Terima kasih udah mampir đź’›
🏵️🏵️🏵️Aku tidak ingin melihat keluarga Mas Revan menanggung malu karena perbuatan Bimo. Aku sudah ikhlas menerima kenyataan kelam yang terjadi di masa lalu. Mungkin peristiwa itu merupakan jalan untuk mempertemukan aku dengan suami dan mertua yang sangat menyayangiku.Mereka selalu memberikan kasih sayang penuh kepadaku hingga membuatku terharu. Aku pun dengan ikhlas telah berhasil memberikan hati dan segenap jiwaku kepada Mas Revan yang sangat mencintaiku. Aku bangga dan bersyukur menjadi wanita yang selalu mengisi hari-harinya. “Kita harus segera ke rumah sakit, Van,” ajak papa mertua.“Auh!” erangku karena tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di bagian perut.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Mas Revan.“Perutku sakit banget, Mas.” Aku menggenggam tangannya.“Mungkin Dara mau melahirkan, kita harus ke rumah sakit sekarang,” tebak mama mertua lalu segera bersiap-siap.Mas Revan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk persalinanku, setelah itu kami segera menuju rumah sakit.“Sakit
🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki delapan bulan. Perhatian Mas Revan membuatku ingin selalu berada di sisinya. Dia mengaku kalau aku makin manja dan harus benar-benar disayang sepenuh hati.“Mas, aku pengen makan nasi goreng buatan kamu,” pintaku saat jarum jam telah menunjukkan pukul 23.30 Wib.Mas Revan selalu menyempatkan waktu memasak nasi goreng untukku semenjak usia kandunganku tujuh bulan. Aku juga sangat heran, setelah kandunganku melewati bulan keenam, selera makan makin meningkat, tetapi paling uniknya harus nasi goreng masakan Mas Revan. Dia menyebut keinginanku itu bukan mengidam, tetapi ketagihan.“Ini udah malam, Sayang. Besok aja, yah,” ucapnya memberi alasan.“Tapi aku maunya harus sekarang, titik dan nggak pakai koma!”Aku tetap bersikeras agar Mas Revan memasak nasi goreng. Dia pun segera duduk karena dari jam sembilan malam, kami berbaring sambil berbincang-bincang. Dia kemudian mengusap-usap perutku.“Anak Papa lapar, yah? Sebentar, yah, Papa masak dulu,
POV BIMO🏵️🏵️🏵️ Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, aku membawa Dara ke tempat yang telah kusiapkan khusus untuk kami berdua. Setelah tiba di depan vila, dia tampak sangat terkejut.“Ini di mana, Bim?” tanya wanita itu sambil melihat sekeliling.“Masuk, yuk, nanti juga kamu pasti akan tahu sendiri,” balasku lalu menggengam tangannya.“Aku bisa sendiri, Bim.” Dia menepiskan tanganku. Sombong banget, nih, cewek.Aku memintanya memasuki kamar yang telah kusiapkan. Awalnya, dia menolak, tetapi dengan niat yang sudah kurencanakan, aku meraih tangannya hingga masuk ke dalam. Pintu segera kututup dan kunci. Dia kembali terkejut dan memintaku untuk membukanya karena sedang berduaan.Aku dengan kasar menolak permintaannya dan mulai melaksanakan aksi dan rencanaku. Dia berusaha memberontak, tetapi sia-sia. Aku dengan semangat akhirnya merenggut sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.Ini merupakan pengalaman pertamaku melakukannya bersama gadis yang masih benar-benar polos,
POV BIMO🏵️🏵️🏵️Saat itu, aku sedang duduk di bangku kuliah semester dua dan kala itu sangat suka memperhatikan gadis yang hampir setiap hari menunggu angkutan umum di halte. Halte itu tepatnya berada tidak jauh dari salah satu SMA di kota ini. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaranku makin bertambah kepadanya. Walaupun hanya melihatnya dari jarak jauh, tetapi aku telah memiliki perasaan lebih untuknya.Akhirnya, tanpa berpikir panjang lagi, aku memberanikan diri berkenalan dengannya, tetapi saat itu dia tidak sendiri, tetapi bersama temannya. Aku tidak menghiraukannya karena tujuanku ingin lebih mengenal gadis yang telah mengisi relung hatiku. Ternyata namanya Dara, nama yang sangat indah persis seperti orangnya.Setelah perkenalan itu, akhirnya kami makin dekat dan sikapnya menunjukkan kalau dia juga tertarik kepadaku. Dia berniat untuk melanjutkan kuliah di kampusku karena saat itu, dia duduk di bangku SMA kelas tiga. Dari niatnya sudah sangat jelas terlihat jika dia ingin sel
🏵️🏵️🏵️“Besok kita ke rumah orang tuaku, yah, Mas. Aku kangen mereka,” ajakku kepada Mas Revan. “Iya, Dek, kita perginya dari pagi aja karena aku juga libur.” Aku bahagia mendengar jawabannya.“Kita nginap, yah, Mas, satu malam aja.”“Kenapa harus minta izin? Tinggal nginap aja, nggak apa-apa.” Dia selalu mampu membuatku menjadi istri paling beruntung.“Makasih, Mas. Makin cinta, deh.” Aku membenamkan wajah ke dadanya.“Hm! Istri siapa, sih, manja banget.” Dia mengusap rambutku.“Istri Dokter Revan, dong. He-he!”“Makin hari rasa cintaku makin besar untukmu, Dek. Kamu anugerah terindah dalam hidupku. Kehidupanku jauh lebih berwarna setelah kehadiranmu. Kamu wanita sempurna bagiku.” Dia mencium kepalaku.“Aku jauh dari kata sempurna, Mas. Aku hanya wanita biasa yang sangat beruntung mendapatkan suami sepertimu. Bagiku, kamu pangeran berkuda yang dikirimkan untuk menjaga dan melindungiku.”“Makin dewasa, yah, istriku, nih.”“Harus, dong, Mas. Sebentar lagi akan menjadi seorang ibu ya
🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tiga bulan. Mas Revan mengajakku ke tempat praktik Dokter Mira.“Gimana bayi kami, Dok?” tanya Mas Revan setelah Dokter Mira selesai memeriksa kondisiku.“Perkembangannya bagus, tapi kalau bisa ibunya harus menambah porsi makannya lagi,” saran Dokter Mira.“Semenjak hamil, selera makan Dara sangat berkurang, Dok. Setiap mencium aroma masakan pasti langsung mual, terus muntah. Saya juga heran karena usianya sudah memasuki tiga bulan, tapi rasa mualnya seperti baru ngidam,” jelas Mas Revan.“Itu biasa, Dok. Ada juga yang mualnya sampai usia kehamilan delapan bulan. Jadi, jangan heran jika Dara mengalami hal yang sama. Kalau selera makannya masih tetap seperti sekarang, coba dialihkan ke makanan lain, yang penting mengandung karbohidrat dan protein.”“Baik, Dok, nanti saya akan cari makanan yang bisa diterima perutnya.”“Mbak Dara, gimana perasaannya sekarang?” tanya Dokter Mira kepadaku.“Sering lemas, sih, Dok. Mungkin karena sering muntah,”