Share

Mengaku Hamil

Penulis: Azzgha Fatih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 19:34:40

Sebuah benda kecil memanjang, bertuliskan nama merek di atasnya, lantas terdapat pula dua buah garis berwarna merah di bawahnya.

Aku ingat. Ini test pack yang pernah Yulia gunakan beberapa tahun lalu, saat kami mengira dirinya hamil karena terlambat datang bulan. Hanya saja, test pack yang ia gunakan saat itu hanya muncul satu garis merah. Itu artinya, test pack yang saat ini kupegang menunjukkan penggunanya positif hamil.

"Kamu hamil?" tanyaku lirih, menatapnya penuh haru.

"Bukan milikku, Mas," jawab Yulia, tertunduk lesu.

"Oh, ya? Tapi Mas merasa, kamu memang hamil." Tetesan embun sedikit membasahi wajahku, namun aku terus tersenyum ke arahnya.

"Enggak, Mas." Yulia menggeleng pasti 

"Kita periksa sekarang, untuk membuktikanya. Ya?" ajakku, sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Enggak. Aku memang gak hamil," tukasnya sambil memegangi perutnya yang terbungkus sebuah midi dres yang panjangnya hanya sampai betis.

"Tapi Mas yakin, di dalam sini ada malaikat kecil." Aku berjongkok dan memeluk perutnya, menempelkan pada telingaku.

Keharuan menyeruak di dalam kalbu, meski aku belum membuktikan bahwa Yulia benar-benar hamil.

"Kita ke dokter sekarang, ya," ajakku lagi, mengajaknya masuk ke dalam mobil. Biarlah kali ini aku sedikit memaksa.

"Aku memang hamil, Mas," ucap Yulia. Tatapannya lurus ke depan, tak berani menatapku sedikitpun.

Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh persendianku terasa lepas. Jadi benar, istriku hamil.

"Jadi, ini memang milikmu?" tanyaku, mengacungkan test pack tadi.

Yulia mengangguk, tersenyum gembira ke arahku, dengan deraian basah di wajahnya.

"Ya Allah, Sayang. Akhirnya, kita akan menjadi orang tua." Dengan hangat, kupeluk tubuhnya. Aku tak menyangka, di tahun ke sembilan Allah mengirimkan anugerah ke dalam rahim istriku.

"Mengapa tidak bilang?" Kuurai pelukan, beralih pada kedua pipinya.

"Aku sendiri belum yakin, Mas. Selama ini, tanpa sepengetahuan Mas Raffa, aku sering menggunakan alat ini setiap kali terlambat datang bulan."

"Dan kali ini berhasil. Harusnya langsung melapor pada Mas." Kujawil pipi meronanya.

"Takutnya tidak benar dan Mas akan kecewa." Bibir ranum itu mencebik manja, membuatku kian tak sanggup menahan keterpanaan ini.

"Tidak akan, Sayang. Oh, ya, apa test pack ini sudah lama kamu gunakan?" tanyaku lagi.

"Dua bulan setengah yang lalu, Mas," jawabnya.

Apa? Sudah dua bulan lebih Yulia tidak berkata jujur padaku. Pantas saja perutnya terlihat padat dan membulat. Anak kami di dalam rahimnya, pasti sudah tumbuh besar, pikirku.

"Sudah periksa?" tanyaku dengan tatapan penuh selidik.

Yulia menggeleng. Bibirnya sedikit melengkung ke bawah.

"Ya Allah. Kita ke dokter sekarang!" ajakku, kali ini aku benar-benar tidak ingin dibantah.

Akhirnya Yulia pun mengangguk. "Aku ambil tas dan pakai celana rangkapan dulu, ya." Wanitaku masuk ke dalam rumah untuk merapikan penampilannya.

Biarlah urusan pekerjaan bisa nanti saja. Yang terpenting saat ini adalah kesehatan bayiku. Bayi kami. Ya Allah, aku sangat bahagia dengan kabar kehamilan ini. Akhirnya, setelah penantian kami sekian lamanya, Kau ijabah doa-doa yang tak pernah terlupa.

Kuraih ponsel di dalam saku kemejaku, hendak mengabari sekretaris agar menggantikanku, meeting hari ini.

"Ya, ada urusan penting. Tolong kamu handle semuanya, oke?" tanyaku pada sekretarisku.

"Siap, Pak!"

Aku yakin, gadis itu bisa diandalkan.

Namun saat aku tengah menelepon, terdengar samar-samar ucapan Yulia. Kalau tidak salah seperti ini, "Jangan ganggu aku lagi."

Siapa yang Yulia ajak bicara? Mungkin hanya perasaanku saja.

Selesai menelepon, rupanya Yulia tengah berjalan ke arahku. Aku dapat melihat kedatangannya dari ekor mataku.

"Jangan buru-buru! Santai saja." Kutegur dirinya. Aku tak suka melihatnya berjalan setengah berlari. Takutnya, akan berbahaya pada kehamilannya.

"Apa tadi kamu bicara?" tanyaku, ketika kami sudah saling berhadapan.

"Enggak. Mas salah dengar, mungkin." Sekali lagi aku melihat kegalauan di matanya. Ah, masa bodoh. Yang terpenting sekarang, hanya kehamilan Yulia dan perbaikan hubungan kami.

Kubukakan pintu mobil untuknya, lalu duduk di kursi kemudi setelah wanita cantikku sudah duduk dengan nyaman. Kulajukan kendaraan milik Yulia dengan perlahan, lagi-lagi khawatir mengganggu kehamilannya.

Tiba-tiba saja bayangan tentang chat dari Siska dan Evani kembali berputar. Apa hubungannya chat itu dengan kehamilan Yulia?

**

Kami sampai di rumah sakit. Menunggu beberapa waktu, hingga tiba giliran kami dipanggil oleh seorang perawat, agar segera masuk ke dalam ruang pemeriksaan dokter kandungan.

"Selamat ya, Pak, Bu. Ibu Yulia memang hamil. Bahkan usia kehamilannya sudah menginjak 15 minggu. Sudah besar," tutur seorang dokter kandungan bernama Destyna.

"15 minggu? Berati, hampir 4 bulan?" tanyaku pada dokter wanita itu. Selain terkejut, aku juga merasa tidak percaya jika kehamilan Yulia sudah sebesar itu.

Bagaimana mungkin Yulia menyembunyikan ini dariku, selama ini? 15 minggu kehamilannya, tentu bukan hal yang mudah untuk menutupi semua ini. Aku membatin, berpikir dalam-dalam tentang alasanya menutupi ini dariku. Kulirik wanita cantikku, mencari jawab atas ribuan tanya yang bergelayut di kepala.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita ini tentang suami goblok yg tololnya melebihi binatang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bab Ending (Selesai)

    PoV AuthorDengan gagah Raffa keluar dari ruang persidangan. Senyum kepuasan tersirat di wajahnya yang kali ini mengenakan kacamata hitam. Setelan jas warna hitam dengan celana senada, membuatnya terlihat sangat elegan dan misterius.Hasil putusan sidang benar-benar telah memberinya kepuasan. Jeremy mendapatkan hukuman lebih dari delapan belas tahun, karena terjerat pasal berlapis. Kekerasan hingga percobaan pem_bu_nuhan, penggunakan obat-obatan keras dan telah membuka tempat haram berkedok gym."Terima kasih banyak, Pak Endri. Sudah ke sekian kalinya Bapak membantu saya dalam proses hukum yang terpaksa saya ambil. Kalau bukan Bapak yang menjadi pengacara saya, entahlah.""Kembali kasih, Pak. Tapi saya yakin, siapa pun itu, jika Pak Raffa kliennya sudah pasti menang. Bapak tidak bersalah dan terbilang cerdik dalam mengumpulkan bukti. Juga tidak mudah terperangkap oleh lawan," puji Pak Endri pada pria di hadapannya."Ya, berdasarkan pengalaman mungkin ya, Pak." Raffa terkekeh di akhir

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Cyra Sakit Apa?

    PoV RaffaMalam ini, di rumah sakit kembali kami berada. Sore tadi, saat tengah menemani Embun memilih tas, sambil menunggu jam tayang film yang kami tonton, tiba-tiba saja ponselku berdering."Pak, maaf, ini Cyra badannya panas banget." Suara Bi Murni di ujung telepon, sontak saja membuyarkan konsentrasiku. Kutatap Embun yang tengah memandangku penuh khawatir."Ya Allah ... oke, Bi, saya segera pulang." Tanpa memberitahu Embun lebih dulu, kuputuskan untuk membatalkan acara nonton film."Ada apa, Yah?" tanya Embun tak sabar, ketika kumatikan panggilan."Cyra sakit, Sayang. Badannya panas," jelasku."Ya Allah! Ayo, Mas, kita pulang sekarang." Embun menarik jemariku, melupakan hasratnya untuk membeli tas.Kami berjalan cepat keluar dari mal, sore tadi. Melupakan tiket menonton yang sudah terlanjur dibeli, serta meninggalkan mobil yang belum selesai dipoles di bengkel.Sepanjang perjalanan, Embun sangat gelisah. Sesekali ia mengusap ujung netranya dengan tisyu, seperti tengah merasakan p

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bioskop

    PoV Author"Saya minta maaf, Pak atas kejadian ini. Anak saya baru belajar nyetir," ucap seorang wanita berusia kisaran 60 tahun. Sementara anaknya yang menabrak adalah seorang gadis muda berpakaian seksi."Ndin, minta maaf!" suruh sang Ibu yang dandanannya tak kalah mentereng.Embun dan Raffa yang sejak tadi diam di depan mobil mereka, tampak risih melihat kedua wanita beda usia yang terlihat kurang senonoh."Ma-maaf, Mas, aku gak sengaja," ucap gadis bertubuh tinggi itu, sedikit terbata-bata."Ya, sudah, gak pa-pa. Lain kali hati-hati," pesan Raffa, sambil berjalan ke arah belakang mobilnya untuk mengecek kerusakan yang terjadi."Nanti kami ganti rugi atas kerusakannya, Pak." Ibu dari wanita itu menyusul dan menawarkan ganti rugi.Ada yang terasa tak enak didengar oleh Embun. Ibu dari gadis itu sudah berumur, tetapi memanggil Bapak pada suaminya. Sementara gadis itu, justeru memanggil suaminya dengan sebutan Mas."Ya ... sepertinya memang harus begitu. Tergores cukup dalam bamper mo

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Amanah di Usia yang Sudah Tak Muda lagi

    "Bunda gak sakit, Yah." Bibir manis istriku justeru melengkungkan senyuman."Mak-maksudnya?" Aku sedikit heran. Jelas-jelas ia sakit sejak tiga hari lalu, bahkan kini sampai tak sadarkan diri dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Mengapa raut wajahnya justeru menampakkan kebahagiaan?"Dareen mau punya adik. Seperti yang Ayah mau, tambah anak biar tambah ramai dan tambah rezeki. Baju-baju hamil aku juga akan terpakai lagi," kekeh Embun, sedikit menggodaku.Allah ... benarkah apa yang barusan kudengar? Embun, istriku tengah mengandung untuk yang ke tiga kalinya, di usianya yang sudah tak muda lagi. Aku sangat bahagia, akan tetapi, ada rasa takut yang menggelayut perlahan. Usianya sudah bukan usia yang pantas untuk melahirkan. Apakah Embun-ku masih mampu melahirkan anak kami? Buah cinta kami yang ke sekian."Bunda serius?" tanyaku, untuk memastikan.Embun-ku mengangguk dengan wajah teduh nun manisnya. Layaknya tetesan embun pagi yang senantiasa memberikan kesejukan, senyumannya terus te

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Ternyata Jeremy ...

    Aku terkejut bukan main. Dalam persidangan, Jeremy mengaku telah mengenal Yulia sejak lama. Ia juga mengaku sudah mengenal Evano. Kedua pasangan selingkuh yang kini telah sama-sama meninggal itu, rupanya sudah menyisakan luka di hati Jeremy."Jika saja saat itu kamu hanya melepaskan Yulia tanpa membu_nuhnya, aku tidak akan segi_la ini ingin menghabisimu!""Apa? Yulia? Membu_nuh? Aku tidak membu_nuh siapa pun. Baik Yulia maupun Evano, sama meninggal karena ulah mereka sendiri.""Ya! Yulia ma_ti karena tergi_la ingin bertahan denganmu!""Dia kecelakaan, karena berusaha mengambil alih kendaraan dalam kondisi yang lemah, Jeremy. Kamu tahu apa soal Yulia?" selidikku saat persidangan itu."Aku tau semua tentang dia. Aku tau betapa besar lukanya karena mencintaimu. Aku tau seberapa hancur Yulia saat kau tinggalkan! Kamu terlalu naif, Baji_ngan!""Mengapa aku yang disalahkan? Mereka telah selingkuh sampai Yulia yang kala itu masih sah menjadi istriku hamil oleh selingkuhannya."Kemarin, amara

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Sejenak Melepas Penat

    Pagi yang begitu cerah, menampakkan semburat jingganya di sela jendela kamar kami. Kubuka selimut berwarna ungu, yang mana sudah tak menampakkan keberadaan wanita tercantik yang selalu tidur di sisiku.Pastilah wanita cantik berwajah teduh itu sudah sibuk mengurus rumah, sebelum anak-anak kami terbangun. Padahal, adzan subuh saja belum berkumandang.Hari ini adalah minggu, yang artinya aku tidak pergi ke kantor. Akan kumanfaatkan hari libur ini untuk membantu meringankan tugas istriku. Salah. Semua tugas rumah adalah tugasku, namun Embun memilih berbakti padaku dan mengurusnya sebagai sebuah ungkapan kasihnya."Sayang ..." Kupanggil wanita berambut hitam sepunggung itu, di balik dinding sekat ruang makan dan dapur."Eh, Yah. Sudah bangun?" tanyanya dengan lembut. Tentu saja wanitaku tak ingin suara kami mengganggu tidur yang lainnya."Udah, dong!" Kulingkarkan tangan di perutnya, menyandarkan dagu di bahunya yang sudah menguarkan wangi sabun dan shampo."Bunda sudah mandi?" selidikku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status