Share

7 Masih Tentang Bakpao

Penulis: Ratu sambi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-15 13:01:03

“Daiki? Daiki?” suara Sensei seketika mengejutkan Daiki yang tengah melamun menatap Yukie.

 

Gadis itu menoleh ke samping bersamaan dengan Daiki yang menoleh ke depan ketika Sensei memanggilnya.

 

Sensei menghela nafas panjang karena sadar Daiki tak memperhatikannya.

“Ini masih terlalu pagi untukmu melamun Daiki. Sekarang kau maju dan kerjkan soal di papan tulis!” perintahnya dengan senyum manis, walaupun sebenarnya nampak kesal karena sikap Daiki.

 

“Apa? Kau menyuruhku maju ke depan untuk mengerjakan soal itu?” kedua alisnya terangkat, semua murid mulai berbisik melihat siakp Daiki yang tak sopan kepada Sensei.

“Aku tidak bisa!”

 

Yukie mendesis kesal melihat sikap Daiki.

“Iisshhh... Sensei, boleh aku mengerjakannya?” Yukie mengangkat tangannya meminta izin kepada Sensei untuk maju ke depan.

 

“Yuki?? Kau mau mengerjakannya? Boleh... silakan!” Sensei terlihat senang karena ada murid didiknya yang berinisiatif mengerjakan soal sulit di papan tulis tanpa perintah.

 

Daiki terliaht acuh, dia tak peduli dengan apa yang Yukie lakukan di depan kelas. Dia hanya menatap lembaran kertas kosong di meja sembari mencoret-coretkan penanya di sana. 

 

“Waah, kau mengerjakannya dengan sangat teliti Yukie. Semuanya coba lihat murid baru teman kalian. Semua murid didiku harus sepandai Yukie, atau bisa jadi kalian lebih pandai darinya” Sensei memberi aplous tepuk tangan yang kemudian diikuti oleh semua murid satu kelas kecuali Daiki.

 

Pandangannya beralih menuju ke depan matap wajah Yukie yang terlihat senang karena bangga bisa mengerjakan soal dari Sensei. Bola matanya bergerak searah gerakan tubuh Yukie yang perlahan mendekat kembali ke mejanya.

 

“Ada apa dengannya? Apa ada sesuatu di wajahku?? Lirikan matanya sampai seperti itu!” gumamnya dalam hati setelah sempat melihat lirikan mata Daiki.

                                        *************

 

Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa berhamburan ke kelas menuju ke kantin. Kelas mulai sepi dan hanya tinggal Yukie, daiki serta Ginji yang sedang menata bukunya.

 

Merasa tak nyaman di kelas karena Daiki, Yukie pun memilih keluar dan membawa bekal makanannya. Yukie sadar bahwa keluarganya tak mampu, dia sekolah di sana juga karena mengandalkan beasiswa. Sehingga untuk uang jajan Yukie tak pernah membawanya. Maka dari itu dia memilih membawa bekal makanan dari rumah.

 

Karena kantin terlalu ramai dan tentunya diisi oleh para siswa yang mampu membeli makanan di sana, Yukie tak ingin merusak suasana karena sepertinya hanya dia sendiri yang membawa bekal makanan dari rumah.

 

Beruntung Yukie melihat tempat sepi di bawah pohon dan sepertinya tak banyak murid yang berlalu lalang di sana sehingga itu akan menjadi tempat favorite baru bagi Yukie untuk beristirahat nantinya.

 

“Daiki, tunggu!” seru Ginji yang melihat sahabat kecilnya itu melangkah keluar dari kelas.

 

Tak menghiraukan panggilannya, Daiki memilih terus melangkah hingga akhirnya Ginji berlari untuk mengejarnya.

 

“Hei Daiki! Aku memanggilmu dari tadi, apa kau tidak mendengar suaraku?” langkahnya terhenti saat Daiki terdiam di depan pintu kantin.

 

“Mau apa kau memanggilku?” ucapnya dingin, dia bahkan tak melihat ke arah Ginji ketika berucap karena fokus dengan sesuatu yang sedang di carinya.

 

Ginji yang mulai penasaran pun membuang pandangannya ke depan mencari sesuatu yang sedang di cari oleh Daiki. Dia tak tahu apa yang sedang Daiki cari namun pemuda itu tengah menatap ke arah dalam kantin seperti mencari seseorang.

 

“Kau, mencari siapa?” tanya Ginji yang mulai penasaran.

 

Bukannya menjawab, Daiki malah melirik sinis ke arah Ginji dengan tatapan kesal.

“Apa urusannya denganmu?” Daiki melangkah pergi untuk memastikan lagi bahwa Yukie berada di dalam kantin.

 

“Ayolah Daiki, dulu kita bersahabat baik, tidak bisakah kita bersahabat lagi sekarang?” Ginji merasa aneh dengan perubahan Daiki. Dulu ketika masih kecil, Daiki anak yang periang, dari pada Daisuke sang Kakak, Daiki lebih banyak bicara dan sering membuat orang di sekitarnya menjadi nayaman karena dia senang bercanda gurau.

Berbeda dengan sekarang, bahkan untuk tersenyum saja, Daiki seolah terlihat sangat pelit.

 

“Menyingkir kau! Aku tidak butuh teman!” Daiki terus menghindar sembari terus mencari keberadaan Yukie.

 

Ginji tak merasa putus asa, dia selalu terus membuat Daiki berubah pikiran bagaimanapun caranya Daiki harus bisa menerimanya sebagai teman.

“Oh, apa yang sedang dia lakukan di sana? Eh bukankah itu murid baru? Waah sedang apa dia sendirian di bawah pohon?” ucap Ginji di selingi senyum mengejek saat melihat Yukie duduk di bawah pohon menikmati makanannya.

 

Mendengar ucapan Ginji, Daiki langsung mengalihkan pandangannya ke arah di mana Ginji menatap.

Di sana nampak dari kejauhan dia melihat sosok perempuan yang sedang di cari olehnya. Tanpa berfikir panjang, Daiki melangkah keluar dari kantin dan pergi menemui Yukie.

 

“Daiki tunggu kau mau ke mana?” Ginji tak mau tertinggal dia mempercepat langkahnya mengejar Daiki yang sudah menjauh.

 

Daiki harus berjalan memutar melewati lapangan basket karena posisi Yukie berada di sisi lapangan itu.

 

Sedang asik-asiknya menikmati makan siang, seketika terganggu karena Daiki yang mengejutkannya.

Yukie melihat sepasang sepatu berdiri tepat di depannya. Perlahan Yukie mengangkat pandangannya ke atas. Dan setelah melihat wajah Daiki di sana, Yuki pun berucap.

“Kenapa?” tanyanya kebingungan.

 

Tak menjawab pertangaannya, Daiki hanya menghela nafas panjang lalu mengeluarkan uang dari sakunya.

Dia mengulurkan tangan dengan uang 100 yen di sana.

“100 yen?” ucapnya secara tiba-tiba membuat Yukie kebingungan. 

 

Kini dia terlihat sedang membereskan bekal makanannya.

“Untuk apa uang ini?” ucapnya tanpa menoleh ke arah Daiki.

 

“Ambillah, aku tidak ingin ada hutang dengan seseorang!” jelasnya.

 

Ujung matanya melirik ke arah tangan Daiki yang masih bertahan di sana dengan uangnya.

“Hutang?” matanya menyipit, seakan berfikir keras dengan apa yang baru saja Daiki ucapkan.

 

“Tidak perlu berlagak sok bodoh! Kau pasti ingat denganku, kan?” 

 

Tak ada jawaban dari Yukie, gadis itu hanya diam dengan pandangan lurus ke wajah Daiki. Jelas dia ingat siapa lelaki itu, namun melihat selembar uang 100 yen di tangannya membuat Yukie tak mengerti dengan apa yang sedang dia ucapkan.

 

“Maaf, tapi untuk apa uang itu?” 

 

Tak ingin berlama-lama lagi di sana, Daiki pun memberikan uang itu kepada Yukie.

“Ambil uang ini, aku sudah memberinya lebih. Jadi urusan kita selesai!” setelahnya Daiki pergi, namun baru beberapa langkah menjauh, Yukie memanggilnya.

 

“Hei!!”

 

Langkahnya terpaku lalu menoleh ke belakang mendapati Yukie tengah berdiri membawa uangnya.

“Sepertinya di sini kaulah yang hilang ingatan! Kau sudah membayar kemarin semua bakpaomu... jadi aku tidak butuh uang ini lagi! Ambil kembali uangmu!” dengan ketus Yukie menyodorkan uangnya ke arah Daiki.

 

Namun lelaki itu hanya diam dengan wajah dingin tanpa ekspresi menatap uang di tangan Yukie.

“Kapan aku membayarnya?” Daiki lalu terdiam, mengingat kemarin bertemu dengan sang Kakak di tempat yang sama membuat Daiki berfikir bahwa Daisuke lah yang telah membayar bakpaonya.

“Aku juga tidak butuh uang itu!”

 

“Aku lebih tidak butuh! Jadi kau ambil saja kembali uangmu!” melihat Daiki membuang muka, Yukie pun semakin kesal.

“Kau, ambil uang temanmu! Katakan padanya kalau aku tidak butuh uang darinya!” Yukie membeikan uang itu kepada Ginji yang masih setia berdiri di sampingnya.

 

“Aku?? Kau memberikan ini padaku?” dengan senang hati Ginji menerima uang itu dari Yukie namun setelah melihat Daiki membulatkan mata ke arahnya, Ginji pun mulai ketakutan namun bukannya mengembalikan uang itu pada Yukie dia justru menyimpan uangnya ke dalam saku.

 

Tak ingin berlama-lama di tempat itu dan lagi pula makanannya sudah habis, maka Yukie berniat pergi dari sana.

Setelah membereskan kotak makanan Yukie beranjak berdiri namun langkahnya terhenti di depan Daiki.

“Terima kasih setidaknya setelah kau kabur dan makan bakpaoku, kau kembali lagi untuk membayarnya!”

“Walaupun sebenarnya orang ini sangat menjengkelkan!! Bisa-bisanya memiliki dua sifat kepribadian yang berbeda, kadang ramah tapi terkadang juga menjengkelkan! Aneh” lanjutnya dalam hati.

Yukie pun memilih pergi meninggalkan mereka.

 

Daiki terkekeh sinis melihat sikap Yukie yang sepertinya tak mudah tertindas olehnya.

 

“Daiki??” seru Daisuke dari arah lain.

“Aku mencarimu dari tadi, sedang apa kau di sini?” pandangannya kini teralihkan ke punggung Yukie yang sudah semakin menjauh.

“Siapa dia?” Daisuke sebelumnya sempat melihat gadis itu berbincang dengan Adiknya.

 

“Bukan siapa-siapa! Tidak penting!” jawab Daiki sembari melirik ke arah Yukie.

 

“Ibu mencarimu, pergilah ke ruang kepala sekolah, sekarang!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   41. Taruhan

    Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   40. Hubungan Mulai Membaik

    Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   39. Berhenti Peduli Padaku!

    Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   38. Izumie Dilema

    Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   37. Kesepakatan

    Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   36. Perlakuan Kasar

    “Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   35. Cemburu??

    “Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”Yukie sangat bersyukur akhirnya Daisuke datang juga, karena beberapa saat yang lalu dia merasa sangat canggung berada di antara mereka berdua yang terlihat mesra. Apa lagi Daiki yang sepertinya sengaja pamer mesra di depan Yukie padahal kalau dilihat dari sikap tubuhnya lelaki itu merasa risih berdekatan dengan Kira.“Kak? Kau sudah selesai?” Yukie menyambutnya dengan senyum lebar disertai wajah ceria, membuat Daiki yang duduk di seberang meja mulai terganggu.“Umm...maaf membuatmu menunggu lama” ucapnya sembari mengusap lembut kepala Yukie.Huuufftt!! Daiki menghela nafas kasar melegakan dadanya dengan kata lain sebagai bentuk luapan rasa kesal melihat perhatian Kakaknya kepada Yukie.“Kau baik-baik saja?” Kira merasa cemas setelah melihat Daiki murung.Terlihat dari raut wajahnya yang tampak sangat kesal, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya. W

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   34. Teman??

    Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   33. Cemburu?

    Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status