“Daiki? Daiki?” suara Sensei seketika mengejutkan Daiki yang tengah melamun menatap Yukie.
Gadis itu menoleh ke samping bersamaan dengan Daiki yang menoleh ke depan ketika Sensei memanggilnya. Sensei menghela nafas panjang karena sadar Daiki tak memperhatikannya.“Ini masih terlalu pagi untukmu melamun Daiki. Sekarang kau maju dan kerjkan soal di papan tulis!” perintahnya dengan senyum manis, walaupun sebenarnya nampak kesal karena sikap Daiki. “Apa? Kau menyuruhku maju ke depan untuk mengerjakan soal itu?” kedua alisnya terangkat, semua murid mulai berbisik melihat siakp Daiki yang tak sopan kepada Sensei.“Aku tidak bisa!” Yukie mendesis kesal melihat sikap Daiki.“Iisshhh... Sensei, boleh aku mengerjakannya?” Yukie mengangkat tangannya meminta izin kepada Sensei untuk maju ke depan. “Yuki?? Kau mau mengerjakannya? Boleh... silakan!” Sensei terlihat senang karena ada murid didiknya yang berinisiatif mengerjakan soal sulit di papan tulis tanpa perintah. Daiki terliaht acuh, dia tak peduli dengan apa yang Yukie lakukan di depan kelas. Dia hanya menatap lembaran kertas kosong di meja sembari mencoret-coretkan penanya di sana. “Waah, kau mengerjakannya dengan sangat teliti Yukie. Semuanya coba lihat murid baru teman kalian. Semua murid didiku harus sepandai Yukie, atau bisa jadi kalian lebih pandai darinya” Sensei memberi aplous tepuk tangan yang kemudian diikuti oleh semua murid satu kelas kecuali Daiki. Pandangannya beralih menuju ke depan matap wajah Yukie yang terlihat senang karena bangga bisa mengerjakan soal dari Sensei. Bola matanya bergerak searah gerakan tubuh Yukie yang perlahan mendekat kembali ke mejanya. “Ada apa dengannya? Apa ada sesuatu di wajahku?? Lirikan matanya sampai seperti itu!” gumamnya dalam hati setelah sempat melihat lirikan mata Daiki.*************
Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa berhamburan ke kelas menuju ke kantin. Kelas mulai sepi dan hanya tinggal Yukie, daiki serta Ginji yang sedang menata bukunya. Merasa tak nyaman di kelas karena Daiki, Yukie pun memilih keluar dan membawa bekal makanannya. Yukie sadar bahwa keluarganya tak mampu, dia sekolah di sana juga karena mengandalkan beasiswa. Sehingga untuk uang jajan Yukie tak pernah membawanya. Maka dari itu dia memilih membawa bekal makanan dari rumah. Karena kantin terlalu ramai dan tentunya diisi oleh para siswa yang mampu membeli makanan di sana, Yukie tak ingin merusak suasana karena sepertinya hanya dia sendiri yang membawa bekal makanan dari rumah. Beruntung Yukie melihat tempat sepi di bawah pohon dan sepertinya tak banyak murid yang berlalu lalang di sana sehingga itu akan menjadi tempat favorite baru bagi Yukie untuk beristirahat nantinya. “Daiki, tunggu!” seru Ginji yang melihat sahabat kecilnya itu melangkah keluar dari kelas. Tak menghiraukan panggilannya, Daiki memilih terus melangkah hingga akhirnya Ginji berlari untuk mengejarnya. “Hei Daiki! Aku memanggilmu dari tadi, apa kau tidak mendengar suaraku?” langkahnya terhenti saat Daiki terdiam di depan pintu kantin. “Mau apa kau memanggilku?” ucapnya dingin, dia bahkan tak melihat ke arah Ginji ketika berucap karena fokus dengan sesuatu yang sedang di carinya. Ginji yang mulai penasaran pun membuang pandangannya ke depan mencari sesuatu yang sedang di cari oleh Daiki. Dia tak tahu apa yang sedang Daiki cari namun pemuda itu tengah menatap ke arah dalam kantin seperti mencari seseorang. “Kau, mencari siapa?” tanya Ginji yang mulai penasaran. Bukannya menjawab, Daiki malah melirik sinis ke arah Ginji dengan tatapan kesal.“Apa urusannya denganmu?” Daiki melangkah pergi untuk memastikan lagi bahwa Yukie berada di dalam kantin. “Ayolah Daiki, dulu kita bersahabat baik, tidak bisakah kita bersahabat lagi sekarang?” Ginji merasa aneh dengan perubahan Daiki. Dulu ketika masih kecil, Daiki anak yang periang, dari pada Daisuke sang Kakak, Daiki lebih banyak bicara dan sering membuat orang di sekitarnya menjadi nayaman karena dia senang bercanda gurau.Berbeda dengan sekarang, bahkan untuk tersenyum saja, Daiki seolah terlihat sangat pelit. “Menyingkir kau! Aku tidak butuh teman!” Daiki terus menghindar sembari terus mencari keberadaan Yukie. Ginji tak merasa putus asa, dia selalu terus membuat Daiki berubah pikiran bagaimanapun caranya Daiki harus bisa menerimanya sebagai teman.“Oh, apa yang sedang dia lakukan di sana? Eh bukankah itu murid baru? Waah sedang apa dia sendirian di bawah pohon?” ucap Ginji di selingi senyum mengejek saat melihat Yukie duduk di bawah pohon menikmati makanannya. Mendengar ucapan Ginji, Daiki langsung mengalihkan pandangannya ke arah di mana Ginji menatap.Di sana nampak dari kejauhan dia melihat sosok perempuan yang sedang di cari olehnya. Tanpa berfikir panjang, Daiki melangkah keluar dari kantin dan pergi menemui Yukie. “Daiki tunggu kau mau ke mana?” Ginji tak mau tertinggal dia mempercepat langkahnya mengejar Daiki yang sudah menjauh. Daiki harus berjalan memutar melewati lapangan basket karena posisi Yukie berada di sisi lapangan itu. Sedang asik-asiknya menikmati makan siang, seketika terganggu karena Daiki yang mengejutkannya.Yukie melihat sepasang sepatu berdiri tepat di depannya. Perlahan Yukie mengangkat pandangannya ke atas. Dan setelah melihat wajah Daiki di sana, Yuki pun berucap.“Kenapa?” tanyanya kebingungan. Tak menjawab pertangaannya, Daiki hanya menghela nafas panjang lalu mengeluarkan uang dari sakunya.Dia mengulurkan tangan dengan uang 100 yen di sana.“100 yen?” ucapnya secara tiba-tiba membuat Yukie kebingungan. Kini dia terlihat sedang membereskan bekal makanannya.“Untuk apa uang ini?” ucapnya tanpa menoleh ke arah Daiki. “Ambillah, aku tidak ingin ada hutang dengan seseorang!” jelasnya. Ujung matanya melirik ke arah tangan Daiki yang masih bertahan di sana dengan uangnya.“Hutang?” matanya menyipit, seakan berfikir keras dengan apa yang baru saja Daiki ucapkan. “Tidak perlu berlagak sok bodoh! Kau pasti ingat denganku, kan?” Tak ada jawaban dari Yukie, gadis itu hanya diam dengan pandangan lurus ke wajah Daiki. Jelas dia ingat siapa lelaki itu, namun melihat selembar uang 100 yen di tangannya membuat Yukie tak mengerti dengan apa yang sedang dia ucapkan. “Maaf, tapi untuk apa uang itu?” Tak ingin berlama-lama lagi di sana, Daiki pun memberikan uang itu kepada Yukie.“Ambil uang ini, aku sudah memberinya lebih. Jadi urusan kita selesai!” setelahnya Daiki pergi, namun baru beberapa langkah menjauh, Yukie memanggilnya. “Hei!!” Langkahnya terpaku lalu menoleh ke belakang mendapati Yukie tengah berdiri membawa uangnya.“Sepertinya di sini kaulah yang hilang ingatan! Kau sudah membayar kemarin semua bakpaomu... jadi aku tidak butuh uang ini lagi! Ambil kembali uangmu!” dengan ketus Yukie menyodorkan uangnya ke arah Daiki. Namun lelaki itu hanya diam dengan wajah dingin tanpa ekspresi menatap uang di tangan Yukie.“Kapan aku membayarnya?” Daiki lalu terdiam, mengingat kemarin bertemu dengan sang Kakak di tempat yang sama membuat Daiki berfikir bahwa Daisuke lah yang telah membayar bakpaonya.“Aku juga tidak butuh uang itu!” “Aku lebih tidak butuh! Jadi kau ambil saja kembali uangmu!” melihat Daiki membuang muka, Yukie pun semakin kesal.“Kau, ambil uang temanmu! Katakan padanya kalau aku tidak butuh uang darinya!” Yukie membeikan uang itu kepada Ginji yang masih setia berdiri di sampingnya. “Aku?? Kau memberikan ini padaku?” dengan senang hati Ginji menerima uang itu dari Yukie namun setelah melihat Daiki membulatkan mata ke arahnya, Ginji pun mulai ketakutan namun bukannya mengembalikan uang itu pada Yukie dia justru menyimpan uangnya ke dalam saku. Tak ingin berlama-lama di tempat itu dan lagi pula makanannya sudah habis, maka Yukie berniat pergi dari sana.Setelah membereskan kotak makanan Yukie beranjak berdiri namun langkahnya terhenti di depan Daiki.“Terima kasih setidaknya setelah kau kabur dan makan bakpaoku, kau kembali lagi untuk membayarnya!”“Walaupun sebenarnya orang ini sangat menjengkelkan!! Bisa-bisanya memiliki dua sifat kepribadian yang berbeda, kadang ramah tapi terkadang juga menjengkelkan! Aneh” lanjutnya dalam hati.Yukie pun memilih pergi meninggalkan mereka. Daiki terkekeh sinis melihat sikap Yukie yang sepertinya tak mudah tertindas olehnya. “Daiki??” seru Daisuke dari arah lain.“Aku mencarimu dari tadi, sedang apa kau di sini?” pandangannya kini teralihkan ke punggung Yukie yang sudah semakin menjauh.“Siapa dia?” Daisuke sebelumnya sempat melihat gadis itu berbincang dengan Adiknya. “Bukan siapa-siapa! Tidak penting!” jawab Daiki sembari melirik ke arah Yukie. “Ibu mencarimu, pergilah ke ruang kepala sekolah, sekarang!”Tok tok tok!Daiki membuka pintu lalu tanpa menunggu sahutan dari dalam dia langsung masuk dan duduk di sofa.Izumie yang melihat tingkah Putranya mencoba untuk memahami, bahwasannya selama ini Daiki tinggal memang bersama Ayahnya. Sehingga jika sikapnya slengekan dan jauh berbeda dengan Daisuke, dia mencoba untuk mengerti.Perempuan paruh baya itu beranjak berdiri melangkah mendekati Daiki dan berdiri di samping sofa mengusap dengan lembut ujung kepala Putranya.“Daiki” sapanya dengan lembut.Daiki tahu kemana arah pembicaraan Ibunya, maka dari itu dia langsung menyahut pembicaraan.“Kalau Ibu memintaku untuk bersikap manis di sekolah, aku tidak bisa!”Ucapannya langsung mematahkan usaha Izumie untuk melembutkan hatinya.“Daiki, Ibu tahu ini pasti sulit bagimu. Tapi melihat kau sangat kurang di beberapa mata pelajaran setidaknya kau bisa bersikap b
“Jadi, mereka kembar? Astagaa kenapa aku bodoh ya. Bagaimana mungkin satu orang memiliki dua kepribadian yang berbeda! Tapi ada juga yang seperti itu. Lalu bagaimana kalau aku bertemu dengan Senior nanti” Yukie merasa malu karena sikapnya yang selalu marah-marah kepada Daisuke karena ketidak tahuannya.Setelah selesai memberskan buku yang berserakan di lantai Yukie bergegas masuk ke kelas karena jam pelajaran akan di mulai.“Perhatain semuanya, untuk tugas biologi kalian harus berkelompok. Satu grub terdiri dari 3 siswa dan tunjuk salah satu sebagai pemimpinnya. Ingat aku tidak ingin kalian mengambil laporan hasil kerja dari artikel internet aku ingin kalian bekerja keras membuat laporan sesuai data riset yang kalian kerkajan di lapangan” Sensei memberi tugas untuk semua murid di akhir minggu ini dan harus di kumpulkan hai senin.Yukie tak tahu harus berkelompok dengan siapa, dia mulai kebingungan karena semu
“Dasar anak setan! Ke sini kau!” Bibi Mai beranjak ingin mengejar Daiki namun Anak itu segera kabur berlari menjauh. Dan itu Yukie jadikan kesempatan untuk masuk ke dalam kamar bersembunyi.Flash back Off. ****************Terlihat Daiki tengah berdiri di depan taman hiburan di mana tempat itu mengingatkannya pada gadis kecil yang pernah dia temui dulu. Jika saja Daiki mengingat namanya mungkin tak sulit untuk mencarinya kembali.Namun sayang dia benar-benar lupa dengan namanya yang dia ingat hanya ketika memberikan kalung miliknya pada gadis itu.“Au!” Daiki mengeluh sakit di bagian belakang kepalanya.Ada rasa nyeri saat tangannya menyentuh tengkuknya. &nbs
Masalah pun beres, namun Yukie tetap kesal karena barang-barangnya sudah pergi di bawa oleh mobil pengangkut sampah.Karena adanya masalah Yukie mereka akhirnya menyudahi pertemuan kali itu. Ginji memilih kembali terlebih dulu sementara Yukie nampak berjalan menuju ke jalan utama.“Astagaaa bagaimana aku menghadapi Bibiku nanti. Aku yakin dia pasti akan menghajarku habis-habisan” gumamnya resah sepanjang jalan.Yukie mulai gelisah matanya yang basah mulai meteskan airnya. Dengan kasar tangannya mengusap pipinya yang basah.Kesal karena hidupnya selalu saja ada masalah yang membuatnya semakin terpuruk dan terkadang sempat terbesit ingin mengakhiri semuanya.“Kenapa hidupku seperti ini!” teriaknya dalam hati.Tin tiiiiinnn!Daiki menghentikan mobilnya tepat di depan Yukie yang sedang duduk di bangku halte.“Astgaaa! Anak ini benar-benar senang sekal
“Siapa itu?”Terkejut mendengar suara Yukie yang menyadari ada seseorang di luar pintu, Daiki langsung bergegas pergi.Yukie cepat-cepat memakai kaos olah raganya lalu segera keluar dari ruangan itu. Dengan cepat Yukie membuka pintuna, namun dia tak menemukan siapapun di sana.Prrriiiiiiittt!!!Sensei meminta semua murid untuk berkumpul di tengah-temgah lapangan dan menunjuk salah satu dari mereka untuk memimpin pemanasan.“Daiki, maju! Pimpin pemanasan kali ini!”Mendengar nama Daiki di sebut Yukie langsung menoleh kearah lain mencari keberadaan Daiki, ternyata lelaki itu berdiri di barisan belakang. Entah kenapa Yukie merasa senang melihat Daiki tak membolos sekolah.Daiki dengan santai melangkah maju ke depan. Dia terlihat sangat tampan mengenakan seragam olah raga yang sengaja di bagian lengannya di lipat sampai ke pertengahan. Entah kenapa jus
Selesai jam pelajaran olah raga Daiki kembali ke ruang ganti untuk berganti seragam. Dia membuka lokernya dan mengambil kemeja serta celananya.“Hei! Ada apa denganmu?” Ginji mulai khawatir melihat Daiki yang tak bisa fokus hari ini.“Aku tidak apa-apa!!” seketika Daiki terdiam, entah apa yang membuatnya kesal. Mengingat kebelakang bahwa Yukie berjualan bakpao setiap pulang sekolah lalu teringat ketika Yukie marah karena barang dagangannya di buang oleh pelayan coffee dan lagi tubuhnya yang memar di mana-mana membuat Daiki penasaran.Tidak tahu apa penyebabnya namun melihat Yukie seperti kesakitan saat itu dia merasa tak bisa tinggal diam.Mungkin itulah penyebabnya Daiki jengkel karena terlalu memikirkan Gadis itu.“Aaaaaaa!!!!!!” suara teriakan itu berasal dari ruangan sebelah, di mana di sana adalah ruangan tempat untuk para murid perempuan berganti baju.Semua murid
Ting ting ting!Bel berbunyi tanda bahwa kereta akan segera tiba, Yukie langsung memposisikan dirinya di barisan paling depan. Sementara Daiki di belakangnya menahan para gerombolan orang yang berdesak-desakan agar tubuh Yukie tak terdorong ke depan karena pastinya sangat berbahaya.Kereta berhenti tepat di depannya, setelah pintu terbuka Yukie pun masuk. Daiki yang berdiri di belakang tak mampu lagi menahan mereka yang jumlahnya semakin bertambar dan lebih banyak, zseperti arus yang kuat dia ikut terdorong sampai menabrak tubuh Yukie. Mereka saling mendorong masuk karena takut akan tertinggal kereta.Yukie terkejut saat tubuhnya terdorong maju. Tak siap menahan dorongan dari belakang, tubuhnya seperti terseret arus yang membuatnya sampai terhimpit ke ujung.Brugh!!“Aduh” rintih Yukie, hampir saja kepalanya terbentur besi.Kejadian itu membuat Daiki terkejut dan langsung re
Yukie hanya bisa diam menunduk menatap tangannya yang di genggam oleh Daiki. Sangat erat, tangan Daiki begitu besar dan lebar. Nampak terlihat urat halus di punggung tangannya.Yukie bisa merasakan tangan Daiki begitu terasa dingin namun rasanya seperti mengalirkan arus panas seperti tersengat listrik melalui tangannya yang membuat sekujur tubuh Yukie menjadi hangat.“Lepas! Aku bukan anak kecil!” Yukie berusaha menepis tangannya karena sangat gugup.Bukannya mengindahkan permintaan Yukie, Daiki justru semakin menguatkan cengkeraman tangannya kepada Yukie.Daiki membuang pandangannya ke sekitar.“Apa rumahmu masih jauh!” Daiki mencoba mengalihkan pembicaraan.Yukie yang sengaja memperlambat langkah kakinya mulai mengalihkan perhatiannya dari Daiki yang langkahnya jauh lebih cepat selangkah darinya.“Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya! Setiap saat membuatku kesal tapi dia sepertinya