Share

Part 77

Tubuh Erik kembali lunglai. Tak mengelak sedikit pun dengan pukulan Papa yang entah sudah berapa kali diterimanya. Tante Winda dan Elena hanya bisa menangis tanpa berani mencegah. Sementara Erik terus mengerang dengan tangisan.

Dia terus mengoceh tanpa sadar. Seperti menyesali segala hidup yang telah ia jalani selama ini. 

"Aku bersalah, Pa. Mengorbankan kebahagiaan semua orang hanya demi membahagiakan Mamaku saja," sesalnya. "Yang kulakukan hanya agar Mama mendapatkan kehidupan yang layak, seperti sebelum jalang itu menggoda Papaku," umpatnya dengan air mata, dan juga liur yang telah menyatu. 

Dia terlihat benar-benar kacau. 

"Aku tak lagi memikirkan perasaan orang lain, Pa. Adikku, bahkan rasa cintaku sendiri." Dia kembali meracau. 

"Aku bahkan tahu, bahwa Papa tak pernah mencintai Mama. Papa hanya menjadikannya pajangan untuk membalas wanita jalang itu!" umpatnya lagi. 

Plak! 

Tangan besa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status