Setelah mempertimbangkan nasehat Abimana dan hukuman yang dibuat oleh Haris untuk cucunya, Awan berpikir bahwa keputusan itu adalah yang terbaik dan paling bijak. Kekerasan sikap Awan sebelumnya, karena didorong oleh sikap Ariyon yang bersikeras melindungi putranya. Jika saja, Ariyon bisa bersikap seperti ini sebelumnya, Awan mungkin tidak akan mengejarnya dan tidak perlu menunjukkan kekuatan klannya untuk menekan mereka."Saya harap, saya bisa mempercayai ucapan anda, tuan tua Walton."Haris mengangguk dan menghembuskan napas lega, "Tenang saja! Saya sendiri yang akan memastikan jika Johan akan menjalani hukumannya tanpa ada perlakuan khusus apapun."Setelah itu, suasana yang semula tegang, perlahan mulai mencair. Setelah Dylan, pengawal pribadi Haris membawa paksa Johan dan mengirimnya ke Afrika hari itu juga. Johan tampak hancur dan tidak berdaya saat dibawa pergi. Mungkin, dia akan menyesali tindakannya hari itu dan merasa bahwa tidak akan ada keadilan yang bisa menyentuhnya."Na
"Jadi, bisa dibilang, kami ini adalah keluarga jauh dari klan Sanjaya."Lebih lanjut, Haris mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Kotak tersebut terlihat kuno dan terbuat dari emas hitam. Terdapat batu permata berwarna hijau di atas kotak yang terlihat menyala terang, seolah ada cahaya di dalamnya."Aku selalu membawa kotak ini bersamaku, saat menginjakkan kaki di negara ini. Karena aku tahu, aku akan bertemu dengan anda suatu saat."Haris meletakkannya ke atas meja dan mengangsurkannya ke depan Awan.Hanya dengan melihatnya, Awan bisa merasakan ada energi yang sangat padat di dalamnya. Seolah Awan sedang melihat cincin warisan ayahnya pertama kali."Apa ini?" Tanya Awan penasaran."Jujur saja, aku juga tidak tahu apa isinya, tuan. Karena sampai saat ini, belum ada satupun dari kami yang bisa membuka kotak ini.""Hanya saja, mendiang ayah saya berpesan. Saat batu permata berwarna hijau dikotak ini bersinar, itu artinya kami harus segera mencari kepala keluarga klan Sanj
Awan meletakkan tubuh Calista dengan begitu lembut di atas ranjang. Seakan-akan tubuh Calista terbuat dari porselen antik yang gampang pecah, jika ia tidak berhati meletakkannya.Momen tersebut, mengingatkan Awan pada kejadian hampir setahun yang lalu. Hanya saja, Awan tidak perlu lagi menghapus ingatan Calista seperti dulu.Ketika menempatkan tubuh Calista di atas tempat tidur, jarak keduanya begitu dekat, yang membuat Awan dapat memperhatikan wajah tertidur Calista dari jarak yang hampir tiada batas. Belum lagi, wangi khas Calista yang merasuk lembut ke dalam indera penciumannya membuat Awan betah untuk berada dalam posisi tersebut untuk waktu yang cukup lama.Ada perasaan tidak tega dalam hatinya atas apa yang telah ia lakukan terhadap Calista di masa lalu."Maaf!" Ucap Awan pelan, sebelum merapikan tepian pakaian Calista yang sedikit terbuka.Awan bangun dan hendak pergi meninggalkan Calista. Namun, Calista yang sudah lama pingsan, tiba-tiba menggeliat dan merasakan kehadiran sese
"Apa maksudmu, mas?" Tanya Calista penasaran dan akhirnya melepaskan pelukannya dan menegakkan wajahnya. Meski begitu, jarak mereka masih cukup dekat untuk Awan menatap lekat wajah cantik Calista.Tanpa sadar, Awan tersipu dengan pesona kecantikan Calista."Hmn, ini- aku sebenarnya telah berbohong padamu. Lana itu...""Bukan kekasih mas, 'kan?" Potong Calista cepat dan matanya terlihat mencari pembenaran dari ucapannya.'Huft!'Awan terkejut dengan intuisi tajam Calista dan bisa menebak dengan benar. Awan yang sudah bertekad untuk jujur pada Calista, mengangguk, "Iya, benar. Dia bukan kekasihku. Lana itu...""Hmn, tunggu dulu! Bagaimana kamu menyadarinya?" Tanya Awan penasaran. Ia berpikir, bahwa sandiwaranya dengan Lana saat itu sudah begitu sempurna. Siapa sangka, Calista ternyata menyadari sandiwara mereka.Wajah sedih Calista, sekarang terlihat jauh lebih cerah setelah tebakannya ternyata benar."Aku tahu! Mas lupa, kalau aku adalah dosen? Aku juga belajar ilmu psikologi dan bisa
Ekspresi Lana bertolak belakang dengan Awan yang saat itu baru saja memasuki mobil dan duduk tepat di sebelah Lana. Dengan wajah sedikit cemberut, Lana berkata padanya, "Perasaan, tadi ada yang bilang cuma tiga menit!" Awan terkekeh mendengar sindiran pelayan pribadinya itu. Sebelumnya, Awan memang memerintahkan Lana untuk menjemput mobil dan menunggunya di depan rumah Calista dan waktu itu adalah empat jam yang lalu.Awan menyuruh Lana untuk bergegas, karena ia hanya butuh waktu tiga menit untuk mengantar Calista pulang dan menyelesaikan semua urusan di antara mereka.Karena perintah Awan juga, Lana sampai bergegas untuk mencari mobil untuk menjemput Awan. Karena Lana tahu, bahwa Awan kehabisan energinya dan tidak mungkin menggunakan kekuatan perpindahan ruangnya untuk kembali ke Villa Nirwana yang jaraknya cukup jauh dari komplek perumahan Calista tinggal.Beruntung, Lana ada meninggalkan mobilnya di apartemen lama Awan, sebuah Porsche Panamera. Sehingga, Lana bisa menghemat bany
Saat Awan masuk ke dalam rumah, di dalam ruang tamu ternyada sudah ada Agung dan beberapa anggota keluarga Pitaloka lainnya. Selain mereka, Awan cukup dikejutkan dengan keberadaan Jessica Walton di sana. Jessica duduk bersebelahan dengan Guntur, putranya Agung.Melihat itu, Awan bisa menebak apa yang terjadi di antara mereka berdua. Saat Jessica melihat kemunculan Awan di sana, ia terlihat salah tingkah dan dengan sedikit canggung menyapa Awan, "Halo- halo, tuan muda."Tidak terlihat lagi ekspresi tinggi hati yang ia tunjukkan saat bicara dengan Awan sebelumnya. Mungkin, kakek atau ayahnya sudah menjelaskan padanya tentang siapa Awan yang sebenarnya dan membuat Jessica tidak berani lagi memandang remeh Awan."Halo juga! Dan tolong, jangan pakai sebutan tuan muda atau semacamnya. Kamu bisa memanggil namaku, itu lebih baik." Balas Awan santai."Tapi.." Jessica merasa canggung dan merasa lancang jika dia memanggil Awan dengan namanya saja. Bagaimanapun, Awan adalah kepala klan Sanjaya.
Awan hanya bisa terkejut mendengar kalimat Abimana dan betapa santainya Abimana menanggapi hubugannya dengan Calista. Ketimbang menyalahkan Awan karena telah memiliki wanita lain selain cucunya atau justru memaksanya untuk menyingkirkan Calista demi Amanda, Abimana justru lebih khawatir tentang urutan wanita yang akan menjadi pasangan Awan. Awan hanya bisa mengangguk tanpa tahu harus berkomentar seperti apa saat itu. "Sekarang, ada hal penting yang harus kakek bicarakan denganmu." Awan hanya bisa bengong ketika mendengar Abimana bicara seperti itu, 'Jadi, apa yang kami bahas sekarang, tidak penting? Lalu, untuk apa semua kekhawatiranku tadi?' Pikir Awan greget. Padahal sebelumnya, ia sudah cemas setengah mati dan sempat berpikir bahwa Abimana akan memarahinya habis-habisan. Siapa sangka, Abimana justru tidak mempermasalahkannya dan terkesan seolah membiarkan Awan memiliki pasangan sebanyak apapun, asal Amanda tetap berada di nomor urut dua. *Sudah kayak penentuan nomor urut caleg
Kamar Amanda terletak di bangunan tengah yang berbentuk seperti perumahan keraton klasik dan Amanda sendiri menempati kamar bagian tengah dan dekat dengan sebuah kolam antik dan taman bunga kecil yang berada persis di samping kamarnya.Bahkan saat Awan sampai di sana, ia disambut oleh seorang pelayan wanita dan di depan kamar juga terdapat dua orang penjaga.Sepertinya, setelah Amanda tidak bisa menggunakan kekuatannya dan berada dalam kondisi terlemahnya, keluarga Pitaloka sengaja menempatkan pengamanan ekstra untuk menjaga keamanan calon penerus keluarga Pitaloka tersebut."Nona Amanda saat ini sedang beristirahat. Apa tuan ingin saya membangunkannya?" Tanya pelayan wanita ramah.Kebanyakan dari pelayan keluarga Pitaloka sudah mengenal Awan sebagai calon suami Amanda dan ditambah, Abimana juga sudah mengumumkan hubungan keduanya pada semua orang. Jadi, mereka tidak merasa aneh lagi saat melihat Awan mengunjungi Amanda saat itu."Tidak usah,