun berlalu….
Kaki jenjang itu menuruni anak tangga demi anak tangga pesawat jet pribadi dengan begitu anggunnya. Uraian rambut itu terlihat begitu indah ketika tertiup semilirnya angin. Elena membuka kacamata hitam yang ia kenakan, menghela napas panjang kemudian menatap jauh dimana matanya dapat menatap beberapa pesawat yang terparkir dengan rapi di hadapannya.
Hari ini ia telah kembali, kembali setelah dua tahun lamanya ia lari seperti seorang pengecut yang takut dengan penolakan.
Oh, berterimakasihlah pada Megan, sahabatnya yang mau mendengar semua keluh kesahnya selama dua tahun terakhir. Bukan hanya itu saja, Megan bahkan tidak berhenti untuk menyadarkan Elena, jika tidak ada yang salah dengan jatuh cinta.
Jatuh cinta dan mendapat penolakan itu hal yang wajar. Ia tidak perlu takut atau bahkan lari seperti seorang pengecut.
Megan juga berkata. “Jika kamu mencintainya, maka kejarlah, buat dia
Elena tidak berhenti tersenyum, karena malam ini ia akan bertemu dengan sosok yang ia rindukan. Siapa lagi jika bukan Yogie. Setelah pulang dari Boston beberapa hari yang lalu, Elena lantas meminta bawahannya untuk mencari tahu semua tentang Yogie. Dan Elena terkejut mendapatkan hasilnya.Lelaki itu berubah.Berubah total!Lelaki itu kini menjelma menjadi pengusaha muda. Bukan lagi seorang pengangguran yang hobbynya Clubing di kelab malam atau balapan motor layaknya anak muda. Elena bahkan sempat tertarik melihat profil Yogie di internet. Dan banyak sekali ia mendapatkan foto-foto lelaki itu dengan setelan resminya.Oh, Elena benar-benar ingin kembali bertemu dengan lelaki itu. Apa sikap Yogie masih sama dengan dulu? Atau kini lelaki itu lebih arogan seperti pemimpin-pemimpin perusahaan pada umumnya? Elena tersenyum ketika membayangkan kearoganan Yogie, ah, mungkin akan lucu sekali.Tapi kemudian senyumn
Setelah cukup lama tercengang dengan apa yang baru saja ia lihat, Yogie mulai dapat mengendalikan dirinya lagi. Dengan santai ia duduk di kursi tepat di hadapan Elena, sedangkan Elena sendiri ikut duduk kembali di kursinya saat tidak mendapat respon yang baik dari Yogie.“Jadi kamu, investor baru perusahaan kami?” Yogie bertanya dengan nada yang di buat sedingin mungkin.“Ya, kuharap perusahaan kalian mau menerima investasi yang aku berikan.” Elena menjawab setenang mungkin, padahal kini hatinya sedang bergejolak karena sikap yang di tampilkan Yogie padanya.“Kenapa kamu mau berinvestasi di perusahaan keluarga kami?”“Hanya ingin, tidak ada alasan spesifik lainnya.”“Kalau aku menolak?”“Aku akan memaksa.”Yogie tersenyum miring. “Jangan mentang-mentang kamu lebih kaya di bandingkan denganku, lalu kamu bisa memaksa sesuka hati kamu.”“Aku
Yogie menarik dirinya, ia kembali mendaratkan cumbuannya di sepanjang punggung Elena, menggodanya dengan gerakan erotis, hingga kembali membuat Elena mengerang karena sensasi yang di berikan oleh Yogie.Erangan Elena kembali membuat Yogie menegang seutuhnya, ia menginginkan Elena kembali, dan ia akan mendapatkannya. Masih dengan memeluk tubuh Elena, Yogie memposisikan wanita itu miring memunggunginya, kemudian mengangkat sebelah kekinya, lalu kembali menenggelamkan diri dalam kelembutan tubuh Elena.Yogie kembali mengerang bersamaan dengan gerakannya yang mulai seirama dengan erangannya. Jemarinya mencengkeram dagu Elena, menolehkan ke arahnya, kemudian bibirnya mencumbu bibir Elena dengan begitu panas dan kasar. Oh, benar-benar sangat erotis.Yogie bergerak cepat tanpa melepaskan tautan bibirnya dari bibir Elena, sedangkann Elena sendiri tampak pasrah dengan apa yang di lakukan Yogie padanya, wanita itu menikmati semua sentuhannya, dan Yogie senang karena itu.
“Aaron?!” Elena memekik tak percaya.Dengan spontan ia menghambur ke dalam pelukan lelaki tersebut, lelaki yang sudah seperti sahabatnya sendiri ketika dulu belajar di Harvard University.Aaron memang teman Elena sejak SMA, bahkan lelaki itu bisa di bilang sahabat dari Yogie, tapi ketika lulus SMA, Aaron memilih melanjutkan studynya di Harvard university, begitupun dengan Elena. Keduanya semakin dekat. Beberapa kali Elena membantu Aaron, begitupun sebaliknya.Dulu, ketika SMA, Elena sempat tertarik dengan sosok Aaron. Siapa sih yang tidak tertarik dengan sosok tersebut, lelaki tampan dan juga populer di sekolah mereka. Hanya saja dengan tegas Aaron menolaknya, lagi pula saat itu Elena masih terikat dengan Gilang, guru les privatnya yang setengah gila.“Bagimana kabarmu? Kudengar kemarin kamu sempat tinggal di Boston, kapan kamu kembali?” tanya Aaron yang masih membalas pelukan Elena.Elena melepaskan pelukannya. &ld
Elena menginginkan Yogie, ia tentu tahu itu. Hanya saja cara yang di berikan Yogie membuat Elena tersakiti. Kata-kata yang terlontar dari bibir lelaki tersebut seakan menunjukkan jika Yogie melihat Elena hanya sebagai pelacur pribadinya.Elena tidak ingin begitu, ia tidak ingin di lihat seperti itu. Bagaimanapun juga, kini ia sudah berubah. Ia sudah tidak lagi melakukan seks dengan lelaki lain selain Yogie, ia tidak mampu memikirkan tubuh lelaki lain selain tubuh Yogie, apa lelaki itu tak mampu melihat ketulusannya?Lamunan Elena buyar ketika Yogie mempercepat lajunya, membuat Elena mau tidak mau mendesah dengan napasnya yang sudah terengah-engah. Oh, ia akan mencapai puncak kenikmatan tersebut, sedangkan Yogie sendiri kini sudah sibuk menggigiti lehernya, seakan menunjukkan jika lelaki tersebut juga semakin menegang ketika puncak kenikmatan itu akan tiba padanya.Yogie menghujam lagi dan lagi dengan erangannya yang semakin keras, menggema di ruang tamu Elena. H
Elena terbangun ketika mendengar ketukan pintu apartemennya yang semakin keras. Ahh, siapa sih malam-malam begini yang mengganggu tidurnya? Elena memijit pelipisnya yang masih terasa nyeri, kemudian ia terkesiap ketika menyadari sesuatu.Jemarinya dengan spontan meraba perut datarnya, di mana di sana telah tumbuh janin dari lelaki yang sangat ingin ia hindari. Tumbuh lagi, untuk kedua kalinya. Lagi? Ahh, kenapa tuhan menghukumnya seperti ini?Tadi siang, Elena terbangun di ruang IGD bersama dengan sekertaris pribadinya yang tampak sangat khawatir dengan keadaannya, seorang dokter datang
“Terima kasih kamu mau menemaniku.” lirih Elena pada sosok lelaki di sebelahnya. Itu Aaron yang kini sedang mengemudikan mobilnya.Tadi Elena memang berniat ke tempat dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilannya, hanya saja setelah sampai di sana, Elena sangat malu karena di sana hanya ia yang sendirian, sedangkan wanita yang periksa di sana di temani oleh suami masing-masing.Dengan spontan Elena berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Ia juga ingin di temani dengan ayah dari bayi yang di kandungnya, tapi meminta Yogie untuk menemaninya, benar-benar tidak mungkin.Yogie terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, lelaki itu sudah berubah dan hanya mementingkan kesenangannya sendiri, mana mungkin Yogie mau mengakui bahwa bayi yang di kandungnya adalah bayi dari lelaki tersebut.Belum lagi kenyataan jika dulu Yogie juga pernah membuat dirinya kehilangan calon bayinya, ah, saat itu Yogie pasti sengaja meminta dokter untuk menggugurkan bayinya
Elena kini sudah duduk di ujung kafe milik Jihan. Telapak tangannya menangkup secangkir cokelat hangat yang mengepul di hadapannya. Sesekali ia menatap ke arah Yogie. Yogie sendiri tampak murung dengan ekspresinya. Entah apa yang sedang di pikirkan lelaki tersebut.“Kita lupakan saja semuanya.” Setelah cukup lama berdiam diri tanpa ada yang mau memulai pembicaraan, akhirnya Elena berucap dengan datar.“Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?”“Aku akan kembali ke luar negeri, jadi lupakan semuanya.”Yogie tersenyum miring. “Benarkah? Kupikir kamu sedang berniat menggoda suami orang.” sindir Yogie.“Jaga mulut kamu, Yogie!”“Aku sudah tahu Elena, kamu kembali menjalin hubungan dengan Aaron, kan? Padahal kamu jelas tahu, kalau dia sudah menikah dengan Bella.”“Bukan urusanmu.” Elena berdiri kemudian bergegas pergi, tapi kemudian tangan Yogie mer