"Gila, tekanan apa ini ? bagaimana bisa orang yang sudah sekarat begitu masih bisa mengeluarkan tekanan sekuat ini." bathin Bomvu."Kita mulai lagi." ujar Welniks dingin.Keduanya sama-sama maju.Baammm baammm baammmmKembali lagi adu jual beli pukulan dan tendangan terjadi antara keduanya, saling hantam dengan serangan yang sangat kuat. Suara pukulan keduanya saja bisa membuat orang yang melihatnya merinding ketakutan. Untuk orang biasa, jika terkena pukulan tersebut mungkin akan langsung menghancurkan tengkoraknya.Buuggghhh bughhhhh bughhhhhhSetelah jual beli ratusan pukulan, tanpa ada satupun yang mengalah, akhirnya seiring waktu mulai tampak siapa yang terkuat diantara keduanya. Welniks mulai mendominasi serangan, setiap 3-4 serangan Welniks hanya mampu dibalas satu serangan oleh lawannya.BaaammmmmSatu pukulan Welniks membuat Bomvu jatuh menekuk lutut, dia terlihat sudah tidak berdaya lagi."Hahhh haahhh.. ada permintaan terakhir ?" tanya Welniks sambil mengatur nafasnya. Sete
Ini bukan saatnya untuk bersantai, Joe tersadar akan pertarungan lainnya yang masih berlangsung. Saat itulah, Joe dibuat pucat."Awaannn.." Panggil Joe lirih mencemaskan kondisi ponakannya tersebut.Awan dibuat tak berdaya oleh Meta, murid pertama Karta.Bukan karena fisiknya yang gemulai, melainkan Meta benar-benar sangat kuat atau bahkan terlalu kuat. Semua serangan kuat dan cepat dari Awan berhasil dimentahkannya, Awan kali ini benar-benar dibuat tidak berdaya oleh lawannya.Bughhh bughhh bughhhhMeta menghajar tubuh Awan bertubi-tubi, sehingga membuat Awan harus berulang kali terhempas dan menyemburkan darah dari mulutnya.BaaammmmMeta menendang Awan hingga pemuda tersebut terhempas ke lantai."Hmmm ganteng, kamu semakin menggairahkan kalau berdarah-darah begini deh.. sluurrppp." Meta menjilati wajah Awan.WoossshhhhPukulan yang dilayangkan Awan berhasil dihindari oleh Meta. Cewek jadi-jadian tersebut mengembangkan senyum sange nya melihat ke arah Awan yang tampak kepayahan."Ih
Baik Joe dan Tomo yang saat itu masih sadar tampak takjub melihat pertarungan antara Awan dan Meta. Mereka tidak menduga jika Awan mampu mengimbangi gerakan Meta, mereka saja yang melihat pertarungan itu, mengakui kalau Meta sangatlah Kuat. Jika mereka berada dalam posisi Awan, bisa jadi akan kalah telak. Wajar saja, kemampuan Meta ada dua tingkat diatas Denden. Padahal melawan Denden saja, seorang Joe dibuat tak berdaya dan sampai kehabisan tenaga. Pak Usman yang sempat pingsan tampak mulai menggeliat sadarkan diri, ia pun sampai terkejut, karena pertarungan hanya menyisakan Awan dan Meta ditengah ruangan."Mana rasa percaya dirimu tadi bocah ?" sindir Meta percaya diri.Awan bukannya menjawab, malah kembali melesat ke arah Meta. Dengan serangan terukur, Awan menyapu kaki Meta namun berhasil dihindari oleh sang lawan dengan gerakan salto yang cantik. Saat bersalto, Meta melayangkan sebuah tendangan dari udara menyasar kepala Awan, dengan cerdik Awan menggeser kepalanya dan menarik ka
Seorang pria tua memandang teduh seorang pemuda yang sedang terbaring tidak sadarkan diri diatas sebuah kasur putih, ditangannya tampak terpasang cairan infus serta alat-alat medis yang mengontrol kondisi tubuhnya, hanya bunyi mesin tersebut yang masih menandakan kalau si Pemuda masih hidup.Pria tua tersebut memiliki tubuh yang tegap serta kharisma yang kuat, walau separoh rambutnya sudah dipenuhi oleh uban, tapi wibawanya sama sekali tidak berkurang. Hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat orang sungkan dan menaruh hormat karena wibawanya yang kuat."Bagaimana kondisi Awan Kek ?" Tanya Elektra aka Noura dengan suara pelan, seakan tidak ingin membangunkan Awan yang sedang dirawat. Pemuda yang sedang terbaring dikasur putih rumah sakit tersebut adalah Saktiawan Sanjaya, setelah peristiwa yang sangat menegangkan semalam, kini Awan terbaring koma. Namun anehnya, luka yang dideritanya akibat pertarungan malam sebelumnya, sama sekali hilang dan tidak berbekas. Ia terlihat seperti oran
Sementara itu, diruang terpisah yang masih berstatus ruang VIP di rumah sakit tersebut, tampak seorang gadis juga terbaring lemah. Wajah cantiknya terlihat sangat pucat, tubuhnya juga terlihat semakin lemah karena penyakit yang dideritanya. Dalam ketidaksadarannya, Renata merintih kesakitan dan bibir tipisnya berulang kali hanya mengucap satu nama, "Awan,"."Ren, ini Mama. Bangun Nak!" ucap Ibunya yang selalu setia menemani disampingnya. Sejak kejadian penyerangan Karta malam itu, Ren jatuh tidak sadarkan diri. Psikisnya ikutan drop begitu melihat kejadian mengerikan yang terjadi tepat di depan matanya, kejadian saat Bu Arini menyemburkan darah karena serangan Karta, Awan yang sampai hilang kendali. Sejak malam itu, Renata jatuh pingsan. Fisiknya semakin lemah dari hari ke hari. Kedua orang tuanya sudah mengupayakan segala cara agar anak gadis satu-satunya tersebut bisa pulih seperti sediakala. Namun tekanan dalam pikirannya membuat fisik Renata semakin lemah dan tak berdaya. Dokter D
Hari itu Aku nekat mengundang Awan ke dalam ruang VIP keluarga kami, sengaja kubuka rahasia tentang siapa Ayahnya pada Awan. Ternyata, tebakanku benar! Kalau Awan sama sekali tidak tahu siapa Ayahnya selama ini. Ia terlihat sangat syok namun tidak juga bisa membantah pernyataanku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Awan saat itu, hidup tanpa tahu tentang siapa Ayahnya sama sekali, itu pasti akan berat. Waktu itu, aku membayangkan Awan akan menemui Ayahnya dan om Kelvin akan menerima Awan dan Ibunya dalam keluarga besar Sanjaya. Aku pasti akan jadi wanita pertama yang mendukung jika hal tersebut terealisasi, karena aku yang mulai sayang pada Awan. Dibanding kakaknya, Hadi Sanjaya yang telah dijodohkan oleh Kakek denganku, namun aku tegas-tegas menolaknya, karena Hadi adalah tipe lelaki yang hanya bisa memanfaatkan harta kekayaan orang tuanya, dia sama sekali tidak membuatku tertarik, bahkan setelah beberapa kali pertemuan kami.Aku sangat bersemangat menantikan hari di
POV AuthorSeorang pria tua menatap seorang wanita yang dengan seriusnya menatap seorang pemuda yang terbaring tidak sadarkan diri di dalam sebuah ruang VIP di salah satu rumah sakit yang terkenal di Kota tersebut. Kakek yang juga merupakan ketua Klan Atmaja tersebut, menatap heran dengan tingkah gadis tersebut. Walau ia sudah berulang kali menyuruh pengawalnya untuk mengusir secara halus perempuan tersebut untuk pergi, namun ia tetap bersikukuh untuk tetap berada disana. Walau hanya bisa menatap dari balik kaca, ia tetap berdiri disana. Entah apa yang dipikirkan oleh anak dari keluarga Tanuwijaya tersebut. Matanya menyiratkan rasa cinta dan kesedihan yang mendalam pada cucu kakaknya tersebut. Aidil Fikri memperhatikan dalam diam dan berdiri tidak jauh di belakangnya Angel, tanpa seorangpun yang menyadari keberadaannya. Walau ia sendiri tidak suka dengan keluarga besar Tanuwijaya karena hubungan mereka dengan keluarga Sanjaya, yang notabene adalah keluarga Ayah kandungnya Awan. Namun
Aku belum bisa tenang, sebelum berjumpa dengan Awan. Dari pembicaraan Dokter Donna dengan Papa dan Mama saat aku bersitirahat tadi, aku bisa tahu kalau Awan juga di rawat di rumah sakit ini. Tapi, kenapa ia tidak menemuiku ? atau jangan-jangan, Awan dalam kondisi yang parah sehingga membuatnya tidak bisa menjengukku ? Oh Tuhan, semoga tidak terjadi apa dengan Awanku. Ibu juga, kenapa ia tidak ada disisiku seperti biasanya ? apa jangan-jangan, Ibu terluka parah kena pukulan orang itu ? memikirkan keduanya, membuatku semakin ingin untuk mengetahui kondisi Awan dan Ibu. Akhirnya, aku paksakan membuka selang oksigen dari hidungku. Namun saat akan membuka selang infus dari tangan, aku tidak berani. Dari kecil, aku paling takut dengan yang namanya jarum. Jadi terpaksa kutenteng tabung infus tersebut, lalu berjalan keluar ruangan.Walau dengan langkah tertatih, kucoba untuk mencari informasi ruangan tempat Awan dirawat. Untungnya, dari perawat yang jaga sore itu, aku berhasil mengetahui ruan