Bang Somad terkejut dengan betapa santainya Awan dan Chiya bercerita tentang hantu, seolah mereka hanya objek obrolan biasa dan tidak berarti apa-apa. Padahal, saat ini kendaraaan yang mereka kendarai sudah masuk ke hutan yang ia sebutkan sebelumnya. Bang Somad memiliki kepercayaan, harus menjaga ucapan saat memasuki tempat sepi seperti yang mereka lewati saat ini. Karena saat itu, tengkuknya mulai merinding. Ditambah jalanan yang sangat sepi dan hanya ada kendaraan mereka, membuat keadaan semakin mencekam.Karena itu, ia segera meminta Awan dan temannya untuk tidak membahas tentang horor saat itu.Padahal Awan masih tertarik dengan topik itu, tapi melihat bang Somad terganggu dengan pembicaraan mereka, ia memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Awan melihat Annisa yang tampak kelelahan dengan mata mulai sayup, segera berkata, "Nisa, istirahatlah dulu.""Tidak apa-apa, Uda. Nisa masih bisa melek sampai kita tiba di rumah nanti.""Sudah, jangan dipaksakan. Nanti aku bangunka
Semalam merupakan pengalaman mistis yang mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Awan. Ia masih terbayang jelas, sosok hewan buas berbadan besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya itu, berlari sangat cepat menembus hutan dan pekatnya malam.Sosok kucing besar yang oleh orang sini di panggil dengan sebutan inyiak tersebut, datang seolah untuk menyambutnya. Karena selain Awan, tidak ada orang lain yang bisa melihat kehadirannya ataupun mendengar aumannya.Karena alasan tertentu, Awan seolah bisa merasakan ada hubungan bathin antara dirinya dengan sosok kucing besar yang dikenal sebagai raja hutan tersebut.Setelah kejadian di mana Awan mendengar auman harimau tersebut, tidak ada lagi peristiwa aneh setelahnya. Sampai ketika mobil mereka memasuki kampung dan hingga mereka sampai di rumahnya Annisa. Itulah alasan kenapa Awan menyimpulkan jika harimau tersebut seolah memberi salam penyambutan kepadanya.Mereka sampai di rumah Nisa jam tiga dini hari.Saat itu, Annisa memaksa aga
Raut wajah Fadhil terlihat rumit, ada kesedihan dan kemarahan dalam tatapan matanya.Awan merasa ada yang tidak beres, karena itu ia bertanya lebih lanjut, "Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"Fadhil menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan. Sepertinya, karena peristiwa beberapa waktu terakhir cukup menguras emosinya."Mungkin kamu tidak mengingat ini. Dulu, setelah kematian Angku Abu Fikri, kakekmu. Angku Adli Fikri segera memutuskan pensiun setelahnya, sebagai ketua klan Atmaja. Saat itu, ia sengaja menetap di kampung ini.""Itu semua bukan tanpa alasan, bukan hanya sekedar ingin menikmati masa tua beliau dan bernostalgia di kampung kelahirannya, bukan! Melainkan untuk menjaga sebuah pusaka.""Pusaka?" Kening Awan berkerut heran. Pusaka seperti apa yang membuat saudara kembar kakeknya itu sampai rela meninggalkan klannya dan menetap di kampung ini?"Iya. Pusaka itu dikenal dengan nama pusaka raja harimau.""Pusaka Raja Harimau?" Seru Awan terkejut. Pikirannya dengan
"Lalu, kenapa kalian tidak memberitahuku atau klan kita sebelumnya?"Di titik ini, Fadhil hanya bisa tersenyum tidak berdaya. Ia berkata, "Bukannya aku tidak ingin memberitahu kamu atau klan tentang masalah ini, sob.""Tapi, kamu kondisinya sedang begini! Selain itu, masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan urusan klan. Kami tidak ingin memberi klan beban yang tidak seharusnya dipikul."Awan terlihat kesal, "Lalu, kamu anggap apa klan kita ini, Dhil? Bukankah kalian masih bagian dari klan? Masalah kalian juga akan menjadi masalah klan. Aku akan memberitahu paman Joe dan meminta bantuan."Awan sudah mengeluarkan ponselnya dan bersiap menghubungi paman Joe.Buk.Fadhil bergegas berlutut di depan Awan, "Awan, ku mohon jangan kamu lakukan itu!" Pintanya memohon."Berdirilah! Jangan begini. Kamu kenapa, Dhil?" Tanya Awan tidak mengerti dengan sikap keras kepala Fadhil.Fadhil tidak mau berdiri dan berkata, "Aku akan tetap berlutut, sampai kamu berjanji untuk tidak melibatkan klan Atmaj
Praktis, hanya Aldo yang bisa di ajaknya bicara siang itu."Apa kamu masih belum bisa mengingat masa lalu mu, sob?"Awan menggeleng tidak berdaya, "Justru kedatanganku kali ini, ada hubungannya dengan pemulihanku."Lebih lanjut, Awan menjelaskan kalau dia mendapat petunjuk untuk menemukan pusaka saja. Tapi, ia belum yakin jika pusaka yang dimaksud adalah pusaka raja harimau. Namun, petunjuk itu dengan jelas mengarahkannya ke kampung ini.Ketika Aldo mendengar Awan menyebutkan pusaka raja harimau, ia menatap Fadhil dan menebak jika Fadhil telah menceritakan apa yang terjadi di kampung mereka pada Awan sebelumnya.Ia tidak mempermasalahkannya.Hanya saja, sama seperti Fadhil, Aldo juga tidak tahu dimana dan seperti apa pusaka raja harimau itu sebenarnya."Angku Rahmad atau Angku Jaludin mungkin lebih tahu. Karena beliau berdualah yang paling lama menemani datuk Adli dulunya."Aldo tiba-tiba bangkit, "Kamu tunggu di sini bersama Fadhil, biar aku yang menemui dan membawa mereka ke sini."
"Kami berdua juga tidak tahu persis, seperti apa pusaka raja harimau yang dimaksud oleh mendiang kakekmu. Tapi, baik Datuk Abu maupun Datuk Adli, pernah berkata jika pusaka itu berada di dalam bukit larangan. Itu adalah pusaka raja harimau, raja yang menguasai hutan larangan." Terang angku Rahmad pada Awan.Ini sudah larut malam, saat mereka berkumpul di rumahnya Aldo. Di sana cuma ada mereka berlima, Awan, Aldo, Fadhil, angku Rahmad dan angku Jaludin. Angku Rahmad dan angku Jaludin, tidak berani menunda barang sedetik pun, begitu mengetahui jika Awan sedang mencari informasi tentang pusaka raja harimau.Kedua kakek Awan sudah lama meninggal. Sebagai pewaris mereka, Awan berhak tahu. Jadi, mereka langsung mengikuti Aldo untuk menemui Awan, meski kondisi mereka saat itu masih belum pulih.Awan tercenung beberapa saat lamanya dan bertanya, "Apa kakekku tidak pernah menunjukkan atau menyebutkan petunjuk lain tentang pusaka ini, Angku?"Angku Jaludin menjawab, "Tidak ada yang tahu, bahka
"Mungkin karena kamu kehilangan ingatan saat ini, jadi kamu tidak bisa mengingatnya. Tapi, tentunya kamu sudah pernah mendengar bahwa dulunya kamu mewarisi kekuatan raja harimau, yang bernama Gumara.""Ini adalah kekuatan raja penguasa hutan larangan. Kekuatan besar yang sulit dicari tandingannya, namun sering juga dengan resiko tinggi bagi mereka yang mewarisi kekuatannya. Kamu mungkin tidak mengingatnya, tapi kami yang ada di sini sudah melihat betapa mengerikannya kekuatan Gumara saat pertarungan besar di manor Sanjaya beberapa bulan yang lalu.""Penguasa the Shadow yang sudah hampir mencapai level dewa saja, masih tidak sanggup menghadapi kekuatan Gumara.""Saat ritual pembangkitan Gumara dalam dirimu. Kakekmu sengaja tidak menyebutkan tentang pusaka ini padamu.""Karena, kalau saja kamu saat itu mengetahui dan sampai mendapatkan pusaka raja harimau dengan kekuatan Gumara yang sebesar itu, mustahil untuk bisa menghentikannya.""Sekarang, Gumara sudah lenyap. Masalahnya, apa pusaka
Semuanya tampak gelap dan hanya cahaya purnama yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di tengah malam nan gelap.Saat Awan melewati tempat ini, semuanya tampak sudah hancur dan hampir tidak bersisa. Kampung yang semula ramai, kini tampak sangat lengang. Di mana semua orang? Apa yang terjadi dengan kampung ini?Jantung Awan berdesir cemas, ia buru-buru menyusuri seluruh isi kampung dan tidak menemukan satu pun penduduk di sana.Awan mulai panik dan berteriak memanggil semua orang."Nisa.""Chiya.""Aldo.""Fadhil.""Di mana kalian?"Lebih dari setengah jam Awan berteriak, hingga suaranya parau dan nyaris habis. Tapi, masih tidak menemukan satupun penduduk.Matanya mulai memerah dan menangis, ia takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa mereka semua. Ia berlarian seperti orang gila menelusuri semua tempat.Hingga, langkah kakinya sampai di hutan larangan.Awan tercengang dan napasnya sesak.Di depannya terbaring puluhan jasad para penduduk desa."Tidak!" Awan syok! Sulit untuk memperc