Henry duduk dengan gelisah dalam mobilnya yang terparkir di halaman depan rumah sakit, tempat parkir umum. Selama itu, setiap beberapa detik sekali ia memperhatikan layar ponselnya, berharap ada notifikasi pesan masuk. Ini sudah 30 menit berlalu, ia menunggu di dalam mobilnya, sekembalinya dari mengantar pergi Annisa.
Tentu saja, Henry sedang menunggu konfirmasi dari para eksekutor yang dikirimnya untuk menghabisi Awan. Henry beranggapan, Awan menjadi satu-satunya penghalang baginya untuk bisa mendapatkan Annisa. Sehingga, tidak cukup baginya untuk sekedar menyingkirkannya saja dan Henry berniat untuk melenyapkan Awan untuk selamanya, agar tidak menjadi sandungan baginya di masa depan.
Setiap detik berlalu, membuat Henry semakin tidak tenang.
Sebenarnya, ia bisa saja parkir di basemen rumah sakit dan melihat langsung proses eksekusi yang dilakukan oleh orang-orang suruhannya. Tapi, itu beresiko dapat mengekspos dirinya.
Henry memiliki karakter yang sangat licik. Meski banyak bermain dengan tindakan ilegal, ia ingin tangannya tetap terlihat bersih. Karena itu, ia lebih memilih menunggu.
Tapi, ini sudah terlalu lama dari waktu yang dijanjikan oleh para preman suruhannya. Henry telah menempatkan salah seorang pengawalnya di dalam sana, sebagai satu-satunya penghubung Henry dengan para preman ini. Tapi, pengawalnya tersebut tidak dapat dihubungi.
'Mungkin didalam sana, tidak ada sinyal.' Pikir Henry coba menenangkan kegelisahannya.
Saat Henry masih menunggu, sebuah ketukan terdengar dari kaca jendela mobilnya.
Henry hampir saja melompat dari tempat duduknya karena terkejut dan tidak menduga akan ada orang yang mengetuk jendela mobilnya. Utamanya saat ia sedang gelisah karena menunggu kabar dari orang-orangnya.
Henry melihat di luar ada seorang wanita sedang berdiri di sebelah mobilnya. Henry bisa memastikan jika wanta terebut merupakan wanita cantik, melihat dari bentuk tubuhnya yang sempurna, meski tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Henry coba menenangkan dirinya sejenak, lalu perlahan menurunkan kaca jendela mobilnya setengah untuk melihat apa tujuan wanita tersebut mengetuk pintu mobilnya, "Hai, nona cantik. Ada yang bisa ku bantu?"
Wanita tersebut berbalik dan tersenyum manis ke arah Henry.
Deg,
Henry antara terkejut dan terpesona begitu melihat wajah si wanita.
Wanita tersebut tidak lain adalah Amanda. Wajar jika Henry terkejut, karena orang-orang suruhannya sedang mengeksekusi Awan. Entah apa hubungan Amanda dengan Awan, namun gadis itu setiap hari selalu mengunjunginya, itulah alasan kenapa Henry terkejut ketika melihatnya ada disini.
Meski begitu, Henry tidak menapik pesona kecantikan Amanda yang begitu luar biasa, seperti bidadari. Amanda memiliki kecantikan yang setara dengan Annisa, karena itu Henry coba terlihat setenang mungkin.
"Tentu saja. Bisa bicara diluar sebentar, mas?" Ujar Amanda dengan begitu lembut. Terkesan seperti wanita yang sangat mudah untuk dijinakkan.
Henry termakan bujukannya dan tanpa berpikir dua kali, ia langsung membuka pintu mobilnya untuk keluar menemui Amanda. Tentu saja, ia melonjak senang dalam hatinya. Seandainya tidak ada Annisa, ia tidak keberatan untuk mengejar Amanda sebagai gantinya, atau mungkin ia bisa mendapatkan keduanya? Siapa tahu!
"Tentu cantik. Apa yang bisa kubantu untukmu? Katakan saja! Apapun itu, pasti akan ku usahakan untukmu." Ujar Henry bersemangat. Matanya tak pernah lepas dari mengangumi kecantikan Amanda.
"Ah, senang mendengarnya." Amanda tersenyum malu-malu yang sengaja dibuatnya dan memperlihatkan sosok wanita jinak-jinak merpati. Tapi, itu hanya sejenak, karena senyum tersebut langsung berubah menjadi seringai dingin.
"Sejujurnya... aku ingin menangkapmu."
"Hah, apa?" Seru Henry terkejut, mengira jika ia salah dengar.
Amanda tidak memberi jawaban sesuai yang diharapkan Henry. Karena hal berikutnya yang diingat Henry, ia merasakan sebuah sakit yang luar biasa di ulu hatinya.
Tidak berhenti sampai disitu, ia melihat sebuah bayangan di depan dan ternyata itu adalah tendangan balik dari Amanda yang mengirim Henry sampai jungkir balik di udara.
Satu setengah tahun kemudian. Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya. Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine. Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan. Tidak sama seperti Amanda yang t
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me