GAIRAH CINTA TERLARANG
PART 14
Jenak kebisuan memenuhi mobil. Kami berdua larut dalam pikiran masing-masing. Sibuk menjalin jemari untuk hilangkan rasa gugup yang mendera.
"Kamu banyak berubah,Tania yang dulu sama sekarang tu beda banget. Tadi saja aku hampir tidak mengenalimu," ujar Revan memecah keheningan.
"Sama saja, tidak ada bedanya," sahutku.
"Beda, dulu kamu tidak berhijab, sekarang kamu berhijab. Cantik." Revan membuatku sejenak melupakan sakitku.
"Hehhehe ... bisa saja kamu, Van." Aku tersenyum ringan.
"Sudah lama kita nggak jumpa, aku pikir kita tidak akan pernah berjumpa lagi." Revan melirik ke arahku.
"Iya, salah kamu sendiri, pergi tanpa pamit," jawabku ketus.
"Tapi, hari ini, kita bertemu lagi, mungkin ini sebuah takdir ...."
"Takdir apaan, Van?" Aku mengernyitkan dahiku sebagai tanda otakku sedang berpikir keras.
"Takdir apa, ya? Aku juga tidak tahu, hahahhahah ...." Revan tertawa lepa
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 17Aku membantu mbok Yem membersihkan kamar. Kemudian, beranjak mandi beberapa menit untuk kembali menyegarkan badan pikiran. Rinai air turun dari kran seiring air mata yang berlomba mencapai pipi.Tenang Tania, semua akan baik-baik saja. Aku meyakinkan diriku sendiri. Mendoktrin diri sendiri untuk tenang.Keluar dari kamar mandi, kamar sudah rapi seperti semula. Meski, beberapa botol parfum dan make up_ku pecah tiada bentuk. Aku tak peduli, aku bisa membeli tokonya sekalian.Mataku beralih pada foto pernikahan. Saksi cintaku dengan Mas Satria. Diambil kala sumpah setia didengungkan penuh cinta. Namun pada akhirnya dia menjadi pengkhianat cinta."Mbok, fotonya bawa keluar saja," pintaku padanya. Mata senjanya memandangku heran."Baik, Bu," jawabnya seraya mengambil foto yang tertinggal dengan bingkai ukiran kayu. Kacanya berserak di lantai.Drrrrt ... drrrrttt!Su
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 18Sesampai di tempat perjanjian. Lelaki yang ingin kutemui belum nampak batang hidungnya. Aku harus bertindak sebelum semuanya terlambat."Maafkan aku, Pa, kamu yang memulai semua ini," lirihku pilu."Buk Tania." Suara berat lelaki di sampingku membuat lamunanku buyar."Maaf saya terlambat!" Dia menarik kursi dan duduk di hadapanku. Sejurus kemudian duduk menatapku lekat."Tidak apa-apa, Pak," ucapku datar."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" selidiknya dengan menatapku tanpa kedip. Tangannya mengesek layar benda persegi di tangan."Saya ingin mengubah beberapa sertifikat aset berharga kami atas nama anak-anak dan nama saya, gimana, Pak?" tanyaku pelan. Berharap jawabanya sesuai dengan keinginan."Gampang Bu, asalkan ada persetujuan dari pemilik sebelumnya, semua sangat mudah, Bu," jawabnya s
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 19Marsya tidur di kamar tamu. Aku malas menemaninya, aku ingin menyendiri. Arisya kubaringkan di sebelahku. Melihat wajah mungilnya membuat embun menetes di sudut mata.Kemewahan, kekayaan, tiga orang buah hati, istri yang sempurna tidak membuat Mas Satria merasa cukup dengan apa yang dia miliki."Kurang aku dimana, Mas?" tanyaku bak orang gila.Ku raih ponselku, berselancar di dunia maya, aku buka akun Talitha, pembaruan foto profilnya beberapa jam yang lalu, dia mengunggah fotonya dengan Roby.Jadi benar, Talitha menikah dengan Roby, setidaknya aku tidak perlu khawatir lagi dengan Talitha. Sekarang fokus pada Karmila.Aku harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka harus merasakan akibat dari perbuatan yang mereka lakukan kepadaku."Mbak!" panggil Marsya dari luar."Iya ... masuk, Dek," sahutku cepat.Marsya masuk dengan baju tidu
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 20"Stop, Marsya! I don't like to talk about that," ucapku dengan raut wajah tidak suka."Marsya bercanda, Mbak eee," ujarnya seraya tersenyum manis."Mbak, nggak suka, Dek," balasku tanpa ekspresi."Mas Satria terlalu tampan dan mapan, pasti di luaran sana banyak yang ngincar Mas Satria. Mbak harus pinter jaga Mas Satria." Marsya menatapku penuh arti."Kalau Mas Satriamu cinta dan sayang sama Mbak, tidak akan ada yang bisa mengambil dia dari Mbak," tegasku pada Marsya.Marsya apa-apan ngomongin hal beginian. Dia nggak tahu dia hatiku sedang sakit teriris sembilu pengkhianatan Kakaknya. Hanya mampu mendumel dalam hati."Aku saja pengen punya suami seperti Mas Satria, baik, penyanyang, sabar, setia lagi," ujar Marsya girang. Dia sangat bahagia dalam mendeskripsikan sosok Kakaknya."Terus, calonmu tadi ada seperti Mas Satriamu, Dek?" tanyaku kesal."Ada Mbak, hampi
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 21Satu minggu berlalu, semua terasa hambar tanpa warna. Mas Satria sebentar lagi akan pulang. Marsya masih menginap di sini menunggu kepulangan kakaknya. Kehadiran Marsya menambah beban pikiran. Akan tetapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin aku mengusirnya begitu saja."Maaaaas!" teriak Marsya seraya berlari memeluk Mas Satria.Aku hanya tergugu menyaksikan Marsya yang terlalu excited dengan kepulangan Mas Satria. Huh! Harusnya aku yang seperti itu. Geram."Kamu masih di sini, Sya?" tanya mas Satria. Tanganya membelai pipi Adik kesayangannya."Iya, tunggu Mas pulang, rindu ... peluk lagi!"Melihat sikap Marsya kepada suamiku membuatku geli sendiri. Mereka berdua tidak sadar usia. Tidak ada orang selebai mereka.Seharusnya, aku yang pertama kali di peluk mas Satria, aaah ... aku juga malas di peluknya sekarang. Aku hanya mendumelku dalam hati."Sayang
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 22Marsya memeluk Mas Satria. Ya Allah, wanita ini tidak tahu adab. Apakah dia sudah buta, hingga mengangap aku tidak ada. Kuhela napas pelan, pemandangan di depanku cukup membuatku sport jantung."Mas mau mandi, gerah!" Mas Satria menaiki tangga menuju kamar."Mas, sudah puas kangen-kangenannya?" tanyaku setengah mencibir."Nanti lagi, ya, Mas," timpal Marsya dengan suara mendayu-dayu."Tidak. Nanti giliranku," ketusku. Bisa kulihat wajah kesal Marsya. Hah! Wanita cantik ini mulai tak normal.Marsya bangkit dengan hentakan kaki kesal. Ya Allah, apa dosa hamba sampai mendapatkan ipar begini rupa? Astaghfirullah! Kuatkan iman hamba, ya Allah.Beberapa menit kemudian tendengar suara dari dalam kamar memanggil namaku."Ma! Mamaaaa!" teriak Mas Satria. Suaranya terdengar panik.Aku bangkit melangkah menaiki tangga. Aku sudah bisa menebak permasalahannya. Namun, berpu
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 23Mas Satria menurunkanku di depan pintu. Setelah pintu terbuka, kami melangkah masuk. Dia mengunci dari dalam. Kemudian, kembali mengendongku mesra.Tubuhku direbahkan atas ranjang. Tatapan nakal Mas Satria membuatku risih. Aku berusaha membuyarkan nafsunya. Mengajak dia berbicara. Banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya."Pa, ada yang ingin aku tanyakan," ujarku memulai pembicaraan."Apa, Ma? Katakan saja," sahutnya pelan. Terlihat wajah malasnya meladeni pertanyaanku."Roby dan Talitha kemana?" tanyaku penasaran. Suamiku menautkan alisnya. Aku tahu dia cukup terkejut dengan pertanyaanku."Papa pikir Mama mau tanya apa, rupanya nanya mereka," imbuhnya dengan mengulas senyum manis."Iya, mereka dimana, Pa?" tanyaku lagi. Mas Satria tidak langsung ke jawaban yang ingin kuketahui."Mana papa tahu, Roby tidak cerita apa-apa sama papa," jawabnya."Tumben,
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 24Hari-hariku terasa berat. Aku lebih suka menyendiri. Menyelami luka hati yang mengangga lebar.Kling! [Tan, aku di taman dekat rumah kamu, tolong datang sebentar, ada hal yang ingin aku sampaikan.]" Pesan yang di kirimkan Revan untukku.Aku dilema menimbang antara pergi atau tidak menemui Revan. Aku takut pertemuanku dengan Revan akan mendatangkan Fitnah yang akan semakin memperkeruh suasana.[Maaf, aku tidak bisa menemuimu, tolong mengerti posisiku.] balasku setelah beberapa menit.Beberapa detik kemudian, notifikasi whatsappku berutun. Ternyata, Revan mengirim puluhan foto kemesraan Mas Satria dan Karmila.[Tenang, aku akan membantumu menyelesaikan ini semua.] Balas Revan lagi.Aku sama sekali tidak berminat melibatkan orang lain dalam prahara rumah tanggaku, apalagi Revan, lelaki yang per