Share

Mulai Terbiasa

Madam Gisel menjawab Tania melakukan perawatan tubuh seminggu dua kali. Tapi malam ini dia tidak melakukan hal itu karena tidak melayani tamu vip. Madam Gisel tidak mau menunda waktu lagi. Ia menggandeng Marni untuk segera melakukan perawatan di sebuah spa khusus untuk pegawainya.

“Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan Marni. Ayo segera percantik dirimu!” seru Madam Gisel.

“Tunggu Madam aku saja bangun tidur. Kepalaku jadi pusing jika madam memaksaku untuk segera bangun,” ucap Marni.

Madam Gisel tidak mengindahkan permintaan Marni. Ia tetap menggandeng Marni menuju tempat spa. Pikiran madam Gisel adalah ketika sudah melakukan spa semua pusing itu akan hilang dan Marni akan menjadi fresh kembali.

“Berikan aku terapis yang berkualitas untuk melayani Marni. Malam ini ada tamu vip yang ingin dilayani olehnya!” seru madam Gisel.

“Mari silahkan masuk kamar nomor empat. Biar saya yang melayani nona Marni,” ucap terapis pilihan.

Madam Gisel menyetujuinya. Ia melihat wajah Marni yang menahan sakit. Madam menasehatinya jika sudah melakukan terapi pijat seluruh badan akan segar kembali. Madam meminta Marni untuk percaya padanya. bahkan madam memerintahkan pegawai spanya untuk menservice tubuh Marni dengan baik sehingga bisa melayani tamu vipnya tiga kali tanjakan bahkan lebih.

“Serahkan pada saya madam. Akan aku buat nona Marni menjadi wanita perkasa malam ini,” ucap pegawai spa itu.

“Bagus kamu memang yang terhebat,” jawab madam Gisel sambil tertawa.

Marni menjalani terapi pijat lulur seluruh badan selama dua jam penuh. Mandi air mawar serta aroma terapi. Benar sekali lelah ditubuhnya hilang kepalanya tidak pusing lagi dan ia merasa relax. Saatnya kini ia melakukan pemilihan baju panggung juga make-up yang akan dilakukan oleh tenaga professional lainnya.

“Nona Marni tugas saya sudah selesai. Silahkan menuju ruang pakaian untuk memilih gaun panggung anada,” ucap terapis pilihan tersebut.

“Terima kasih kak, pijatanmu sungguh luar biasa. Ini tips untukmu, kedepannya aku akan sering mencarimu untuk melakukan spa untukku,” ucap Marni.

Marni telah terbiasa melakukan pekerjaannya seperti ini. Setiap malam ia harus bernyanyi di ruangan khusus vip yang datang kesana adalah tamu khusus untuk menikmati lagu juga bisa meniduri penyanyinya. Suaranya yang merdu juga tubuhnya yang aduhai membuat banyak lelaki hidung belang yang menjadi penggemarnya. Saat ia tampil akan banyak yang berebut untuk bisa bermalam dengannya.

“Mohon maaf semuanya. Malam ini sudah ada yang berjanji dengan Marni dia telah memberikan uang mahar. Jadi setelah Marni bernyanyi akan langsung ke tempat yang telah dijanjikan,” ucap madam Gisel setelah Marni bernyanyi.

“Kenapa ini berasa tidak adil. Sudah ada yang bermain curang memberikan mahar sebelum tampil,” keluh pengunjung kelas vip tersebut.

“Tuan-tuan jika ingin memberikan mahar sebelum Marni tampil juga boleh. Asalkan mau mengantre. Saat ini ada banyak yang sudah memberikan mahar untuknya,” balas Madam Gisel.

Akhirnya semua telah sepakat jika ingin bermalam dengan Marni dan menikmati suara merdunya secara pribadi bisa memberikan mahar jauh-jauh hari. Marni melayani tamu yang dimaksud oleh Madam Gisel. Tamu itu bermain dengan sangat ganas malam ini sehingga ia merasa sekujur tubuhnya lemas.

“Marni sudah siang kenapa kamu tidak segera bangun. Kembalilah ke kamarmu jika ingin istirahat.” Seseorang membangunkan Marni.

“Ya ampun sudah jam berapa ini?” tanya Marni sambil mencoba untuk bangun dari ranjang kamar tamu vip.

“Sudah jam sembilan pagi nona, maaf ya kamarnya akan saya bersihkan. Silahkan nona membersihkan diri dan tidur ke kamar anda di asrama saja. Atau apakah anda perlu seorang untuk mengantar anda?” tanya seorang yang bertugas membersihkan kamar itu.

Marni mencoba berdiri dari tempat tidurnya. Ia meminta tolong diambilkan segelas air minum untuknya. Usai membersihkan diri Marni segera pulang ke asramanya untuk istirahat. Semalam adalah malam yang menggairahkan. Marni ingin segera keluar dari tempat yang menyengsarakan baginya ini. Namun kontrak kerjanya masih lama.

“Marni ini makan siang untukmu. Apakah kamu tidak lapar, aku melihat makanan pagimu masih ada di meja. Kau harus makan supaya tidak sakit!” tegas Tania yang masuk ke dalam kamar Marni.

“Aku baru saja bangun. Manusia tua semalam membuatku tidak bisa bergerak ketika bangun tidur,” keluh Marni seraya memegangi pinggangnya.

Tania menertawakannya, memang seperti itu kalau bermain kebanyakan jadinya pinggangnya sakit. Tania mengajak ngobrol Marni sambil makan siang bersama. Mereka menjadi akrab dan saling mencurahkan perasaan yang mereka pendam.

“Aku sudah terbiasa dengan pekerjaanku sekarang. Bernyanyi dan melayani para pria hidung belang yang berebut untuk bermain denganku. Apakah istri-istri mereka tidak tahu kalau suaminya suka bermain gila diluar rumah?” tanya Marni.

“Mungkin saja mereka tahu. Dunia orang kaya berbeda dengan orang seperti kita yang apa-apa mikir jika mengeluarkan uang,” jawab Tania.

Marni menghela nafasnya. Pekerjaan buruk seperti ini harusnya tak ia lakukan. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah kehendak Tuhan. Mau protes juga sama siapa, pilihan juga ada ditangannya, jalani saja selama dua belas bulan ini. Setelah kontrak habis Marni berencana untuk menghentikan semua ini. Mungkin kembali ke kampung halaman menenangkan diri dulu barulah memulai kehidupan yang baru.

“Aku kadang merasa diriku ini sungguh hina. Setiap malam tidur dengan lelaki yang berbeda melayani napsu mereka yang buas hanya demi sebuah uang!” seru Marni yang menyesali perbuatannya.

“Marni menyesal tidak ada gunanya bukan. Sekarang lebih baik menyelesaikan kontrak kerja barulah memikirkan jalan hidup selanjutnya,” ucap Tania.

“Kau benar Tania, roda kehidupan ini terus berputar aku yakin suatu hari nanti akan ada keadilan dari Tuhan untukku juga untukmu,” balas Marni.

Mereka kembali mengobrol sepanajng hari. Mereka melakukan senam berdua dengan menonton tutorial dari sosial media yang disambungkan ke layar televisi yang lebar. Senam kebugaran untuk tubuh mereka agar selalu dalam kondisi prima.

“Aku senang Marni dan Tania akur seperti ini, mereka berdua adalah tambang emas untukku. Tubuh yang aduhai, suara merdu, paras yang rupawan membuatku kaya raya,” seru madam Gisel yang melihat mereka sedang melakukan senam kebugaran.

“Teruslah rukun ya anak-anakku,” imbuh madam Gisel menhampiri Marni dan Tania.

Mereka berdua menghentikan senam kebugaran jasmani yang dilakukan. Lalu memberikan salam kepada madam Gisel yang datang. Madam Gisel meminta mereka untuk melanjutkan senam kebugarannya.

Karena kesehatan untuk nomor satu jika mereka sakit siapa yang akan memeriahkan panggung ruang vip. Yang lain hanya sedikit penggemarnya. Meli itu juga cukup lumayan tapi banyak yang mengeluhkan pelayanannya kurang memuaskan.

“Madam maaf kami tidak tahu kalau madam tiba di kamar ini, silahkan duduk madam,” ucap Tania.

“Tidak usah sungkan Tania juga Marni. Aku hanya kebetulan lewat dan senang sekali melihat kalian ruku, sudah lanjutkan saja senam kebugaran kalian ini. Kalian ini memang dua anak kesayanganku,” balas madam Gisel sambil tertawa.

Madam Gisel yang terlihat senang itu tiba-tiba teringat sesuatu. Dia meninggalkan kamar Marni dan meminta Tania dan Marni untuk segera melanjutkan senamnya. Juga mengingatkan mereka berdua untuk tidak beraktivitas berlebihan karena bisa capek sebelum malam tiba.

“Kami akan terus rukun madam. Tania orang yang baik asyik diajak ngobrol juga,” jawab Marni.

“Ya ampun aku lupa kalau ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Kalian lanjut saja ya senamnya tapi ingat jangan sampai kelelahan!” seru madam Gisel.

“Baik madam Gisel. Apakah ada yang bisa kami bantu madam untuk mengurus sesuatu itu madam?” tanya Marni.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status