Share

Benda dari Dalam Tas Yulia

Penulis: Azzgha Fatih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 18:52:23

Mengapa Yulia terlihat ketakutan setelah aku menerima kunci mobilnya. Jelas ada yang ia sembunyikan. Kuamati terus gerak-geriknya, sambil menghampiri mobil di sebelahnya.

"Mas. Maksud aku ... itu, di dalam ada barang-barang punya Evani, Siska dan Audy. Ya, rencananya siang ini mau aku antar ke mereka." Tanpa kuminta, Yulia menjelaskannya.

"Oh. Barang apa?" tanyaku, menatapnya serius.

"Biasalah. Barang-barang wanita. Kamu inget, 'kan kemarin kita habis belanja-belanja," ucapnya seraya tersenyum kaku.

Kali ini jelas terlihat raut wajahnya yang berbeda. Ada ketakutan mendalam dari sorot mata indahnya. Sepertinya benar dugaanku.

"Barang apa, Yulia? Jangan muter-muter!" tukasku sinis. Aku sangat jarang memanggil namanya. Hanya saat emosi saja.

"Dal*man, Mas. Lingerie, yang suka aku pakai kalo malam," jawabnya sedikit berbisik.

"Oh. Kirain barang apaan. Mas udah ngira ke obat-obatan terlarang," ungkapku sedikit terkekeh. Kulihat dari ekor mataku, Yulia tersenyum tenang. Tapi aku tidak percaya begitu saja.

"Kamu, enggak beli?" tanyaku.

"Ada. Sudah, Mas berangkat saja. Nanti kesiangan," suruhnya, mengibaskan tangan ke arahku.

Tidak. Lebih baik aku terlambat, daripada harus membiarkan sebuah kebohongan. Aku harus berhasil mengungkapnya, jika memang benar Yulia menyembunyikan sesuatu.

Gegas kuarahkan langkah kaki menuju bagasi mobilnya, kubuka tanpa persetujuannya.

Yulia berlari ke arahku, menahan kap bagasi mobilnya agar tidak terbuka.

"Mas mau ambil punyamu. Takutnya mau dicobain," kataku.

"Gak usah! Nanti saja," tahannya cukup keras.

"Menyingkirlah. Mas buru-buru," pintaku, kembali sinis.

Yulia terlihat ketakutan. Dadanya naik turun seolah tengah menahan lonjakan degub jantungnya.

Mataku memicing. Tak kutemukan satu pun tas belanjaan. Hanya ada satu buah tas berukuran cukup besar milik Yulia. Tentu saja aku mengenalinya, karena aku yang belikan saat dia ulang tahun.

"Mana barang temanmu?" tanyaku.

"Di tas. Udah, jangan dilihat. Takut mengganggu pikiranmu, Mas!" Tak kusangka, Yulia merampas tas yang hendak kuambil itu.

"Tidak akan. Aku sudah terbiasa kamu tolak. Sudah biasa menahan hasrta," pungkasku, tanpa senyuman sedikit pun.

"Berikan, atau aku akan marah!" tegasku, manatap kedua bola mata indahnya. Tapi hari ini kedua bola mata itu menyiratkan sebuah kebohongan besar yang aku sendiri belum ketahui.

Ia memberikannya dengan cara menunduk seraya mengerucutkan bibir. "Maaf Mas aku berbohong. Tas itu isinya hanya baju-bajuku."

Aku tak peduli dengan ucapannya. Kubuka dengan kasar resleting tasnya, lalu mengeluarkan satu persatu pakaian yang ada di dalamnya. Mengapa isinya pakaian kurang bahan milik Yulid semua? tanyaku di dalam hati.

"Mau ke mana, bawa pakaian segala?" selidiku. Entah mengapa, aku tak ingin menoleh padanya yang sudah mulai terisak.

"Aku kangen sama bapak, sama Nurul, adikku." Suaranya terdengar bergetar.

"Mengapa tidak bilang padaku?" Mendengar ucapannya, hati ini sedikit merasa bersalah. 

"Kamu sibuk, Mas. Aku gak mau ganggu kerjaan kamu," jawabnya sedikit manja.

"Bukankah aku tidak pernah menolak, ketika kamu mengajak pulang kampung? Gak jauh juga, 'kan?" selidikku lagi, masih enggan untuk merayu. Sebelumnya, Yulia tidak pernah bertekad pergi sendiri ke rumah ayahnya.

"Justeru itu. Kalo Mas Raffa antar aku, berarti kerjaan Mas terbengkalai. Dan karena dekat juga, aku mau mencobanya sendiri." Tak biasanya Yulia bernada rendah saat mendebatku. Biasanya, ia akan meninggikan suara jika aku tidak sepaham dengannya.

"Terus, kamu mau pergi sendirian tanpa memberitahuku?" Jujur saja aku sedikit marah atas kenyataan ini.

"Dan baju apa, ini? Mengapa hanya pakaian seksi yang kau bawa?" Kulemparkan ke atas tanah baju-baju yang baru saja kulihat modelnya. Baju-baju yang seharusnya ia kenakan di hadapanku saja.

"Ya, itu karena aku buru-buru," cicitnya.

"Buru-buru ingin menghindar dariku?" tebakku.

"Mas ... jangan marah. Aku minta maaf." Ia mendekat, menyandarkan kepalanya di dadaku.

"Gak bisa. Kalo saja Mas enggak curiga, mungkin besok atau lusa kamu sudah pergi tanpa pamit. Apa-apaan, seperti itu." Kuyakin Yulia bisa merasakan denyut jantungku yang memburu.

"Maafin aku," ucapnya lagi, kali ini melingkarkan kedua tangannya ke punggungku.

"Jangan lakukan hal itu. Oke?"

"Iya, Mas, aku janji."

Kutarik dan kuembuskan napas perlahan. Emosiku nyaris keluar saat ini.

Kuambil tas yang tadi kutaruh kembali ke dalam bagasi, lalu ingin memberikannya pada Yulia. "Taruh di tempat asalnya. Dan kembalikan pakaianmu ke lemari. Mas berangkat dulu, sudah terlambat."

Karena tak siap menerima, tas yang kuberikan pun terjatuh. Sementara Yulia tengah memungut pakaian-pakaiannya.

"Maaf, ya." Kubantu ia merapikan kembali pakaiannya, lalu mengambilkan tas tadi.

Bersamaan dengan berdirinya kami, sesuatu terjatuh dari dalam tas. Aku dan Yulia sama-sama menunduk melihat benda itu. Yulia sontak berjongkok hendak mengambilnya, namun segera kuinjak benda berbentuk pipih itu.

"Apa ini?" tanyaku sambil menunduk, mengambil benda itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau njing. laki2 goblok bergelar suami. apa belum juga konek otak kau itu njing
goodnovel comment avatar
Nosha Yusop
panas...pasti berantakan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bab Ending (Selesai)

    PoV AuthorDengan gagah Raffa keluar dari ruang persidangan. Senyum kepuasan tersirat di wajahnya yang kali ini mengenakan kacamata hitam. Setelan jas warna hitam dengan celana senada, membuatnya terlihat sangat elegan dan misterius.Hasil putusan sidang benar-benar telah memberinya kepuasan. Jeremy mendapatkan hukuman lebih dari delapan belas tahun, karena terjerat pasal berlapis. Kekerasan hingga percobaan pem_bu_nuhan, penggunakan obat-obatan keras dan telah membuka tempat haram berkedok gym."Terima kasih banyak, Pak Endri. Sudah ke sekian kalinya Bapak membantu saya dalam proses hukum yang terpaksa saya ambil. Kalau bukan Bapak yang menjadi pengacara saya, entahlah.""Kembali kasih, Pak. Tapi saya yakin, siapa pun itu, jika Pak Raffa kliennya sudah pasti menang. Bapak tidak bersalah dan terbilang cerdik dalam mengumpulkan bukti. Juga tidak mudah terperangkap oleh lawan," puji Pak Endri pada pria di hadapannya."Ya, berdasarkan pengalaman mungkin ya, Pak." Raffa terkekeh di akhir

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Cyra Sakit Apa?

    PoV RaffaMalam ini, di rumah sakit kembali kami berada. Sore tadi, saat tengah menemani Embun memilih tas, sambil menunggu jam tayang film yang kami tonton, tiba-tiba saja ponselku berdering."Pak, maaf, ini Cyra badannya panas banget." Suara Bi Murni di ujung telepon, sontak saja membuyarkan konsentrasiku. Kutatap Embun yang tengah memandangku penuh khawatir."Ya Allah ... oke, Bi, saya segera pulang." Tanpa memberitahu Embun lebih dulu, kuputuskan untuk membatalkan acara nonton film."Ada apa, Yah?" tanya Embun tak sabar, ketika kumatikan panggilan."Cyra sakit, Sayang. Badannya panas," jelasku."Ya Allah! Ayo, Mas, kita pulang sekarang." Embun menarik jemariku, melupakan hasratnya untuk membeli tas.Kami berjalan cepat keluar dari mal, sore tadi. Melupakan tiket menonton yang sudah terlanjur dibeli, serta meninggalkan mobil yang belum selesai dipoles di bengkel.Sepanjang perjalanan, Embun sangat gelisah. Sesekali ia mengusap ujung netranya dengan tisyu, seperti tengah merasakan p

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bioskop

    PoV Author"Saya minta maaf, Pak atas kejadian ini. Anak saya baru belajar nyetir," ucap seorang wanita berusia kisaran 60 tahun. Sementara anaknya yang menabrak adalah seorang gadis muda berpakaian seksi."Ndin, minta maaf!" suruh sang Ibu yang dandanannya tak kalah mentereng.Embun dan Raffa yang sejak tadi diam di depan mobil mereka, tampak risih melihat kedua wanita beda usia yang terlihat kurang senonoh."Ma-maaf, Mas, aku gak sengaja," ucap gadis bertubuh tinggi itu, sedikit terbata-bata."Ya, sudah, gak pa-pa. Lain kali hati-hati," pesan Raffa, sambil berjalan ke arah belakang mobilnya untuk mengecek kerusakan yang terjadi."Nanti kami ganti rugi atas kerusakannya, Pak." Ibu dari wanita itu menyusul dan menawarkan ganti rugi.Ada yang terasa tak enak didengar oleh Embun. Ibu dari gadis itu sudah berumur, tetapi memanggil Bapak pada suaminya. Sementara gadis itu, justeru memanggil suaminya dengan sebutan Mas."Ya ... sepertinya memang harus begitu. Tergores cukup dalam bamper mo

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Amanah di Usia yang Sudah Tak Muda lagi

    "Bunda gak sakit, Yah." Bibir manis istriku justeru melengkungkan senyuman."Mak-maksudnya?" Aku sedikit heran. Jelas-jelas ia sakit sejak tiga hari lalu, bahkan kini sampai tak sadarkan diri dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Mengapa raut wajahnya justeru menampakkan kebahagiaan?"Dareen mau punya adik. Seperti yang Ayah mau, tambah anak biar tambah ramai dan tambah rezeki. Baju-baju hamil aku juga akan terpakai lagi," kekeh Embun, sedikit menggodaku.Allah ... benarkah apa yang barusan kudengar? Embun, istriku tengah mengandung untuk yang ke tiga kalinya, di usianya yang sudah tak muda lagi. Aku sangat bahagia, akan tetapi, ada rasa takut yang menggelayut perlahan. Usianya sudah bukan usia yang pantas untuk melahirkan. Apakah Embun-ku masih mampu melahirkan anak kami? Buah cinta kami yang ke sekian."Bunda serius?" tanyaku, untuk memastikan.Embun-ku mengangguk dengan wajah teduh nun manisnya. Layaknya tetesan embun pagi yang senantiasa memberikan kesejukan, senyumannya terus te

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Ternyata Jeremy ...

    Aku terkejut bukan main. Dalam persidangan, Jeremy mengaku telah mengenal Yulia sejak lama. Ia juga mengaku sudah mengenal Evano. Kedua pasangan selingkuh yang kini telah sama-sama meninggal itu, rupanya sudah menyisakan luka di hati Jeremy."Jika saja saat itu kamu hanya melepaskan Yulia tanpa membu_nuhnya, aku tidak akan segi_la ini ingin menghabisimu!""Apa? Yulia? Membu_nuh? Aku tidak membu_nuh siapa pun. Baik Yulia maupun Evano, sama meninggal karena ulah mereka sendiri.""Ya! Yulia ma_ti karena tergi_la ingin bertahan denganmu!""Dia kecelakaan, karena berusaha mengambil alih kendaraan dalam kondisi yang lemah, Jeremy. Kamu tahu apa soal Yulia?" selidikku saat persidangan itu."Aku tau semua tentang dia. Aku tau betapa besar lukanya karena mencintaimu. Aku tau seberapa hancur Yulia saat kau tinggalkan! Kamu terlalu naif, Baji_ngan!""Mengapa aku yang disalahkan? Mereka telah selingkuh sampai Yulia yang kala itu masih sah menjadi istriku hamil oleh selingkuhannya."Kemarin, amara

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Sejenak Melepas Penat

    Pagi yang begitu cerah, menampakkan semburat jingganya di sela jendela kamar kami. Kubuka selimut berwarna ungu, yang mana sudah tak menampakkan keberadaan wanita tercantik yang selalu tidur di sisiku.Pastilah wanita cantik berwajah teduh itu sudah sibuk mengurus rumah, sebelum anak-anak kami terbangun. Padahal, adzan subuh saja belum berkumandang.Hari ini adalah minggu, yang artinya aku tidak pergi ke kantor. Akan kumanfaatkan hari libur ini untuk membantu meringankan tugas istriku. Salah. Semua tugas rumah adalah tugasku, namun Embun memilih berbakti padaku dan mengurusnya sebagai sebuah ungkapan kasihnya."Sayang ..." Kupanggil wanita berambut hitam sepunggung itu, di balik dinding sekat ruang makan dan dapur."Eh, Yah. Sudah bangun?" tanyanya dengan lembut. Tentu saja wanitaku tak ingin suara kami mengganggu tidur yang lainnya."Udah, dong!" Kulingkarkan tangan di perutnya, menyandarkan dagu di bahunya yang sudah menguarkan wangi sabun dan shampo."Bunda sudah mandi?" selidikku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status