Share

BAB-7 SEKAR AYU NITIS SUKMA

 

Terdengar suara Amanda yang berteriak lirih sambil mencengkram erat kepalanya seolah menahan sakit yang teramat. Suara rintihan itu bisa menggambarkan dengan jelas jika keadaan wanita tersebut tidaklah baik-baik saja.

Mata perempuan yang telah sah menjadi istri Arjuna kini nampak lagi sinarnya. Wajahnya kembali menunjukkan ekspresi. Walaupun kini yang terpancar dari wajah cantiknya justru raut wajah yang menahan rasa sakit.

“Diajeng Nastiti, kau merasa sakit lagi?” Arjuna terdengar begitu khawatir.

Dia tahu jika efek dari ramuan yang diminum oleh istrinya itu telah mulai memudar khasiatnya. Jika efeknya benar-benar menghilang, maka Amanda akan menjadi seperti sifat aslinya. Dia akan menjadi wanita yang pembangkang dan tidak lemah lembut. Bisa-bisa Eyang Putri curiga kalau Amanda alias Nastiti belum menjalani pendidikan tata krama dan adat istiadat keluarga Nitis Sukma. Jika sampai hal itu terjadi, maka Eyang Putri dapat dipastikan akan marah besar. Arjuna bingung harus bersikap bagaimana.

“Arjuna, cepat bopong istrimu ke kamar sekarang! Kamu segera periksa Nastiti. Pastikan dia baik-baik saja sampai ritual malam pengantin dilaksanakan.”

“Nggih Kanjeng Romo.” Arjuna berkata dengan nafas lega.

Tak menunggu lama, bergegas Arjuna membopong tubuh Amanda dari atas kursi. Dengan pasti, pria muda tersebut melangkahkan kakinya, meninggalkan ruang keluarga Nitis Sukma. Arjuna bersyukur, sang Romo bertindak dengan cepat. Sehingga Eyang Putri tidak curiga.

“Tunggu sebentar! Aku mau dibawa kemana pak dokter?” Suara lirih Amanda terdengar setelah keluar dari ruang keluarga.

Arjuna tahu jika Amanda telah sadar. Tanpa memperdulikan ucapan perempuan yang di bopongannya. Arjuna justru terus berjalan bahkan setengah berlari. Mau tak mau Amanda harus melingkarkan tangannya di leher sang suami agar tak terjatuh.

Amanda tanpa sadar justru terpaku pada wajah tampan lelaki yang resmi menjadi suaminya itu. Mata Arjuna bagi Amanda terlihat begitu mempesona. Hidung mancung, serta bibir yang berwarna merah alami. Nampak dengan jelas jika lelaki tersebut tak pernah tersentuh oleh nikotin.

“Tampan!” Tanpa sadar mulut Amanda berucap lirih mengagumi ciptaan tuhan di hadapannya itu. Arjuna yang mendengarnya memilih tak menanggapi ucapan kekaguman yang keluar dari mulut perempuan yang tengah dibopongnya saat ini.

“Tolong buka pintunya!” Arjuna berbicara dengan sedikit berteriak kepada para Abdi perempuan yang berdiri di sebuah ruangan.

“Nggih Den Bagus.”

Pintu terbuka perlahan. Kaki Arjuna dengan pasti memasuki ruangan yang berfungsi sebagai kamar pribadinya.

“Aduh!” Amanda menjerit pelan saat Arjuna meletakkan tubuhnya begitu saja di atas pembaringan.

“Tak bisakah kau meletakkan aku secara perlahan Pak Dokter. Aku sedang sakit!” Amanda menggerutu sambil berusaha untuk duduk.

Arjuna tak terdengar suaranya, namun tangannya dengan cekatan membantu Amanda untuk duduk dan meletakkan sebuah bantal di belakang punggung Amanda agar lebih nyaman.

Arjuna duduk di samping Amanda yang berada di pembaringan, sambil menatap tajam ke arah wajah Amanda. Raut wajahnya terlihat begitu serius.

“Aku mohon padamu Amanda, mulai saat ini, tolong panggil aku dengan sebutan Kang Mas. Lalu aku akan memanggilmu dengan sebutan Diajeng Nastiti.” Arjuna menatap tepat ke arah bola mata Amanda.

“K-kang M-mas?” Amanda yang diperlakukan seperti itu pun menjadi gugup dan menjawab dengan terbata-bata. Terlebih dirinya tadi juga sempat mengagumi wajah tampan lelaki yang kini tepat di depannya.

“Dengarkan aku Nastiti!”

Arjuna kini mencengkram kedua bahu Amanda. Wajah Arjuna hanya berjarak beberapa inci saja. Nafas hangatnya menghembus cepat ke wajah Amanda, membuat wajah perempuan itu memerah.

“Jika kau ingin selamat, maka kau harus menuruti semua perintah ku. Bertahanlah sampai ritual malam pengantin esok lusa. Jangan gegabah, janganlah berbicara sebelum diperintahkan. Aku mohon padamu Nastiti!”

Walaupun tak begitu paham dengan keinginan sang suami. Amanda pun tetap menganggukkan kepalanya perlahan. Dirinya seolah telah dihipnotis oleh tatapan mata suaminya, Arjuna.

“Satu lagi, berhati-hatilah, terutama dengan Sekar Ayu, adikku! Karena ....” Arjuna berhenti berkata.

Amanda mengerutkan dahinya mendengar ucapan Arjuna yang menyuruhnya untuk berhati-hati.

Terlebih lagi, dirinya harus berhati-hati dengan Sekar Ayu, adiknya yang begitu cantik itu.

“Ehem ...!”

Belum sempat Arjuna menjelaskan perkataannya. Tiba-tiba terdengar suara. Arjuna dan Amanda memalingkan wajah mereka bersamaan ke arah sumber suara. Ternyata telah berdiri di depan pintu wanita yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan yaitu Sekar Ayu Nitis Sukma.

Gadis cantik itu sudah berdiri tepat di depan pintu. Kedua tangannya terjulur lurus ke bawah sambil saling menautkan jemarinya.

“Kang Mas Arjuna, bersabarlah hingga ritual malam pengantin esok lusa, Kang Mas!” Suara lembut Sekar Ayu terdengar.

Serta merta Arjuna tersadar. Lelaki muda tersebut bergegas melepaskan cengkraman tangannya dari bahu sang istri lalu menarik tubuhnya menjauhi Amanda.

“Ayunda Nastiti, boleh saya masuk ke kamar Ayunda?” Dengan lembut terdengar Sekar meminta izin.

Amanda yang bingung pun menatap Arjuna, meminta persetujuan dari suaminya. Amanda teringat perkataan yang baru saja diucapkan oleh suaminya yang memerintahkan dirinya untuk mengikuti semua perintahnya.

Arjuna begitu melihat tatapan Amanda kemudian menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

“Masuklah Sekar!”

Mendengar kakak iparnya mengizinkannya, Sekar Ayu pun memasuki kamar tempat Amanda dan Arjuna berada.

Amanda seolah dejavu saat melihat Sekar Ayu, sang adik iparnya itu melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah untuk menghampiri dirinya.

Entah mengapa di mata Amanda, gerakan tubuh Sekar Ayu terlihat begitu gemulai. Bagai penari profesional. Ada keindahan di setiap gerakan tubuhnya yang ramping dan indah itu. Jika Amanda yang seorang perempuan saja bisa terpesona, apalagi jika seorang lelaki menatap Sekar Ayu. Dapat dipastikan jika lelaki tersebut akan tergila-gila dengan pesona seorang Sekar Ayu Nitis Sukma.

“Cantik sekali.” Pujian meluncur begitu saja dari mulut Amanda.

Arjuna beranjak dari pembaringan kini tengah sibuk di depan meja rias. Tubuhnya berjongkok membuka laci lebar di meja rias tersebut, lalu mengeluarkan sebuah kotak besar berwarna putih yang ternyata berisi perlengkapannya sebagai seorang dokter. Tak menunggu lama, lelaki tersebut bergegas memeriksa keadaan istrinya.

“Bagaimana keadaan mu, Ayunda Nastiti?” Suara lembut Sekar Ayu terdengar memasuki telinga Amanda.

Tapi entah mengapa suara lembut itu justru membuat bulu roma Amanda berdiri.

Amanda tak menjawab pertanyaan adik iparnya itu. Namun justru tengah memperhatikan sang suami yang sibuk memeriksa keadaannya. Mengukur tekanan darahnya dan memeriksa dadanya dengan stetoskop nya. Amanda kemudian berpura-pura memejamkan mata demi bisa menghindari tatapan dekat.

“Ayunda mu butuh istirahat Sekar, aku akan memasang infus di tubuhnya. Ngomong-ngomong, kenapa kamu kemari?” Arjuna akhirnya bersuara, menggantikan Amanda untuk menjawab pertanyaan sang adik. Sembari tangannya sibuk memasang selang infus di tangan Amanda.

“Eyang Putri menyuruh ku untuk menjaga Ayunda Nastiti, Kang Mas. Agar kejadian yang menimpa mu dulu tak terulang kembali.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status