Share

Bab 32

Aku menggaruk dahi sekilas. "Itu tidak disengaja, Mas. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba ada Mas Ilham di sana tanpa kendaraan. Kami tidak macam-macam, kok."

"Memang mas menuduhmu macam-macam dengan Ilham?"

Benar juga, sih. Tanpa menjawab, aku langsung menuju kamar siap-siap mandi. Sekitar 30 menit, aku sudah siap. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, aku menyeduh teh di depan televisi ditemani Mas Dika.

Tiba-tiba teringat payung Mas Ilham yang dipinjaminya. Hujan yang sudah reda membuatku hendak beranjak, tetapi Mas Dika menahan. Dia bertanya, "kamu mau ke mana?"

"Ngembaliin payung Mas Ilham, Mas. Takutnya malah disangka nyuri sama Nurul kalau gak segera dikembalikan."

Sayang sekali, rasa kantuk tiba-tiba menyelimuti jiwa ketika aku berdiri dalam kamar. Tanpa aba-aba, kaki melangkah dan langsung merebahkan diri di tempat tidur.

Sore hari, aku sudah berdiri di depan rumah Mas Ilham. Sebenarnya Mas Dika memaksa besok saja, tetapi aku nek

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status