Part 142 Air mata ini mengalir, bukan karena takut atau kecewa. Akan tetapi, karena bahagia melihat semangat Revan untuk mengukir senyum di wajahku."Kalian lihat istriku, wanita tegar dan hebat. Dia masih bisa berdiri tegar, setelah beragam prahara menguncang jiwanya. Saya mendengar ada beberapa yang berbicara miring tentang istri saya. Perlu kalian ketahui yang kalian katakan itu semuanya benar. Dia ....""Cukup, Van!" teriakku seraya melangkah menaiki panggung utama.Semua mata menatapku dengan berbagai tatapan yang tidak mampu aku definisikan. Kuberanikan diri meraih mikrofon di tangan Revan. Awalnya Revan ragu memberikannya padaku. Namun, aku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja."Tentunya kalian bertanya-tanya dalam benak kalian, mengapa seorang Revan Adiwiguna menikah seorang janda sepertiku. Ya ... aku seorang janda dengan tiga orang anak, yang dua anakku meninggal karena polemik yang tercipta oleh suamiku terdahulu. Dan wanita tadi, dia adalah adik iparku "Marsya". Adiknya
Part 143"Pak Revan, Bu Marsya perlu penanganan kejiwaaan," suara yang terdengar dari ponsel Revan."Baik, sebentar lagi kami ke sana," ujar Revan dengan helaan nafas.Awalnya Revan melarangku. Namun, setelah aku membujuknya , lelaki tampanku mengizinkanku ikut bersamanya."Apa mungkin Marsya gila?" tanyaku pada Revan, saat kami berada di dalam mobil."Mungkin saja, kita belum tahu kejelasannya."Kasian Marsya," lirihku."Nggak usah kasihan sama orang seperti Marsya. Dia pantas mendapatkannya," sahut Revan cepat.Setengah jam perjalanan, mobil Revan memasuki halaman kantor polisi di daerah rumah Ayah. Untuk kesekian kalinya menginjakkan kaki di tempat ini. Dalam situasi yang berbeda.Pihak kepolisian mengajak kami menuju ruangan sel Marsya. Kondisinya sangat menyedihkan. Dia meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya. Langkah kaki kami yang semakin mendekat mengusik alam khayalnya."Tania, akhirnya kau datang menemuiku, apa kabar Kakak Iparku yang paling bo
GAIRAH CINTA TERLARANGPart 1"Ma, Papa keluar negeri satu minggu, ada tugas luar yang harus Papa kerjakan," ucap Mas Satria seraya melingkarkan tangannya di pinggangku.Perlahan, dia meletakkan kepalanya diceruk leherku, hingga hembusan napasnya membangkitkan bulu kudukku."Tugas apa lagi sih, Pa? Perasaan akhir-akhir ini Papa sering keluar negeri," jawabku dengan nada kesal.Wanita mana yang rela ditinggal lama-lama oleh suami mereka. Menghabiskan malam panjang seorang diri itu cukup membosankan. Itu yang aku alami hampir beberapa tahun terakhir."Mama sayang, Papa cari uang untuk membahagiakan kalian, untuk masa depan Rangga dan Adiba serta calon buah hati kita," sahut Mas Satria sembari mengusap lembut perutku yang tengah hamil delapan bulan. Lembut suaranya meredakan rasa kesal yang semakin meradang di hati."Iya Pa, tapi, kami juga butuh perhatian dan waktu Papa. Uang kita sudah banyak.
GAIRAH CINTA TERLARANGPart 2"Assalamualaikum sayang!" Wajah Mama Mas Satria terlihat seiiring pintu kamar terbuka.Secepat kilat kuhapus air mata, agar Mama Rina tidak melihat keresahanku. Ucapan Mas Satria pun terhenti. Tak ada gunanya berdebat untuk saat ini."Waalaikum salam, Ma," jawab Mas Satria bersemangat. Wajahnya berubah ceria melihat kedatangan mama. Aku mengulas senyum terindah menyambut mertua tercinta."Kali ini kamu selamat, Mas," lirihku dalam hati."Maafkan Mama ya, Sayang. Mama tidak bisa menemani kamu di rumah sakit kemarin," ujar mama Rina seraya mengecup keningku lembut."Tidak apa, Ma, Tania mengerti keadaan Mama yang super sibuk," jawabku seraya menyunggingkan senyum manis untuk mama mertuaku yang baik hati."Cucu mama mana, Nak?" Tanya Mama seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan."Itu, Ma." Tunjuk Mas Satria ke arah box bayi di sudut kamar.
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 3Aku mencoba mencari suaminya Karmila. Namun, itu pekerjaan sia-sia. Ratusan lelaki berada dalam ruangan saat ini. Hampir sebagian tidak terdeteksi olehku."Kamu sendiri ke sini, Karmila?" tanyaku ingin tahu."Iya Mbak, suami saya sedang ada dinas luar Mbak." Ada rasa tidak suka saat melihat Karmila melirik Mas Satriaku.Mas Satria pun terkesan curi-curi pandang ke arah Karmila. Ah! Sungguh menyebalkan berada dalam situasi seperti ini."Ya sudah, Misya biar aku gendong, kamu makan saja dulu," ujar Mas Satria lembut. Jantungku berdebar mendengar lembutnya suara Mas Satria."Baik, Mas, eh, Pak." Netraku menatap lekat ke arah Mas Satria. Tatapanku mengisyaratkan aku butuh jawaban atas keanehan ini. Karmila berlalu di hadapanku. Berjalan anggun ke arah meja makanan.Perhatianku beralih pada Mas Satria yang sibuk menatap ke arah Karmila."Sepertinya kamu sangat dekat de
GAIRAH CINTA TERLARANGPart 4"Pa, lihat ni!" Panggilku dengan memperlihatkan bingkisan seperangkat perhiasan anak-anak kepada Mas Satria.Sebuah kotak perhiasan anak-anak yang harganya puluhan juta berada di tanganku. Sebuah kado yang sangat berlebihan menurutku."Cantik ya, Ma?" Respon yang diberikan Mas Satria cukup membuatku terperangah. Dia tidak kaget sama sekali. Seakan dia sudah tahu akan isi kotak di tanganku."Terlalu cantik dan pastinya mahal, Pa," balasku."Pastinya, Ma. Harganya sampai 50 juta lebih, Ma," ujar Mas Satria, tanganya terus merobek kertas bingkisan yang para tamu berikan untuk Arisya."Kok Papa bisa tahu harganya segitu, Papa tahu ini hadiah dari siapa?" Selidikku cepat. Tatapan tajam kuarahkan padanya. Namun, Mas Satria sama sekali tidak menoleh ke arahku."Hadiah dari Karmila, 'kan?" tanyanya padaku. Ekspresi dan gaya bicaranya terkesan santai tanpa beban.
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 5Tidak terasa umur Arisya sudah lima bulan. Kesehatanku sudah kembali normal. Semua pekerjaan sudah bisa aku lakukan sendiri. Namun, Mas Satria memintaku untuk fokus dengan anak-anak.Mas Satria menyewa dua orang babysitter untuk membantu mengurus anak-anak. Dia memang lelaki idaman semua wanita. Selalu memperlakukanku dengan sempurna tanpa cacat.Hidup yang sangat indah, memiliki keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Orangtua yang menyayangiku sepenuh hati. Serta mertua yang baik hati, selalu memperlakukanku layaknya anak sendiri."Ma, Papa minta izin ada tugas keluar kota selama tiga hari," ujar Mas Satria saat sarapan pagi.Aku terkesiap. Terkesan mendadak, tidak seperti biasanya. Mencoba menetralkan suasana. Menepis segala praduga yang kembali datang dengan tiba-tiba."Kenapa baru bilang sekarang, Pa? maunya kan semalam biar mama masukin koper baju Papa," jawabku ce
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 6Aku tak mampu menafsir apa yang sedang terjadi di tempat ini. Hanya mampu mendengar dan mencoba mencerna ucapan Roby, Thalita dan juga Mas Satria.Ayo Mbak!" Ajak Roby pada Thalita."Tunggu!" tegasku."Kamu panggil Thalita apa, Rob?" Pertanyaanku membuat Roby tidak nyaman."Sayang, kan udah aku bilang jangan malu akuin aku di depan umum, sebentar lagi aku kan jadi istrimu," ujar Thalita manja, tangannya bergelayut manja di lengan Roby. Namun, matanya melirik ke arah Mas Satria."Hemmm, iya, maklum baru pertama, hahahhaha ... saya antar Thalita dulu ya, Bu, Pak."Roby menarik pergelangan tangan Thalita. Beberapa detik kemudian mereka telah hilang dari pandangan mataku."Udah Pa, nggak usah dilihatin terus, orangnya udah hilang."Aku mendengkus kesal melihat sikap Mas Satria yan